Sementara itu, perjalanan anak bungsu Raja Jenggala, Rajasa dan para pengawalnya untuk menuju ke Gunung Pawitra (Gunung Penanggungan), tempat pertapaan Maharaja Airlangga, leluhur Raja-raja Jenggala dan Panjalu tidak mendapat hambatan yang berarti.
"Jika tidak ada aral yang melintang, kita akan sampai ke pertapaan Gunung Pawitra ( Penanggungan) dalam 2 atau 3 hari ke depan tuanku" ujar senopati Bango Samparan
"Lalu kira-kira bagaimana dengan ayahanda di Tumapel ya paman? mampukah mereka menahan serbuan dari Paman Prabu di Panjalu?" ujar Rajasa
"Kita berdoa semoga Sang Prabu dan para prajurit mampu menahan serbuan Panjalu, nanti kita tunggu kabar dari pasukan penghubung yang kita kirim untuk mencari kabar dari Tumapel" ujar senopati Bango Samparan
Demikianlah, dengan perasaan khawatir dan tegang, menunggu kabar pertempuran antara Jenggala dan Panjalu, rombongan kecil itu terus bergerak untuk menyingkir ke Gunung Pawitra (Penanggungan).
Dusun demi dusun mereka lewati dengan tidak menampilkan diri secara mencolok, sehingga warga dusun-dusun yang mereka lalui tidak mengetahui bahwa mereka adalah rombongan dari Kotaraja Tumapel.
Dan, Rajasa, meskipun adalah seorang anak raja, dan masih tergolong anak-anak, namun tidak pernah mengeluh jika harus tidur di banjar dusun atau bahkan di rerumputan tepi hutan.
Para pengawal yang mendampinginya tampak bangga melihat junjungannya itu juga selalu berlaku ramah dan baik kepada mereka. Bahkan kadang kala Rajasa membantu mereka saat sedang memasak menyiapkan makan meskipun sebenarnya mereka awalnya menolak, namun karena Rajasa selalu ngotot untuk membantu, maka mereka kemudian membiarkan anak dari raja mereka itu untuk membantu, tentu saja bantuan yang ringan-ringan, mengingat Rajasa masih anak-anak.
"Saya yakin, Tuanku Rajasa kelak akan jadi pemimpin yang hebat, yang ditaati oleh rakyat, sifatnya yang ramah dan baik hati tentu akan membuat rakyat akan taat padanya" ujar seorang prajurit.
"Benar sekali, masa kecilnya yang prihatin seperti ini pasti akan mendidiknya menjadi pemimpin yang tangguh, tak pernah mengeluh dan suka bekerja keras" ujar prajurit yang lain.
Demikianlah, setelah hampir 2 pekan mereka meninggalkan Kotaraja Jenggala, Tumapel, sampailah rombongan kecil itu di kaki Gunung Pawitra (Penanggungan).
Senopati Bango Samparan dan Kebo Lembong kemudian memerintahkan beberapa prajurit untuk mencari lokasi bekas pertapaan Maharaja Airlangga yang akan mereka gunakan sebagai tempat tinggal sementara sambil menunggu kabar dari Kotaraja.
Demikianlah, maka beberapa prajurit kemudian menyebar untuk mencari lokasi pertapaan Gunung Pawitra (Penanggungan).
KAMU SEDANG MEMBACA
Arok, Sang Pengguncang
Historical Fictioncerita fiksi tentang berdirinya kerajaan Tumapel (Singsasari), tentang kisah hidup Sri Rajasa sang Arok pendiri wangsa Rajasa, nenek moyang raja-raja mapapahit, dalam cerita yang berbeda dengan yang sudah dikenal selama ini. Sri rajasa dalam...