Prajurit Panjalu yang ditugasi mengintai di pagi-pagi itu terkejut melihat kondisi kraton dan sekitarnya yang habis terbakar menyisakan puing-puing dan asap yang masih mengepul pekat. Baru pertama kali mereka berperang dan diakhiri dengan bumi hangus seperti itu, selama ini mereka biasanya hanya melarikan diri dan membiarkan kraton dikuasai musuh untuk kemudian nanti setelah mereka merasa kuat dan besar kekuatannya kembali untuk merebut kraton dari penguasaan musuh, seperti yang mereka lakukan beberapa tahun silam ketika Panjalu diduduki oleh Jenggala, dan memaksa Sri Kertajaya menyingkir dari kotaraja dan menghimpun kekuatan di daerah Kalangbrat.
"Gila memang orang-orang Jenggala, mereka tidak mau membiarkan kraton mereka kita duduki" ujar prajurit Panjalu
"Benar sekali, baru kali ini kejadian seperti ini, biasanya meski menyingkir, pihak yang kalah tidak akan tega membakar sendiri kratonnya" ujar kawannya
"Ayo kita kembali ke perkemahan untuk melaporkan kejadian ini"
Demikianlah maka kemudian prajurit-prajurit yang ditugasi mengintai keadaan Kotaraja Jenggala itu segera bergegas kembali ke perkemahan pasukan Panjalu di luar Kotaraja Jenggala.
Sesampainya ke perkemahan pasukan, mereka segera melaporkan apa yang mereka saksikan di Kotaraja kepada pemimpin mereka, dan selanjutnya pemimpin prajurit itu secara berantai menyampaikan kepada senopati prajurit agar disampaikan kepada Raja Sri Kertajaya dan jajaran pemimpin pasukan Panjalu.
"Jadi Jenggala membakar habis kraton mereka dan menyingkir untuk menyelamatkan diri?" tanya Sri Kertajaya
"Benar sekali tuanku, mereka tidak membiarkan kita untuk menduduki kraton mereka" ujar Senopati Arya Pulung
"Apa yang ada di benak Paman Prabu Sri Girindra dengan membakar habis seluruh kratonnya" ujar Sri Kertajaya kembali
"Melihat perkembangan pertempuran dari hari ke hari, saya melihat Paman Prabu sudah putus asa, lebih dari dua pertiga prajurit mereka terbunuh, mungkin melihat itu maka Paman Prabu memilih cara bumi hangus, karena mereka tidak yakin dalam waktu singkat bakal bisa membalas kekalahan dan merebut kembali kotaraja dari tangan kita Kangmas Prabu" ujar Mahisa Walungan
"Pendapatmu sangat masuk akal Dimas, berarti kita cukup bisa berlega, meski harus tetap bersiap, entah 5 atau 10 tahun lagi atau bahkan mungkin lebih, Jenggala pasti akan membalas kekalahan mereka" ujar Sri Kertajaya
Akhirnya setelah pembicaraan yang cukup lama oleh para petinggi Panjalu, diputuskan secara bergelombang pasukan Panjalu akan ditarik kembali ke Panjalu, dan menyisakan sebagian pasukan di bawah senopati Arya Pulung untuk menduduki kotaraja Jenggala dan melacak kemana Raja Jenggala mengungsi.
Demikianlah, di tahun 1117 S atau 1195 M, Panjalu bisa mengalahkan kembali Jenggala sebagaimana dulu kakek Sri Kertajaya, raja besar Sri Jayabhaya dengan semboyan Panjalu Jayati (Panjalu Berjaya) juga mengalahkan Jenggala dan kemudian memerintahkan Mpu Panuluh untuk mengabadikan kisah kemenangannya dengan menulis Kakawin Bharatayudha.
Setelah secara bergelombang pasukan Panjalu meninggalkan Kotaraja Jenggala kembali ke kotaraja Panjalu di Kadhiri, maka senopati Arya Pulung segera mengatur pasukannya untuk melacak keberadaan Raja Jenggala, Sri Kertajaya dan pengikutnya.
Sementara sebagian prajuritnya diminta untuk mengumpulkan penduduk yang ada di dusun-dusun seputar kotaraja untuk membangun pesanggrahan dan barak-barak prajurit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arok, Sang Pengguncang
Tarihi Kurgucerita fiksi tentang berdirinya kerajaan Tumapel (Singsasari), tentang kisah hidup Sri Rajasa sang Arok pendiri wangsa Rajasa, nenek moyang raja-raja mapapahit, dalam cerita yang berbeda dengan yang sudah dikenal selama ini. Sri rajasa dalam...