7. 2 Prajurit

355 12 0
                                    


Maka kemudian kelompok-kelompok prajurit yang disebar untuk mencari jejak keberadaan dari Raja Jenggala itu kemudian satu persatu melaporkan hasil kerja mereka yang tiada hasil itu kepada Senopati Arya Pulung yang ada di Tumapel, yang mendapat tugas dari Raja Panjalu untuk mengamankan keadaan di Tumapel pasca perang.

"kami telah mencari jejak rombongan Raja Jenggala sampai ke dusun-dusun di lereng Gunung Kampud (nama kuno Gunung Kelud), namun tak ada hasil " ujar satu pemimpin prajurit.

"Kami juga telah mencari sampai ke daerah yang dekat Gunung Brahma (nama kuno Gunung Bromo), tapi juga tak ada hasil" ujar pemimpin prajurit yang lain

"Kami pun demikian Senopati, kami mencoba melacak sampai daerah Ngurawan, juga tak ada hasil" ujar pemimpin prajurit lainnya.

Demikianlah, satu persatu pemimpin kelompok prajurit yang disebar ke segala penjuru di sekitar Tumapel melapor kepada Senopati Arya Pulung.

Dan mendapati kenyataan itu, maka Arya Pulung sependapat dengan usul dari para pemimpin prajurit untuk menempatkan para prajurit ke daerah-daerah sebagai pengamanan wilayah untuk memastikan tidak ada gerakan dari Raja Jenggala pasca dikalahkan oleh Panjalu.

"Baiklah, sambil kita bagi dan memetakan di daerah mana saja kita tempatkan para prajurit, Aku akan mengirim prajurit untuk melaporkan kondisi Tumapel dan sekitarnya kepada Senopati Gubar Baleman di Dahanapura" ujar Senopati Arya Pulung.

"Kebo Dungkul dan Jaran Jrabang, besok pagi kalian berdua berangkatlah ke Dahanapura untuk melaporkan kondisi terkini di sini serta rencana penempatan kelompok-kelompok prajurit di beberapa titik sekitar Tumapel untuk memantau kalau-kalau ada gerakan dari sisa-sisa prajurit Jenggala yang menyingkir setelah perang, serta kira-kira bagaimana tanggapan Dahanapura, kalau ada petunjuk dan perintah baru, kalian catat dan laporkan kesini secepatnya" ujar Arya Pulung kepada 2 orang pemimpin prajurit kepercayaannya.

"Siap, kami akan segera laksanakan Senopati" ujar Kebo Dungkul dan Jaran Jrabang

Maka, setelah pertemuan berakhir, kedua prajurit itu segera menuju ke barak masing-masing untuk mempersiapkan perlengkapan guna menempuh perjalanan menuju ke Dahanapura. Keesokan harinya, pagi-pagi sekali berangkatlah 2 orang prajurit itu menuju ke Dahanapura untuk melaporkan situasi terakhir di Tumapel dan sekitarnya pasca peperangan antara Jenggala dan Panjalu yang dimenangkan oleh Panjalu. Dan agar tidak mencolok, mereka sengaja tidak mengenakan seragam prajurit, namun memakai pakaian yang biasa dipakai oleh penduduk yang melakukan perjalanan jauh.

Dengan memacu kudanya mereka tampak bergegas agar tidak terlalu lama tiba di Dahanapura. Dengan kuda mereka memperkirakan akan tiba ke Dahanapura dalam sehari semalam perjalanan, untuk itu mereka telah memperhitungkan akan bermalam di daerah Ganter, yang merupakan daerah perlintasan antara Tumapel dan Dahanapura.

Siang harinya, di sebuah dusun, mereka mampir ke warung sederhana yang ada di pinggir jalan untuk mengisi perut dan minum guna melepaskan dahaga.

Tampak beberapa pengunjung lain yang tengah menikmati makanannya, sebagian yang lain tampak berbincang dengan kawannya sambil menikmati minuman. Warung itu meski sederhana namun nampaknya cukup laris dan ramai pengunjungnya.

"kami pesan nasi rames dua, kemudian wedang jahe dua kisanak" ujar Kebo Dungkul pada pemilik warung

"tunggu sebentar kisanak, silahkan duduk dulu" jawab pemilik warung

Kemudian Kebo Dungkul dan Jaran Jrabang memilih tempat di pojok warung dekat jendela menunggu pesanan makanan mereka sambil mencari udara segar.

Tak lama kemudian pesanan mereka telah tiba.

"Silahkan kisanak, ini pesanannya, semoga masakan istri saya ini sesuai dengan selera kisanak" ujar pemilik warung

"terima kasih kisanak, kalau perut lapar seperti ini, masakan apapun pasti cocok kisanak" ujar Kebo Dungkul sambil tersenyum

Maka Kebo Dungkul dan Jaran Jrabang pun kemudian dengan lahap menikmati nasi rames pesanan mereka. Di sela-sela menikmati makanan, mereka juga mendengarkan obrolan yang dilakukan oleh para pengunjung warung.

Dari obrolan para pengunjung itu, mereka mendengar bahwa rakyat Jenggala bersedih karena kalah perang, apalagi ada diantara pengunjung yang mempunyai kerabat prajurit dan ikut gugur dalam peperangan. Tak lupa mereka sangat berharap agar kelak Jenggala bisa bangkit dan membalas kekalahannya.

Namun sampai sekian lama Kebo Dungkul dan Jaran Jrabang mendengarkan perbincangan diantara para pengunjung warung itu sambil menikmati makanan dan minuman mereka, tetap saja tidak ada informasi yang mereka peroleh tentang jejak Raja Jenggala. Tampaknya memang bahkan terhadap rakyatnya pun Raja Jenggala sengaja menghilangkan jejak dirinya.

Demikianlah, setelah cukup lama mereka beristirahat dan mengisi perut di warung, maka Kebo Dungkul dan Jaran Jrabang pun kemudian melanjutkan perjalanannya menuju Dahanapura.

Arok, Sang PengguncangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang