11

10.8K 1.3K 41
                                    


11

Hembusan angin dingin melewati kelima orang tersebut. Dalam gelap, keterkejutan Eva terlihat dari pantulan cahaya obor. Begitu juga dengan kedua pengawal, mereka sama terkejutnya dengan Eva.

Eva menatap Alan yang duduk di belakang Alvaro pias. "Kenapa...Yang Mulia berkuda dengan musuh?! Apa yang sebenarnya terjadi?!"

Alvaro mulai mengerti siapa Eva saat ini. Ia tersenyum dan berkata, "Cerita yang panjang, Nona. Apakah kau salah satu dari Iridis yang selamat?"

"Ya," jawab Eva ditambah dengan anggukan.

"Baguslah," ujar Alvaro. "Aku tahu bahwa rakyat Iridis berhasil menyelamatkan diri di suatu tempat. Dan aku tahu salah satu tempatnya adalah desa pencuri. Apakah banyak yang selamat?"

Eva menggeleng. "Saya hendak mencarinya, Yang Mulia. Sejauh ini, pengungsi dari Iridis belum sampai kemari. Salah satu orang desa ini melihatnya datang, tapi tidak ikut membantu mereka keluar dari hutan karena sesuatu."

Alvaro menghela nafas. "Dalam perjalanan, kami juga menjumpai seseorang, tapi tidak yakin apakah dia bersama rombongan atau sendiri saja." Raut wajah Alvaro mendadak masam. Tangannya yang menahan luka semakin berlumuran darah. Raja itu terbatuk-batuk.

"Yang Mulia, Anda terluka!" seru Eva panik. "Lebih baik Anda minta pertolongan orang desa, salah satu dari pengawalku akan ikut bersama Anda!"

Eva kemudian melirik Alan dengan curiga. "Apakah Anda...bisa dipercaya?"

Alan mengangguk cepat. "Percaya saja padaku. Dia adalah tanggung jawab atas kesalahan yang kuperbuat."

Alvaro menatap Eva lembut. "Tidak apa-apa...Raja Ratzell adalah kawanku."

Eva memerintah salah satu pengawalnya. "Kau, antarkan Yang Mulia ke dalam. Aku bisa mencari rombongannya dengan satu pengawal saja."

"Baik, Nona," ujar pengawal berjubah serba hitam bergegas ke sisi dua raja itu.

"Tapi sebelumnya," ujar Eva menginterupsi, "aku perlu tahu namamu sebagai jaminan."

Pengawal itu membungkuk. "Raiga Rayarka, Nona."

"Sedangkan saya Lavia Rayarna," tambah pengawal di sebelah Eva. Lavia mengenakan jubah serba hitam seperti Raiga, namun lapisan di dalamnya berwarna putih. Membuat Eva sedikit terkejut. Rupanya salah satu pengawal yang bersamanya adalah wanita. Perlengkapan yang mereka kenakan benar-benar menutupi hingga identitas terdalam.

Mengejutkan sekali Matilda. Membuat wanita sepertinya terlihat sangat tangguh, batin Eva.

"Kalau begitu, saya permisi dulu, Yang Mulia," Eva kemudian membungkuk hormat pada Alvaro dan Alan. "Pengawal saya, Rayarka, akan mengantarkan Yang Mulia."

Alvaro kembali menyunggingkan senyuman. "Terima kasih."

Sebelum kuda kembali dipacu, Alan dan Alvaro melihat Noir yang bersama-sama dengan Eva. Hanya sekilas, namun mereka yakin melihat seseorang dengan tubuh tegap berjubah keemasan terperangkap dalam wujud kucing itu. Setelah kilasan itu lenyap, mereka berpandangan sejenak dengan Noir.

"Senang melihat Anda, Yang Mulia dari Utara," gumam Alvaro pelan. Mereka lalu melaju meninggalkan Eva, Noir, dan pengawalnya.

Eva bingung. Ia melirik Lavia Rayarna yang hanya diam seribu bahasa dengan senyum kecil terlukis di wajahnya. Sepertinya, semua orang sudah tahu? Bahkan raja-raja juga tahu?

Eva menoleh pada Noir. "Apakah mereka tahu?"

Noir menggoyangkan ekornya, "Mungkin iya, mungkin tidak? Lebih baik kita bergegas Eva. Semakin gelap di sini."

The Abandoned Kingdom - Black || Noir [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang