15. lima belas

230 4 0
                                    

Setelah beberapa hari menempuh perjalanan dari Dahanapura, akhirnya Kebo Dungkul dan Jaran Jrabang tiba kembali ke Tumapel.
"Kita langsung menghadap Senopati Arya Pulung sekarang atau besok pagi saja kakang?" tanya Kebo Dungkul

"Sebaiknya kita langsung menghadap sekarang saja Adi, biar setelah itu kita bisa langsung istirahat setelah berhari-hari di atas pelana kuda" jawab Jaran Jrabang

"Baiklah, tapi paling tidak kita mampir warung dulu kakang, perutku lapar, he he" kata Kebo Dungkul

"kamu itu yang dipikirkan cuma makan saja, baiklah ayo kita mampir di warung yang ada di dekat pasar itu" kata Jaran Jrabang.

Kemudian Jaran Jrabang dan Kebo Dungkul mengarahkan kuda mereka menuju sebuah pasar yang berada tidak jauh dari perbatasan kota Tumapel.

Setelah beberapa waktu menikmati hidangan yang mereka pesan di warung yang ada di dekat pasar pinggir kota Tumapel, maka kemudian jaran Jrabang dan Kebo Dungkul bergegas menuju ke tempat Senopati Arya Pulung tinggal, yaitu di rumah yang dibangun di bekas istana kerajaan dekat alun-alun Tumapel.

'Jadi kalian sudah kembali dari Dahanapura? tanya Arya Pulung

"Benar Gusti Senopati, kami baru saja tiba dari Dahanapura langsung kemari untuk menghadap dan menyerahkan surat dari istana yang ditujukan kepada Gusti Senopati" jawab Jaran Jrabang sambil menyerahkan surat yang dibawanya dari Dahanapura.

"Bailah, kalau begitu aku pelajari dulu surat ini, kalian boleh pergi, kalian terlihat lelah dan pakaian kalian juga kusut seperti itu" ujar Arya Pulung

"Baik Gusti, kami mohon diri" ujar Kebo Dungkul dan Jaran Jrabang kemudian meninggalkan pendopo dan bergegas menuju pondokan prajurit tempat tinggal mereka untuk beristirahat.

Sementara itu, sepeninggal kedua prajuritnya, Arya Pulung membuka surat rontal yang diterimanya dari istana di Dahanapura. Ternyata isi surat itu adalah penunjukan Arya Pulung menjadi penguasa wilayah Tumapel dan sekitarnya, dan pelantikan akan dilaksanakan dalam waktu dua purnama sejak surat dibuat oleh Sri Kertanegara, sementara nanti yang akan melantik Arya Pulung sebagai akuwu di Tumapel diwakilkan kepada Mahesa Walungan, adik raja Sri Kertanegara, seklaigus tangan kanan sang raja di Dahanapura. Sambil menunggu dua bulan, maka Arya Pulung diperintahkan untuk mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan guna pelaksanaan upacara pelantikan.

Maka demikianlah setelah mendapat surat dari istana Dahanapura soal penunjukkannya sebagai penguasa wilayah Tumapel dan sekitarnya maka Senopati Arya Pulung kemudian mulai mempersiapkan diri menjelang pelantikannya tersebut. Bangunan-bangunan yang akan menjadi pusat pemerintahan wilayah Tumapel dibenahi di sana sini. Untuk memastikan acara pelantikan nantinya aman dari gangguan maka patroli keamanan oleh para prajuit juga ditngkatkan hingga ke batas-batas wilayah Tumapel, penjagaan di daerah-daerah yang dianggap rawan juga ditingkatkan. Senopati Arya Pulung sama sekali tidak mau nantinya saat utusan dari istana Dahanapura datang ke Tumapel terjadi peristiwa yang tidak diinginkan seperti serangan dari sisa-sisa prajurit Jenggala yang sampai saat ini tidak terlacak keberadaannya.

"bagaimana hasil dari patroli keamanan sampai sejauh ini prajurit? " tanya Senopati Arya Pulung

"sejauh ini keadaan di wilayah Tumapel tetap aman terkendali Gusti Senopati, tak ada sama sekali gangguan keamanan yang terjadi" ujar prajurit yang ditanya.

"baguslah kalau begitu, sungguhpun demikian kita tidak boleh lengah, pastikan sampai nanti kehadiran dan kepulangan Gusti Mahesa Wulungan kondisi Tumapel tetap aman terkendali" ujar Arya Pulung

"sendika dawuh Gusti Senopati" ujar prajurit

Demikianlah, Senopati Arya Pulung sebagai seorang perwira prajuirt demikian memperhatikan urusan keamanan di wilayahnya, sebagai calon penguasa wilayah maka dia tentu tidak mau tercoreng mukanya jika saat pelantikannya nanti terjadi peristiwa gangguan keamanan yang bisa membuat dirinya dinilai gagal oleh Panjalu.

Kemudian untuk persiapan sebagai pemimpin wilayah, maka Arya Pulung kemudian mengumpulkan para petinggi prajurit untuk menentukan posisi-posisi pemerintahan di Tumapel.

Arok, Sang PengguncangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang