Breeding Ground 2

9.8K 1K 71
                                    

Breeding Ground

02

.

(Tutur seorang tutor pada omega muridnya:

"Hakikat seorang omega adalah penyerahan total.")

.

.

.

Sebagaimana halnya kalangan atas yang lelah menghadiri pesta, hari itu George Harcourt bangun terlampau siang. Tubuhnya pegal karena acara semalam baru usai menjelang subuh. Belum pernah dalam hidupnya ia berdansa dengan orang sebanyak itu, menjadi pusat perhatian seramai itu, didambakan oleh badan-badan rindu.

Ia tak yakin menyukainya.

Setelah berganti pakaian dibantu pelayan dan makan pagi, George memenuhi panggilan dari sang paman yang merupakan kerabat jauhnya, Lord Harcourt dengan gelar Viscount Cultross, yang sudah menunggu di ruang santai. Di sana juga hadir sang Viscountess, Lady Harcourt. Penampilan dan perilaku wanita itu sangat mirip dengan sang suami; lembek, agak komikal, tak disegani tapi tak dimusuhi.

Kediaman ini bukan rumah George. Aslinya ia tinggal bersama ibu, kakak sulung dan istrinya, serta anak-anaknya di suatu rumah di Hampshire. Sebelumnya George jarang ke London bahkan di saat season, tetapi tahun ini dirinya khusus disponsori oleh sang paman dan bibi. Dibandingkan kerabat lain yang culas atau suka menghina, George cukup menyayangi paman dan bibinya.

Setelah memberi salam dan berbasa-basi, mereka bertiga membicarakan mengenai pesta dansa tadi malam. Ketika ditanya perihal calon suami potensial, George hanya memberikan satu-dua nama terbaik dari para pria yang tertarik, dengan mengenyampingkan opininya sendiri terkait orang-orang itu.

"George." Lady Harcourt tengah duduk di sofa bermotif flora sambil menghiasi scone dengan gula. Di leher wanita tua itu terdapat bekas gigitan sang suami, sang alpha pasangan sehidup semati, yang dipamerkan dengan sengaja sebagai kebanggaan para istri kalangan atas. "Kau sudah minum tonik Dr. Brooke pagi ini, kan?"

"Sudah, Bibi Harcourt." Jawabnya patuh.

Yang dimaksud adalah tonik untuk menetralisir produksi feromon omega. Seorang omega yang terlambat puber seperti George acapkali memproduksi feromon secara berlebihan, dan hal itu benar-benar menghambat kegiatan sehari-hari, walau manfaatnya cukup besar dalam hal mencari suami. Meski meragukan khasiatnya, obat pahit itu selalu ia minum demi menyenangkan sang bibi.

"Kau tidak perlu terburu-buru, karena season baru saja dimulai." Nasehat sang paman sambil menepuk-nepuk perut bundarnya sambil membaca beberapa kartu nama yang diberikan para alpha. Di meja kecil dekat kursi, di atas nampan perak berpita, kartu-kartu nama itu masih banyak. "Bagaimana dengan pesta yang diselenggarakan Lord dan Lady Melville ini? Mereka lebih terhormat, akan lebih banyak pilihan untukmu."

Di tangan sang paman terdapat undangan berlambang keluarga Melville.

Melville? George samar mengingat tatapan jail dan rambut keemasan yang berkibar-kibar sambil membawa tongkat cricket, juga suara lantang di asrama dan buku-buku terlarang yang diselundupkan diam-diam, sampai ke gulat massal di lapangan. Kolase kenangan itu membentuk satu sosok dalam benak; Richard Melville. Teman akrab Henry Codrington, lawan berdebat George saat masih bersekolah.

Ia mengangguk, menyatakan kesediaan untuk datang.

.

.

Dengan setelan putih yang kaku, George memasuki pintu masuk kediaman Melville yang bergaya Romanesque, dengan ukiran tambang di bingkai pintu yang melengkung. Benar kata sang paman—pesta dansa keluarga Melville, Lord of Anderham, lebih mewah dan menawan. Kereta kuda berlambang keluarga datang silih berganti, dengan jendela bertirai emas, berpanil mewah, ditarik oleh kuda-kuda berkekang pendek.

Breeding Ground [Victorian Omegaverse/NOW ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang