"Padahal kota ini dahulu adalah sebuah kota besar yang terkenal di seantero Bhumi Nusantara ya paman" ujar Rajasa
"tepat sekali Nakmas, kota Pamwatan yang dulu bernama kota Wwatan Mas ini kebesarannya hanya bersaing dengan Tulimbang, ibukota Sriwijaya di Swarnadwipa" ujar Bango Samparan
Kota Wwatan Mas sejarahnya adalah ibukota kerajaan Medang setelah pendiri dinasti Isyana, mPu Sindok memindahkan ibukota kerajaan dari Mataram di Jawa Tengah karena ancaman letusan Gunung Candrageni (sekarang disebut Gunung Merapi yang terletak di perbatasan provinsi Jateng dan DIY). namun sebelum di Wwatan Mas (sekarang diperkirakan terletak di daerah Pasuruan, Jatim) ibukota Medang sebelumnya adalah di Watugaluh dan di Tamwlang (keduanya kira-kira saat ini berada di sekitar wilayah Jombang, Jatim) kemudian di Wwatan (kira-kira sekarang masuk wilayah Madiun).
Kota Wwatan hancur karena serangan koalisi antara Sriwijaya dan kerajaan Lwaram (sekarang masuk wilayah Blora) yang dipimpin oleh Raja Wurawari pada tahun 1006 M, pada saat raja Medang, Dharmawangsa sedang mengadakan pesta pernikahan anaknya dengan anak raja Udayana dari Bedahulu, Bali yang juga merupakan keponakannya sendiri, anak dari adiknya putri Mahendradatta, yaitu Airlangga.
Raja Dharmawangsa tewas, sedangkan keponakannya yang sekaligus menantunya, Airlangga, lolos dalam serangan itu. Ia lolos ditemani pembantunya yang bernama Narotama. Sejak saat itu Airlangga menjalani kehidupan sebagai pertapa di hutan pegunungan (wanagiri). Pada tahun 1009, datang para utusan rakyat meminta agar Airlangga membangun kembali Kerajaan Medang. Karena kota Wwatan sudah hancur, maka, Airlangga pun membangun ibu kota baru bernama Wwatan Mas di dekat Gunung Pawitra (seakarang Gunung Penanggungan di Pasuruan). Pada mulanya wilayah kerajaan yang diperintah Airlangga hanya meliputi daerah Gunung Pawitra dan sekitarnya, karena banyak daerah-daerah bawahan Kerajaan Medang yang membebaskan diri.
Airlangga kemudian membangun ibu kota baru bernama Kahuripan (sekarang masuk di daerah Sidoarjo, Jatim). Musuh - musuhnya satu persatu dapat ditaklukkan, bahkan kemudian Raja Wurawari pun dapat dihancurkan pula. Saat itu wilayah kerajaan mencakup hampir seluruh Jawa Timur. Nama Kahuripan inilah yang kemudian lazim dipakai sebagai nama kerajaan yang dipimpin Airlangga, sama halnya nama Singhasari yang sebenarnya cuma nama ibu kota, lazim dipakai sebagai nama kerajaan yang dipimpin Kertanagara. Pusat kerajaan Airlangga kemudian dipindah lagi ke Daha, berdasarkan prasasti Pamwatan, 1042 M.
Pada akhir pemerintahannya, Airlangga berhadapan dengan masalah persaingan perebutan takhta antara kedua putranya. Calon raja yang sebenarnya, yaitu Putri Sanggramawijaya Tunggadewi, memilih menjadi pertapa dari pada naik tahta. Pada akhir November 1042 M, Airlangga terpaksa membagi kerajaannya menjadi dua, yaitu bagian barat bernama Panjalu beribu kota di Daha, diserahkan kepada Sri Samarawijaya, serta bagian timur bernama Janggala beribu kota di Kahuripan, diserahkan kepada Mapanji Garasakan. Setelah turun tahta, Airlangga menjalani hidup sebagai pertapa sampai meninggal sekitar tahun 1049.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arok, Sang Pengguncang
Tarihi Kurgucerita fiksi tentang berdirinya kerajaan Tumapel (Singsasari), tentang kisah hidup Sri Rajasa sang Arok pendiri wangsa Rajasa, nenek moyang raja-raja mapapahit, dalam cerita yang berbeda dengan yang sudah dikenal selama ini. Sri rajasa dalam...