30
"Yang Mulia, ada banyak laporan yang kami terima hari ini. Ini sungguh penting."
Frederick bergegas menyerahkan lembar demi lembar gulungan kertas pada Arion yang bersedekap di atas mejanya. Sedari pagi, dia sudah disibukkan dengan berbagai macam dokumen kerajaan. Sekarang, Frederick datang dan membawakannya beberapa hal lagi untuk diurus.
Arion tersenyum kecil. Alisnya sedikit terpaut. Rasa lelah tergambar jelas dalam raut mukanya. "Tugas raja sungguh banyak, ya. Apalagi yang kau bawa sekarang, Frederick?"
Arion membuka semua lembaran itu. Awalnya, dia mengernyit heran. Namun setelah dia menghubungkan semua isi lembarannya satu per satu, ia terbelalak. Tanpa sadar, ia menggebrak meja dengan kedua tangan.
"Kirim prajurit terhebat kita menuju kediamannya! Dia harus membayar semua darah rakyatku dengan nyawa!" Arion berseru tanpa ragu. "Aku tahu dia ada di bagian barat kerajaan! Kediamannya tersembunyi dalam gelap! Cepat atau lambat, dia akan menjadi ancaman besar!"
Frederick menghela napas. Ada ketakutan dalam benaknya. "Yang Mulia, orang ini berpindah-pindah. Tidak ada yang tahu pasti dimana dia."
Arion langsung merogoh laci meja. Ia mengambil sebuah kotak kayu berlapis permata hijau. Dibukanya kotak itu lalu ia mengambil satu buah batu dan dilemparkannya ke arah Frederick. Dengan sigap, Frederick menangkap batu itu.
"Berikan pada pemimpin prajurit," kata Arion dengan nada dingin. Raja muda itu tersenyum miring. "Batu itu akan memandu setiap penggunanya menuju pengguna sihir gelap. Sihir gelap terkuat di sekitar kerajaan akan mudah terdeteksi. Perintahkan pada mereka untuk membawa kepala iblis itu kepadaku."
Frederick tak pernah melihat Arion segeram ini. Seorang raja yang begitu menyayangi rakyatnya murka ketika mengetahui rakyatnya mati secara misterius oleh penyihir gelap.
Frederick membungkuk hormat. "Akan saya perintahkan mereka segera, Yang Mulia." Dia pun pergi menuju camp para prajurit.
Ketika pintu ditutup, Arion kembali sendirian dalam ruangan raja nan megah itu. dalam kesunyian, dia berpikir keras.
Ada sesuatu yang janggal.
Pria berambut keemasan itu berdiri. Dia menatap suasana luar istana melalui jendela besar. Taman bunga, kebun, pohon-pohon rindang, suasana damai itu tak kunjung menghilangkan perasaan mengganjal dalam hati. Netra birunya terasa kosong.
Kemudian, Arion merasakan getaran dari pedang perak.
Diiringi senyuman kecil, Arion menarik pedang itu dari sarungnya.
"Kau juga, merasakan sesuatu yang aneh bukan?"
Terdengar gelegak tawa dari pedang tersebut. Namun, dia tidak menjawab pertanyaan sang raja.
Karena mereka sama-sama tahu, pertempuran besar menanti mereka.
***
Mata Arion terbuka.
Dengan susah payah dia berdiri dan pergi dari liang itu.
Mimpi itu membuatnya tersadar bahwa semua belum berakhir. Belum selesai.
"Dulu, aku sendirian."
"Sekarang, aku mempunyai banyak bantuan di sisiku."
Aku tak boleh lengah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Abandoned Kingdom - Black || Noir [END]
FantasyIni kisah mengenai sebuah kerajaan yang hilang. Semua sejarah mengenai kerajaan itu lenyap, tak seorang pun mengetahuinya. Mereka menganggap cerita mengenai kerajaan tersebut hanyalah sebatas dongeng. Hingga suatu ketika, kucing hitam itu datang. Bu...