8

13.5K 1.5K 86
                                    


8

play the song for better feel in reading!! beneran, mainin lagunya, feelnya dapet deh!

***

Noir mengeong. Kali ini, suaranya terdengar seperti geraman. Dari tanah, ia lompat menuju meja besar. Berdiri dengan menunjukkan cakarnya tepat di kerumunan terutama di hadapan perempuan bernama Matilda.

Kucing hitam itu membuka mulut. Ia bersuara dengan lantang tanpa menyembunyikannya lagi. "Jadi, kalian mengetahuinya? Siapa sebenarnya kalian ini?"

"Kami hanya peramal. Tuanku, kami menjaga ramalan itu selama ini. Kami mengubahnya ke dongeng, lagu, dan cerita mulut ke mulut, untuk terus mengingat akan hari disaat itu tiba lagi," Matilda menunduk. "Kami melarikan diri dari cemooh, dikucilkan, dan terbuang. Hingga kami menciptakan tempat ini untuk berlindung."

Noir mengibaskan ekornya. "Oh, begitukah? Pantas saja. Ramalan kalian dapat dengan mudah ditemukan di buku dongeng milik Eva."

Matilda tersenyum, "Kami berusaha keras untuk menyebarkannya. Namun, tetap saja, Tuan. Mereka melupakan kebenaran dari kerajaan utara yang bukan sebatas dongeng."

Eva membulatkan mata. "Tak kusangka kalianlah akar dari dongeng itu bermula. Suatu kehormatan bertemu kalian." Eva membungkuk kecil dan langsung dibalas oleh Matilda. "Kami yang merasa terhormat di sini."

"Tapi, apa kalian benar-benar tidak tahu mengenai Bibiku?" sorot mata Eva berubah tegang. "Tolong katakan yang sebenarnya! Aku yakin Bibi dan warga desa yang melarikan diri ada di sini!"

Matilda menggeleng, "Jika benar begitu, Nona harus tahu bahwa kabut bisa menghambat perjalanan mereka. Dalam hutan ini, banyak orang tersesat hingga mati. Yang bertahan berubah menjadi pencuri. Beberapa pencuri itu kami ijinkan tinggal di desa ini dengan syarat tertentu namun, mereka tetap mengulanginya. Jika tidak menjarah, tidak bisa hidup. M-maafkan kami."

Dari kejauhan, seorang pria membuat gaduh. Pria itu berlari dengan terengah-engah. Kakinya melangkah terhuyung hingga sampai ke tenda di mana Eva berada.

"P-pembawa pesan! Pembawa pesan ada di sini!! Kabar terbaru dalam medan perang!" Pria itu terengah-engah dan ambruk, mengagetkan seisi tenda.

Matilda berteriak pada pelayan, "Bawakan aku air hangat dan kain bersih! Pria ini terluka!"

"Baik, Nyonya!"

"Tolong katakan dengan perlahan saja, apa yang terjadi di medan perang?" Eva membungkuk dan menatap pria itu lekat-lekat.

"Iridis diambang kehancuran!!" seru sang pria hingga terbatuk-batuk. Pria itu memegang pundak Eva dengan serius. Ketakutan dan emosi tumpah dalam wajahnya.

"Aliansi kerajaan tetangga menyerang habis-habisan!! R-Raja!! Raja Alvaro sudah dititik akhir!! Mereka akan menghabisinya!! Tamatlah sudah sekarang!!"

***

Alvaro menatap cakrawala. Lesung pipinya terangkat, senyum getir ia kembangkan. Selesai sudah. Dalam kekacauan yang disaksikannya, ia tak bisa apa-apa. Semua prajurit Iridis telah menuntaskan tugas mereka hingga akhir menjemput. Alvaro tahu, mereka dalam pengaruh magis. Dengan begini, tergenapilah ramalan Para Tetua bangsa terdahulu.

Sekarang, aku bisa menyusulmu, Ayah, batin Alvaro. Renata maafkan aku. Aku tidak selamat. Pada akhirnya, aku mengingkari perkataanku padamu.

The Abandoned Kingdom - Black || Noir [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang