Breeding Ground
03
.
Jam hampir menunjukkan pukul dua belas malam ketika Codrington memojokkan kawannya, lalu bertanya dengan agak tergesa-gesa, "Melville, ada apa gerangan kau mengundang seseorang seperti Mr. Whiston?"
Melville merenung sedikit melihat reaksi pria itu, tanpa sadar memuntir kumis tipisnya.
"Itu tidak bisa dielakkan, Codrington. Dia calon partner bisnisku—keluarga Melville berencana untuk menginvestasikan sedikit kekayaan di Amerika." Ia melanjutkan dengan nada yang berbau pembelaan pelan, "Oh, jangan menatapku begitu, Codrington. Di jaman begini, kalau tidak ingin bangkrut, kita tidak bisa lagi hanya mengandalkan estat dan tanah warisan."
"Aku harus memuji pikiranmu yang progresif."
"Tidak usah menyindirku seperti itu. Aku sudah cukup menerima bagian sindiranku dari bangsawan lain." Melville terkekeh renyah. "Tetapi—bukan berarti aku setuju dengan—apa itu namanya? 'Kebangkitan rakyat bawah'. Anggap saja aku memanfaatkan orang itu seperti alat, karena harus kuakui ia pandai menggandakan uang."
"Ia kaya di Amerika?"
"Sangat."
Codrington mengangkat bahu. "Aku tak mau tahu soal reputasimu."
"Oh, kupikir reputasiku sejauh ini masih lumayan—cukup untuk mendapat istri yang tepat, setidaknya. Dan apakah yang kulihat itu Harcourt?"
Di seberang terlihat sosok serba putih berkelit menghindari para tamu, lalu menjauhi keramaian dan pergi keluar melewati pintu berpanil keemasan.
"Mungkin dia kembali tak enak badan. Pendapatku, seharusnya dia jangan pergi seorang diri." Melville berpendapat. "Oh, aku tak bisa membayangkan kalau-kalau ada alpha yang mengikutinya—bagaimana jika ada pria lapar yang gatal mencicipi tengkuk itu? Sungguh tragedi."
Codrington tahu Melville memancingnya dan Melville memang sengaja membiarkannya tahu, sehingga alpha itu hanya mengumpat, memberi alasan rapuh akan keharusannya menyusul Harcourt, dan bergegas pergi.
Melville menegak habis sisa minuman di gelasnya. Di tegukan pertama ia geli akan perannya sebagai cupid, dan di tegukan kedua ia teringat sesuatu.
"Hampshire."
Harcourt juga berasal dari Hampshire, lamunnya.
.
.
Ketika melintasi lorong-lorong sepi kediaman Melville demi menjauhi keramaian pesta, George terlihat tenang dan tak peduli. Mimiknya sekeras karang. Tetapi itu hanya akting—dan ia berusaha keras untuk itu. Meski tak punya tujuan, saat ini yang ada di pikirannya hanyalah keharusan untuk lari.
Oh, di dalam lapisan-lapisan yang tak tertembus itu, andai ada yang bisa mengintip isi hatinya. Ada wajah masa lalu yang bergentayangan bagai hantu, kenangan yang bangkit dari kuburan waktu.
Simon datang.
Dia sudah kembali.
Derap kakinya berbelok melewati pintu dan keluar melintasi taman. Bulan bergantung dalam bulatan sempurna, merenung sendu, kala sang omega memasuki salah satu rumah kaca. Di dalam panas dan lembab, kontras dengan udara dingin di luar.
Di sana ada beraneka botani eksotik kebanggaan keluarga Melville, yang satu pohonnya dapat menghidupi puluhan keluarga miskin; diimpor dari daratan yang begitu jauh, melintasi lautan, flora favorit orang kaya yang luar biasa mahal dalam perawatannya. Bunga-bunga yang berada di sana indah berwarna-warni, meski kurang cemerlang tanpa cahaya matahari. Di bawah bulan yang bersinar enggan, keindahan mahal nan rapuh itu bagaikan kecantikan tersia-sia, redup tanpa buaian surya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Breeding Ground [Victorian Omegaverse/NOW ENDING]
Romance[OMEGAVERSE BL, VICTORIAN ERA] #1 OMEGAVERSE . . Ini adalah cerita tentang zaman Victoria, di mana manusia terbagi menjadi alpha, beta dan omega. Di kalangan bangsawan, seorang pria omega adalah harta yang tak ternilai. Setelah bertahun-tahun tampil...