#3 Perasaan Icha

66 4 0
                                    

Pulang sekolah hari ini, aku dan Amel tidak berkumpul bersama Queens. Kami pergi bersama Dito, Angga, dan Dipta ke kedai ice cream yang tidak begitu jauh dari sekolah kami. Aku membeli coffee ice cream. Dito dan Dipta chocolate ice cream. Amel memilih strawberry ice cream. Serta Angga yang sudah menghabiskan separuh gelas vanilla ice cream-nya.

Pertemanan kami berlima sudah terjalin sejak kelas 1 dan terus berlanjut hingga sekarang kami berada di kelas yang samakelas 2A.

Kepergian kami kali ini adalah dalam rangka 'Mari Menghibur Dipta'. Setelah mendengar kabar bahwa Via sudah berpacaran dengan Andro, Dipta tidak sekali pun mengembangkan senyumnya hari ini. He looks so sad.

Kalau dia sedih, aku justru heran, padahal baru dua hari yang lalu Via bilang dia dekat dengan Andro-Andro itu. Eh, sekarang sudah pacaran. Ckckck.

"Aku masih nggak percaya Via lebih milih adik kelas itu, padahal aku yang duluan. Aku kecewa." Sedari tadi ia mengulang-ulang kalimat itu seraya mengaduk-aduk ice cream miliknya yang sudah mencair. Aku jadi ingin merebut dan memakanatau meminumice cream-nya itu.

Melihatnya, kami hanya bisa maklum serta tak banyak komentar mengenai kalimat serupa yang dia ucapkan berkali-kali hingga kami hafal.

Pun sejak tadi hanya Dito dan Amel yang berusaha menenangkan Dipta. Aku terlalu bingung untuk berkata-kata dan Angga terlalu asyik dengan ice cream-nya. Aku tidak tau apa yang harus aku ucapkan untuk orang yang sedang patah hati.

Kami terus berdiam diri di kedai itu tanpa ada canda tawa seperti biasanya. Amel dan Dito juga sepertinya sudah lelah untuk menghibur dan mengembalikan mood Dipta yang sangat buruk. Hingga akhirnya Dipta berterima kasih dan mengajak kami pulang saat mentari terlihat mulai turun dari singgasananya.

Yaahh ... sayang banget ice cream-nya.

***

"Tadi lo ke mana jadinya?"

Baru saja aku melepas sepatu dan akan masuk rumah, aku sudah dihadang pertanyaan oleh Icha yang entah sejak kapan sudah bersandar di kusen pintu.

"Ke Mbak Mila."

Kusebut nama pemilik kedai ice cream tersebut. Anak-anak di sekolahku memang lebih suka menyebut nama pemilik kedai daripada nama kedai itu sendiri, entah kenapa.

Icha hanya membulatkan mulutnya sambil manggut-manggut paham.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam," jawab Icha, Bang Ello, serta Edo dan Ero, adik kembarku.

"Tumben Abang udah di rumah?" tanyaku heran saat melihat batang hidung Bang Ello sudah ada di rumah jam-jam segini. Biasanya Abang akan pulang tepat beberapa menit sebelum adzan Maghrib berkumandang.

Bang Ello menaikkan sebelah alisnya. "Emang nggak boleh Abang pulang cepet?"

Aku mendengkus mendengar pertanyaanku yang dijawab dengan pertanyaan juga oleh Abang. Tanpa mengacuhkannya lagi, aku segera berlalu ke kamar, diikuti Icha.

"Dih, ditanyain, kok. Malah kabur," sahut Bang Ello dengan sedikit berteriak karena aku sudah melaluinya.

"Bodo!" balasku.

ANDROMEDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang