16. bagian enam belas

198 6 0
                                    


Demikianlah maka Arya Pulung mengumpulkan para perwira prajurit di bawah kendalinya untuk menyusun posisi pemerintahan Tumapel yang akan diposisikan sebagai sebuah Pakuwon (semacam wilayah bawahan) dari kerajaan Daha.

Karena merupakan sebuah pakuwon baru, maka Arya Pulung merasa tidak atau belum membutuhkan susunan yang rumit di dalam struktur pemerintahannya. Arya Pulung telah menentukan bahwa dia akan dibantu seorang patih, lalu beberapa mantri serta seorang senopati perang sebagai kepala prajurit di Tumapel.

"Setelah aku merenung dan menimbang-nimbang, maka Kakang Kuda Pradapa aku minta untuk menjadi pepatih di pakuwon Tumapel, Kakang Lembu Ireng aku tunjuk sebagai mantri urusan tani, Adi Jalak Abang aku tunjuk sebagai mantri urusan perdagangan dan pajak, lalu urusan tata praja aku tunjuk Adi Lembu Winanga sebagai mantrinya, terakhir sebagai senopati Tumapel aku tunjuk Adi Kuda Sembodo. kira-kira bagaimana menurut Kakang dan Adi sekalian" ujar Arya Pulung bertanya kepada para perwira bawahannya.

Maka satu persatu para perwira prajurit itu mengemukakan pendapatnya yang kesemuanya menyetujui dan sanggup untuk menjalankan apa yang telah diputuskan oleh Arya Pulung sebagai calon Akuwu di Tumapel.

Maka demikianlah hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti dan waktu bagi pelantikan Arya Pulung sebagai Akuwu Tumapel pun tiba. Mahesa Wulungan, adik kandung Raja Daha Sri Kertajaya telah tiba bersama rombongan prajurit dari Daha untuk mewakili Raja Daha melantik Arya Pulung sebagai Akuwu Tumapel.


Dalam pada itu, hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun tak terasa sudah 5 tahun sejak kalahnya Jenggala oleh Daha, dan di padepokan lereng gunung Pawitra, Rajasa terus berlatih berbagai macam ilmu kanuragan di bawah bimbingan ayahnya yang kini berganti nama menjadi mPu Giri serta para mantan pembesar Jenggala yang setia kepadanya. Rajasa telah tumbuh menjadi seorang remaja yang gagah.

"Rajasa, sudah lima tahun engkau berlatih kanuragan, ilmu yang kumiliki dan juga dimiliki paman-pamanmu semua sudah engkau pelajari, tinggal engkau asah terus sehingga menjadi matang, nah, karena di sini sudah tidak ada lagi yang bisa kami ajarkan, sebaiknya untuk menambah kemampuanmu engkau turun gunung dan mencari guru-guru yang bisa mengajarkanmu ilmu-ilmu yang lain" ujar mPu Giri

"Baiklah ayahanda, apapun yang engkau perintahkan akan hamba laksanakan" jawab Rajasa

"Bagus, bagus, nah saranku, engkau pergilah ke daerah kulon, ke tanah kuno, tempat para leluhur kita dahulu, tanah para dewa di Bhumi Mataram, carilah mPu Triguna di lereng Liyangan, katakan padanya bahwa anak jatayu hendak belajar terbang" ujar mPu Giri

"Maksudnya apa itu ayahanda?" tanya Rajasa penasaran

"Jika engkau sudah bertemu dengan mPu Triguna, dia akan faham dengan kata-kata itu" ujar mPu Giri

"Baiklah ayahanda, hamba akan bersiap-siap dan besok pagi-pagi sekali akan berangkat menuju Gunung Argapura untuk mencari mPu Triguna" ujar Rajasa

Arok, Sang PengguncangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang