1

27.6K 2.6K 211
                                    

1

Dia Eva. Evangeli Roshelle. Seorang gadis yang lahir di sebuah peternakan kecil. Ayahnya seorang pemilik lahan perkebunan, dan ibunya seorang peternak. Mereka orang yang dikenal di seluruh penjuru Desa Boundine. Desa kecil di timur Kerajaan Iridis.

Perjamuan makan kecil-kecilan sedang diadakan di rumahnya yang sederhana. Menyambut usianya yang ke- 17.

Walaupun orang yang dirayakan kabur entah kemana.

.

.

.

"Hutan ini semakin lebat saja," gumam seorang gadis bertudung putih sembari menyusuri jalan sempit.

Eva sangat menyukai ketenangan. Ia benci dengan keramaian. Keramaian hanya merusak imajinasinya saja. Ia sangat senang bermain-main di antara pepohonan yang menjulang tinggi. Mengejar kelinci dan bersiul-siul menemani burung-burung yang beterbangan.

Sekalinya ia dipaksa menuju keramaian, Eva akan berakhir dengan duduk di sudut ruangan. Atau menggunakan tudung dan mempercepat langkahnya keluar dari kerumunan orang. Alasannya yang sepele selalu ia lontarkan tiap kali ditanyai. Keramaian hanya merusak imajinasi. Membuat orang lain yang mendengarnya tertawa tergelak dengan kepolosannya.

Eva bernyanyi pelan. Tangan melambai-lambai ke atas, kakinya berputar-putar kecil di tengah hutan sunyi itu. Sebuah lagu, yang selalu ia hafalkan semenjak umur 5 tahun.

"Lihat lihatlah,

Sebuah kerajaan megah,

Roti dan anggur melimpah,

Rakyat bergembira di mana-mana,

Lihat lihatlah,

Pedang suci milik sang raja,

Menancap tegak di atas batu,

Di mana gerangan pemiliknya?"

Eva meloncat-loncat kecil. Ia masuk semakin dalam di antara pepohonan. Tangannya menahan siluet sang mentari yang membumbung tinggi di cakrawala. Mentari itu masih dengan sombongnya memamerkan kilau cahaya, membuat pandangan Eva menyempit sejenak.

Seekor kelinci dan sekelompok rusa berlarian ketika mendengar langkah Eva. Tenggelam di antara gelap pepohonan. Sesekali ia mendengar gemericik air kecil jauh di dalam sana.

"Sungai ya?" dia bergumam kecil. Secercah ide muncul di kepalanya.

"Aku bisa menikmati ini."

Dia mempercepat langkahnya. Menyibak dedaunan lebat. Sesekali meraba lumut yang menempel di sebuah batu besar.

Seekor tupai sesekali melihat pergerakkan Eva dari atas ranting. Was-was. Beberapa burung dan hewan berkaki empat mengabaikan. Mungkin sudah terbiasa dengan kehadiran Eva yang sesekali mengejutkan.

Gemericik air itu semakin keras. Bunyi kecipak-kecipak kecil terdengar jelas. Senyum Eva mengembang. Ia mempercepat langkahnya.

"Ini dia!"

Mata Eva yang kecoklatan membulat. Menatap hamparan rumput kehijauan dengan air biru mengalir tenang di sana. Sekawanan burung becuitan melintas. Ikan melompat-lompat kecil. Kupu-kupu berhamburan di padang bunga yang tumbuh dekat sungai.

Eva berlarian kecil. Tubuhnya memutar-mutar, tangannya direntangkan lebar-lebar.

"Damainya.."

Eva menghempaskan tubuhnya di rerumputan. Merasakan semilir angin menerpa wajahnya. Mencium wangi semerbak bunga. Tanpa ia sadari, matanya terpejam pelan-pelan. Membiarkan suara gemericik mengalun, menjadi lagu pengantar tidur.

The Abandoned Kingdom - Black || Noir [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang