16

9.5K 1.1K 73
                                    


16

Ratu Renata masih tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Ia tahu bahwa Eva pasti memiliki keahlian khusus karena dia orang yang terpilih, tapi dia tidak menyangka gadis itu akan berkembang sejauh ini.

"Luar biasa," gumam Ratu Renata. Dia berdiri dan merapikan gaunnya. "Bagus, Eva! Sepertinya, aku jadi tidak perlu mengajarkan banyak hal. Kemampuan spontan yang kau miliki saja sudah lebih dari cukup."

Raja Alvaro ikut berkomentar. "Dia sudah pantas sekali mengayunkan pedang itu. Aku benar-benar takjub padanya."

"Lalu, ini berarti saatnya mencari pedang yang hilang? Pedang legenda dalam cerita," tiba-tiba Raja Alan bertanya. Mereka semua terdiam dan menoleh padanya.

"Benar juga, kita harus mencari pedang yang hilang." Ratu Renata menghampiri Lavia. "Apakah ijin untuk mencari pedang perak sudah diberikan? Jika bisa, Nona Eva dan juga Yang Mulia pergi mencari pedang itu secepat mungkin. Aku yakin, penyihir sudah mengambil langkah seribu sementara kita ada di sini."

"Soal itu sepertinya perlu disampaikan pada Nyonya Matilda," jawab Lavia sopan. "Kami hanya diberi perintah untuk mengawal Nona Eva."

Ratu mengangguk paham. "Kalau begitu, aku akan bertanya langsung padanya." Ia berseru pada Eva. "Latihannya sampai di sini."

"Sudah selesai? Padahal kita baru mulai," keluh Eva. sepertinya gadis itu menikmati sensasi berpedang yang baru saja dirasakannya.

Ratu Renata tertawa kecil. "Aku akan melanjutkannya lain kali. Lagipula, kau memiliki bakat terpendam." Lalu ia teringat sesuatu. "Ah, sementara aku dan pengawal pergi bertanya, sebaiknya kalian beristirahat dan makan."

"Baik!" jawab Eva.

Namun, sebelum Yang Mulia Ratu dan Lavia benar-benar pergi. seseorang datang menghampiri mereka.

"Gawat! Gawat! Yang Mulia sekalian! Musibah besar tiba!"

Pria bertubuh gempal datang dengan raut gelisah bercampur takut. Ia membungkuk di hadapan Yang Mulia Ratu dengannafas tersengal.

"Salah satu dari warga kami, memiliki tanda terkutuk! Mawar hitam di lehernya!"

Ketika mendengar itu, seketika mereka mengetahui bahwa waktu yang tersisa sangat sedikit.

Genderang perang sudah mulai ditabuhkan kembali. Oleh sang penyihir.

***

"Minggir! Beri jalan untuk Yang Mulia!"

Kerumunan warga desa pencuri berdesak-desakan. Mereka panik ketika salah seorang dari mereka tumbang dan memiliki tanda itu. Tanda yang 100 tahun lamanya tidak pernah muncul lagi.

Ketika Yang Mulia Ratu, Raja, beserta Eva datang, keributan mulai terdengar. Beberapa dari mereka mendesak Yang Mulia untuk segera mengambil keputusan. Beberapa lagi mendesak Eva untuk segera pergi dari tempat itu karena menganggap Eva-lah penyebab sang penyihir bisa menembus penghalang terkuat desa pencuri, yaitu perisai kabut mereka.

"Kalian! Jangan sedikit pun menyalahkan Nona Eva ataupun mengeluh pada Yang Mulia! Kita tahu semua ini akan terjadi! Kita telah mengetahui semua sejak awal! Dan sekarang waktu itu telah tiba! Jangan panik! Kita pasti bisa menumpas penyihir terkutuk itu!" Matilda berteriak menenangkan gaduh. Ia mengangkat tangannya ke atas. "Bagi yang masih sehat tanpa cela, kalian bisa mempersiapkan diri untuk berlatih senjata! Sebagian lagi dari kalian bisa menyiapkan senjata! Bagi para wanita, mari bekerja untuk menyiapkan persediaan bahan yang cukup berupa makanan dan obat-obatan! Bagi para penyembuh, lakukan tugas kalian! Kita perlu kompak untuk menghadapi ini!"

The Abandoned Kingdom - Black || Noir [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang