13. tigabelas

238 4 0
                                    


Rajasa yang dikabari oleh pengawalnya bahwa rombongan dari ayahnya, Sri Girindra telah sampai di pesanggrahan mereka di Gunung Pawitra segera bergegas berlari menyongsong rombongan ayahnya.

Wajahnya tampak begitu gembira karena kabar kehadiran ayahnya adalah kabar yang paling ditunggunya sejak mereka tiba dan kemudian mendirikan pesanggrahan di bekas lokasi pertapaan Mahaprabhu Airlangga dan Mahapatih Narottama, leluhur Jenggala dan Panjalu, sewaktu leluhur mereka lolos dalam peristiwa Mahapralaya di Medang Wwatan.

Saat itu, ibukota Medang, Wwatan sedang berlangsung kemeriahan menyambut pernikahan putri Maharaja Medang, Dharmawangsa Teguh dengan Airlangga, putra dari Raja Bali, Udayana, yang sebenarnya juga adalah keponakannya, karena Raja Udayana beristrikan Mahendradatta, adik dari Dharmawangsa Teguh.

Namun peristiwa tragedi tiba tiba terjadi, kemeriahan dan kegembiraan yang meliputi kota Wwatan berubah menjadi hujan tangis dan rintihan pilu.

Di saat puncak kemeriahan perkawinan, tiba tiba tanpa diduga secara mendadak ribuan prajurit dari Lwaram, yang dipimpin langsung oleh rajanya, Wura Wari menyerbu kota Wwatan.

Para prajurit Medang yang lengah karena larut dalam pesta kemeriahan tak sanggup membendung serbuan para prajurit Lwaram yang dibantu oleh prajurit dari Sriwijaya.

Kraton Medang terbakar habis dalam peristiwa yang kemudian dikenang dengan nama peristiwa Mahapralaya tersebut. Maharaja Dharmawangsa Teguh dan para pejabar Medang terbunuh. Hanya menantu dan anak perempuannya yang lolos dengan dikawal oleh pasukan pengawal yang dipimpin oleh Narottama.

Setelah meloloskan diri dari Wwatan, mereka kemudian bersembunyi di sebuah hutan kecil di lereng Gunung Pawitra yang saat ini mereka tinggali.

"Bagaimana kabarmu anakku?" ujar Sri Girindra sesaat setelah Rajasa yang berlari menyongsongnya langsung menghambur ke pelukannya.

"Ananda sehat sehat saja Ayahanda, dan berkat bimbingan paman Senopati Bango Samparan dan Kebo Lembong, kanuragan Ananda semakin pesat" ujar Rajasa.

"Baguslah jika engkau tidak bermalasan untuk berlatih kanuragan, kelak itu akan menjadi bekalmu untuk membalaskan kekalahan kita terhadap Panjalu" ujar Girindra

Arok, Sang PengguncangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang