"Dengar..dengarlah!
Wahai seluruh manusia...
Ribuan darah kan tertumpahkan..
Jeritan dan tangis kan terdengar di pelosok dunia..
Asah pedangmu wahai ksatria!
Siapkan armada itu!
Singsingkan lengan bajumu!
Angkatlah tanganmu!
Maut mengintai dalam kegelapan!"
Eva membaca sajak itu keras-keras. Melampiaskan seluruh kebosanan dibalik suaranya. Wajah dan tangannya penuh ekspresi. Seluruh tubuhnya digerakkan layaknya pemeran opera sabun. Ia menggila di dalam kamarnya sendiri.
Noir menatap kelakuan pemilik barunya dengan raut tertegun. Ia mengeong pelan dan berjalan menatap buku-buku berserakan di lantai dengan halaman yang terbuka. Matanya yang biru berkilat-kilat menatap lembar demi lembar buku tua kecoklatan. Buku cerita klasik, sejarah, ilmu sosial, bahkan pengetahuan alam, semua yang tersebar di lantai kelabu itu dibaca Eva sejak pagi hingga membuat kamarnya terkesan berantakan. Noir mulai penasaran dengan salah satu buku dan mendekat. Sesekali kakinya diayunkan, membalik halaman buku itu. Tentunya saat tanpa disadari oleh Eva.
Pandangan Noir kemudian terfokus pada sebuah halaman buku yang baru saja ia balik. Kucing itu sedikit terkejut ketika melihat isinya.
Alkisah, pada jaman dahulu, berdiri sebuah kerajaan nan makmur. Rakyatnya sejahtera, panen melimpah ruah dimana-mana. Semua berkat sang raja yang bijaksana. Raja muda yang selalu memperhatikan kebutuhan rakyatnya-
"Noir? Apa yang kau lihat?"
Eva cepat-cepat turun dari ranjang, menghampiri si kucing yang langsung pergi menghindar ke sudut ruangan. Mencoba untuk tidak bertingkah mencurigakan, Noir langsung menjilati kakinya.
"Hee, aneh," kata Eva dengan nada kebingungan. "Bukunya membalik halaman sendiri." Dia kemudian berjalan menuju jendela kamar. Membetulkan letak gorden dan memandang keluar sejenak.
"Mungkin angin yang melakukannya," gumam Eva pelan. Pandangannya tertuju pada hamparan rerumputan luas di luar sana. Ia kemudian menyapu pandangan di utara padang rumput. Hutan yang kemarin ia masuki nampak seperti memanggil-manggil dirinya. Memamerkan keelokan batang-batang pepohonan yang diterpa sang surya. Membuat Eva mendengus kesal, tak tahan terkurung di kamar.
Dia berbalik menuju rak buku cepat-cepat sebelum hasrat-ingin-pergi-keluar kembali menghampirinya. Ketika melangkah, kakinya tak sengaja menginjak sebuah buku yang tadi dia keluarkan dan sebar di lantai.
"Ah, kebiasaan burukku," katanya sambil berjongkok dan mengambil buku yang baru saja ia injak. "Tak pernah merapikan lagi buku-buku ini setelah membaca."
Eva menoleh ke arah Noir yang kemudian menggoyang-goyangkan ekor dan berjalan ke arah Eva. Dia mengelus bulu kucing itu perlahan dan membawanya dalam pangkuan.
Ia menunjukkan lembar demi lembar buku tua yang tadi diinjaknya pada si kucing ̶ memamerkan ilustrasi deret tulisan ̶ tanpa mempedulikan fakta bahwa dia memamerkannya pada hewan. Atau setidaknya, selama ia belum tahu fakta dibalik Noir, si kucing hitam.
Jari Eva menunjuk pada ilutrasi istana besar di buku. Noir menatap gambar yang ditunjukkan Eva dan sukses membuat mata birunya membulat. Dia berusaha sekeras mungkin untuk tidak menggunakan kekuatannya di hadapan Eva saat itu juga.
Jangan, jangan mengatakan apa-apa. Belum waktu yang tepat, batin Noir dan mencoba tetap bertingkah sebagai kucing pada umumnya. Ia mengeong pelan dan menggoyang-goyangkan ekor.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Abandoned Kingdom - Black || Noir [END]
FantasyIni kisah mengenai sebuah kerajaan yang hilang. Semua sejarah mengenai kerajaan itu lenyap, tak seorang pun mengetahuinya. Mereka menganggap cerita mengenai kerajaan tersebut hanyalah sebatas dongeng. Hingga suatu ketika, kucing hitam itu datang. Bu...