6

14.4K 1.5K 51
                                    



Play the song for better feel ♫

Waltz- Lindsey Stirling

***

Mereka berjalan berdampingan, mengitari ruangan penuh mahakarya elok dan kerlap-kerlip berlian dengan tempo langkah yang santai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mereka berjalan berdampingan, mengitari ruangan penuh mahakarya elok dan kerlap-kerlip berlian dengan tempo langkah yang santai. Seorang pria bersurai hitam dan wanita berambut perak keemasan menunggu sang tuan rumah menyambut mereka. Dari jauh, terlihat sang tuan rumah yang sedang menuruni anak tangga dan menyambut kedatangan keduanya.

"Alan," Baltazar merentangkan tangan, menyambut kedatangan dua pemimpin Kerajaan Ratzell. "Bagaimana kabarmu?"

Alan tersenyum kecut. "Hentikan basa-basimu, Baltazar. Aku ingin mendiskusikan suatu hal padamu."

"Jangan tergesa-gesa," Xerandia mempersilakan mereka duduk di meja perjamuan. "Kalian baru saja tiba, lebih baik membicarakannya sambil meminum teh."

Bernadetta mengangguk setuju. "Perkataanmu ada benarnya, Xerandia. Alan, mari kita menikmati perjamuannya dulu."

"Kalian saja duluan," Alan menepuk punggung Baltazar. "Kami perlu membicarakan sesuatu."

Xerandia dan Bernadetta tersenyum dan mematuhi perkataan Alan. Dua raja itu pergi menuju halaman belakang istana. Sebuah tempat yang biasa mereka gunakan secara privasi untuk membicarakan sesuatu yang penting.

"Sebenarnya ada apa kau memanggilku kemari, Baltazar?" Alan menatap pemimpin Frautzell dengan serius. "Aku juga tidak mengerti atas dasar apa kau ingin menjatuhkan Iridis? Kau tidak menjelaskan padaku dan hanya mengambil tindakan. Apa maksud dari semua kekonyolan ini, Baltazar?"

Baltazar tertawa sinis. "Kau belum mengerti tapi sudah ikut andil dalam peperangan? Keputusan yang berani. Kau benar-benar menuruti isi perjanjiannya ya?"

"Seorang pemimpin kerajaan harus memegang teguh semua kesepakatan yang mereka punya. Sudah sepantasnya Ratzell juga mengikuti apa yang diambil Frautzell," Alan mencoba untuk tidak meluapkan emosinya. "Tapi apa ini, Baltazar? Kau membuat Ratzell dan Frautzell mengingkari perjanjian dengan Iridis! Pasukanku bertanya-tanya dan disaat bersamaan aku harus memberikan titah, terpaksa aku menurunkan semua perintah penyerangan di bawah komandan kita. Bisa kau jelaskan padaku mengapa?"

"Frautzell perlu meluaskan wilayah, begitu pula dengan Ratzell," jelas Baltazar dengan tampang datar. "Iridis satu-satunya jalan."

"Oh, jadi kau berpikir untuk mengambil wilayah Iridis," emosi Alan sedikit memuncak. "Aku bahkan tidak bisa membayangkan bagaimana sikapku saat berhadapan dengan Alvaro nanti. Nama Ratzell ikut ternodai karena keserakahanmu, Baltazar."

"Aku tidak pernah mengajakmu ikut serta," Baltazar tertawa. 'Tapi aku tahu kau akan menurunkan pasukanmu juga karena kesepakatan kita."

"Caramu sungguh licik, mari hentikan saja dan berdamai lagi dengan Alvaro," Alan mencoba mengubah pemikiran Baltazar. "Kita bisa meluaskan wilayah ke utara. Masih ada lahan di sana, mari hentikan saja peperangan ini."

The Abandoned Kingdom - Black || Noir [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang