ga

1.5K 286 45
                                    

Seonho ingin sekali mengolesi bawah matanya dengan balsam atau apapun yang dapat membuat matanya berhenti mengantuk. Pelajaran Bahasa Inggris dengan Ibu Tuti pada jam-jam panas begini memang sungguh ampuh membuat mata para murid mengantuk berkali-kali lipat dari biasanya.

Teman-teman seperjuangannya sudah sibuk dengan dunianya masing-masing sejak setengah jam yang lalu. Di sebelah kanannya Daehwi yang sedang asik mendengarkan lagu dari headset yang terpasang di telinganya yang sudah dikamuflase sedemikian rupa agar tidak terlihat, serta di sebelah kirinya Samuel yang sudah larut dalam tidurnya. Ah rasanya Seonho ingin ikut tidur seperti Samuel juga.

Plukk

Sebuah spidol mendarat dengan mulus di kepala Samuel, membuat ia mendongak dan mendapati sang guru dan seluruh pasang mata lainnya menatap kepadanya.

“Samuel Pradana.” Suara merdu Bu Tuti menginterupsi Samuel. “selesaikan teka teki ini, ‘I am not alive but I grow. I don’t have lungs but I need air. What am I?” Mata Bu Tuti menatap tajam.

Seonho dan Daehwi yang tadi mengantuk kini juga ikut menatap Samuel.

“emm…” Samuel gelagapan. Dia memang selalu kaya orang bego kalo abis bangun tidur. Padahal dia jago Bahasa Inggris.

“Samuel Pradana!” Desak Bu Tuti. Seonho jadi kesal sendiri dengan guru macam ini.

“Fire.” Yang menjawab kali ini bukan Samuel, tapi Seonho. Gini-gini otaknya gak bloon-bloon banget.

“saya bertanya dengan Samuel, apa yang kamu inginkan siswa Seonho Naufal Agustin?” suara But Tuti menjadi lebih tajam dari sebelumnya. Beliau membenarkan letak kacamatanya, kemudian menatap Seonho tajam.

“kalo Ibu sendiri gimana, emang mau Ibu apa? Ngelempar anak murid pake spidol gitu maksudnya apaan.” Balas Seonho tanpa takut. Ia kini bahkan jadi tontonan seluruh kelas.

“kamu mau nyeramahin saya? Saya melempar spidol hanya pada orang yang tidak menghargai pelajaran saya.”

Seonho yang makin kesel langsung aja nyerocos. “kalo emang Ibu mau dihargain sama anak murid seharusnya Ibu bisa menghargai kami juga dong. Kelas kita lagi dapet tugas Fisika  yang akan dikumpulin hari ini Bu, banyak yang begadang tadi malem biar tugasnya bisa selesai. Wajar dong Bu kalo kita-kita pada ngantuk dan bahkan ada yang sampe ketiduran. Lagian temen saya Samuel cuman tidur dan nggak mengganggu sama yang lain. Ibu seharusnya bisa respect dong, emang Ibu dulu gak pernah sekolah?”

Seonho memang tidak pernah mengalah. Apalagi buat temen sendiri, bener kek salah kek tetep aja dibelain. Begadang ngerjain tugas? Jujur aja Seonho pengen ngakak. Gak mungkin banget, mereka bertiga gak punya tampang orang-orang rajin ngerjain tugas sampe segitunya. Tapi ia gak sepenuhnya bohong kok, tugas Fisika yang tadi dia omongin emang benar adanya.

Merasa tidak terima kalah karna tidak bisa membantah Bu Tuti kembali teriak. “Keluar dari kelas saya!”

“Ok. Fine.” Dengan hati berapi-api Seonho segera keluar dari kelas. Meninggalkan kelas 11 E yang mendadak sepi siang ini.

.


Setelah diusir oleh Ibu galak yang akan di benci Seonho dari sekarang, Seonho mendudukkan tubuhnya di kursi ruang pengawas dengan hati yang masih dongkol. Ia malas kekantin, buang-buang duit. Lagian gak asik ke kantin sendirian.

“gedek gue asu, mana hp ketinggalan di kelas lagi.” Mulut Seonho berkomat kamit sendiri. Tenang aja, di sini gak ada guru yang piket hari ini jadi aman. Cuman ada suara kipas angin dan kertas-kertas dari buku piket yang bergerak tertiup angin.

“hahh~ besok-besok gue bolos aja dah pelajaran si BuTut itu. Malesin banget bangsul.” Acara komat-kamitnya masih berlanjut.

“oy.” Suara siapa nih? Gue gatau kalo ruang pengawas ada setannya btw. Karna penasaran Seonho ngelirik kesamping pake ekor matanya. Oh si Ketos.

Berandalan ; GuanlinxSeonhoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang