7

13K 1.4K 20
                                    

play the song for better feel!

sorry for very late update!! :)))

7

Disinilah Eva sekarang. Desa Pencuri, di antara kabut nan tebal, dalam pelosok hutan kabut. Tempat antah-berantah. Entah seberapa jauh ia sudah melangkah dari rumah hingga tiba di tempat ini. Yang menjadi pertanyaan dalam dirinya sekarang, mengapa dirinya disambut? Atas dasar apa raut keterkejutan terpampang di wajah setiap orang di Desa Pencuri tiap kali Eva melangkah?

Wahai yang diramalkan.

Eva yakin ini berkaitan dengan Noir, si kucing hitam itu. Sebenarnya, ia sendiri sedikit ragu. Apa Noir benar-benar Raja layaknya buku yang ia baca, atau justru mata-mata. Tapi berkali-kali ia menyangkal, intuisinya selalu berkata apa yang dia lakukan sudah benar. Dia seudah memilih hal yang benar.

"Nona, kami menunggu kehadiran Anda." Seorang wanita berpakaian gelap mempersilakan Eva masuk dalam tenda-tenda besar nan tua. Ditatap puluhan orang, nyalinya sedikit ciut. Tapi bersama dengan Noir, Eva kembali memiliki niat untuk melangkah.

Eva membungkukkan badan. "Maksud kedatangan saya ke sini adalah pesan terakhir dari Bibi saya. Bibi Ann Winna. Beliau bilang, dia mengungsi ke sini bersama warga lainnya. Apa itu benar?"

Beberapa orang yang tadinya sumringah mendadak mengubah air muka mereka menjadi sekecut buah asam. Terlihat jelas seorang dari mereka menggelengkan kepala, yang lainnya memilih memalingkan wajah, dan beberapa wanita mendudukkan kepala – seolah tidak ingin ikut campur.

Eva kembali berseru, "Tolong katakan! Apakah bibi saya ada di sini?! Mereka terpaksa kabur demi menyelamatkan diri. Desa terbakar, banyak pasukan Ratzell dan Frautzell menyerang, Iridis diambang kehancuran!"

Wanita itu menggeleng. "Kami tidak kedatangan para pengungsi itu. Kami sudah mendengar kabar mengenai peperangan, namun pengungsi itu tidak kunjung datang. Asal Nona tahu, untuk bisa sampai ke desa kami saja sudah merupakan keberuntungan besar. Yah, itu pun jika mereka bisa menemukan jalan. Ditambah..."

"Ditambah apa?" todong Eva dengan tatapan setajam belati.

"Ditambah, jika salah seorang dari kami m-menyerang..."

"Sudah kuduga, bukan hanya pria itu, kalian semua. Layaklah desa ini disebut desa pencuri," raut Eva semakin muram. "Jadi, Bibi, dan semuanya, belum sampai di sini...lantas, kenapa? Kenapa kalian menyambut kehadiranku?!"

"Nona, tenanglah dulu," wanita itu menarik lengan Eva, membdawanya duduk. "Anda pasti lelah. Nona pelayan juga, duduklah."

Noir ikut membuntuti Eva. Pemandangan itu tak luput dari mata wanita berpakaian serba gelap yang mempersilakan Eva duduk. Dalam sekali lihat, pandangan si wanita menunjukkan garis keterkejutan bukan main.

"Raja..."

"Apa yang barusan kau katakan?" tanya Eva penuh selidik.

"Ah, bukan apa-apa, Nona," sahut si wanita cepat dan menyingkir.

Dahi Eva berkerut penuh curiga, "Aku ingin tahu, siapa nama Anda. Anda yang berwenng mengatur di sini, ataukah orang lain?"

Wanita itu menjawab, "Nama saya Matilda, Nona. Bukan saya yang mengatur di sini. Saya hanya menyambut kedatangannya Anda dan..."

"Dan?" tanya Eva tajam.

"Dan...Yang Mulia Raja," sambung Matilda dan membungkuk pada Noir. "Kami sudah menunggu saat ini tiba."

***

Sang Penguasa Iridis kalang kabut. Pasukan Ratzell dan Frautzell menyerang dengan gesit. Seolah kedua aliansi kerajaan itu tak ada habis-habisnya. Formasi terakhir Iridis mulai kehilangan harapan yang semula dibangkitkan Sang Raja. Raja Alvaro melihat itu, namun ia tidak patah semangat. Desing pedang bercampuran dengan sorak-sorai. Tanah coklat itu mulai menghitam bercampur darah. Satu persatu dari mereka berguguran.

The Abandoned Kingdom - Black || Noir [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang