15

10.2K 1.1K 26
                                    

15

"Eva, kami sudah menunggu."

Ratu Renata beserta Lavia dan Raiga berdiri di depan tenda Eva, menyambut gadis yang baru saja bangun itu dengan senyuman hangat.

"Apa latihannya akan dimulai sekarang? Tepat saat ini?" tanya Eva sedikit heran. Dia menunjukkan rambut dan gaunnya yang berantakan. "Aku belum merapikan diri."

Yang Mulia Ratu berdecak, dia melupakan kenyataan bahwa Eva belum terbiasa dengan pola cepat. "Aku beri waktu sepuluh menit untuk menyelesaikan semua urusanmu."

"Bagaimana dengan sarapannya? Kita tidak makan bersama dengan yang lain? Kenapa sangat terburu-buru?"

"Kau akan berlatih bersama kami, tentu saja akan sarapan dengan kami. Semua bekal sudah disiapkan," jawab Renata sambil menunjuk barang bawaan Lavia. "Kita akan pergi di tempat pelatihan rahasia orang-orang sini, Rayarna dan Rayarka akan menunjukkan jalannya nanti. Aku harus cepat-cepat melatihmu untuk mempersingkat waktumu."

Ratu Renata mungkin memang terkenal dengan keramahan dan kesederhanaannya, namun dibalik semua itu, dia adalah sosok yang tegas dan cekatan, terutama dalam hal pertahanan diri dengan pedang. Dia sering melatih prajurit tangan kanannya dulu. Sebutan lain dari Ratu Renata adalah The Red Master. Kemampuan berpedang yang ia miliki lain dari yang lain. Begitu Renata mengayunkan pedang, kilatan pedang itu akan nampak seperti api yang berkobar. Alvaro sendiri mengakui kemampuan yang dimiliki istrinya adalah yang terbaik. Nyaris setara dengan komandan perang Iridis. Karena hal itu, Alvaro sangat melindungi Renata dan merahasiakan keahlian istrinya, dia tidak ingin istrinya sendiri turun tangan dalam perang. Dilihat dari sisi manapun, itu justru menunjukkan ketidakmampuan pria-pria di sekitarnya. Renata sangat berharga.

Berhadapan dengan Eva yang tidak tahu apa-apa, mungkin akan sedikit menguji kesabaran Renata.

Eva merapikan rambutnya sambil terus bertanya, "Apa Yang Mulia Raja akan ikut juga?"

"Kenapa kau menanyakan itu?" Renata curiga.

Eva bergidik ngeri. Dia pasti disangka aneh-aneh. "Tidak. Hanya saja, Yang Mulia Raja Alvaro terlihat protektif terhadap Anda, barangkali Yang Mulia khawatir –"

"Tidak, dia tidak ikut," potong Renata cepat. Ia mendesah berat.

"Renata! Aku ingin ikut!"

Dari jauh, Raja Alvaro yang dibantu Raja Alan berjalan perlahan ke arah mereka. Seketika Eva merasa menang. Ia melirik Ratu Renata yang pipinya mulai memanas.

Renata berdeham, "Aku akan melarang mereka ikut."

"Tapi kenapa?"

"Aku butuh privasi."

"Tidak ada salahnya Yang Mulia Raja menyaksikan Anda melatihku."

"Dia akan sangaaat... mengganggu," jelas Renata dengan nada dibuat-buat. Ekspresinya mengingat-ingat Alvaro yang histeris ketika Renata mengayunkan pedang sewaktu masih di istana.

Eva tertawa kecil, "Yang Mulia Ratu, Anda dan Raja sangat romantis sekali."

"Dia berlebihan tiap kali aku memegang pedang," ujar Renata datar.

Ketika mereka menoleh, Alvaro dan Alan sudah sampai di dekat mereka.

"Sayang, kenapa wajahmu merah? Kau demam?" Tangan Alvaro langsung memegangi dahi Renata. "Hangat."

Eva terkikik geli. Sementara Lavia, Raiga, dan Raja Alan mencoba melihat pemandangan lain.

"Jangan mengikutiku, Alvaro," kata Renata ketus. "Bahkan lukamu belum sembuh total, lebih baik kau istirahat saja."

The Abandoned Kingdom - Black || Noir [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang