.
.
Masa depan Michael Blake telah tertutup ketika ia digigit seorang alpha di usia tujuh belas tahun. Sejak saat itu, ia telah menjadi omega yang jatuh.
Semua orang di kalangan atas tahu akan kejatuhannya, tetapi tidak kisah di baliknya. Tak ada yang tahu pasti siapa alpha itu, kapan tepatnya peristiwa itu terjadi, dan alasan apa yang mengitarinya. Bahkan, tidak ada yang tahu Michael Blake bisa disebut pelaku atau korban; yang pasti, pencemaran itu dilakukan sebelum season pertama Blake. Pada hari-hari pertamanya tampil di depan publik, ia telah berbalut rompi semerah api.
Sejujurnya ada saja pria omega kelas atas yang mengabaikan norma berpakaian karena alasan kepercayaan maupun sikap eksentrik. Tetapi sosok Michael Blake termasuk yang paling mencolok, dan yang paling mendapat penghakiman paling keras. Sikapnya yang tidak menuntut rasa iba membawa banyak kesulitan. Sudah ada pembicaraan bahwa keluarga Blake mencoret namanya dari daftar ahli waris. Tinggal tunggu waktu sampai ia benar-benar jatuh—menjadi simpanan seorang alpha atau pelacur. Atau mati dengan seorang bayi di bawah jembatan London. Atau hanyut di Sungai Thames, dan menjadi bintang artikel koran kriminal seharga satu penny.
Tetapi ia belum benar-benar jatuh. Simon Whiston berpikir begitu sembari melihat punggung telanjang Blake, beberapa saat setelah bercinta di kamar hotel. Kulit Blake berbintik-bintik dan tengkuknya tergigit, tetapi punggung itu tidak bungkuk oleh beban hidup. Sosok sang omega tegap dan lurus, tahu betul bagaimana caranya membawa diri. Semua orang boleh membencinya tetapi Michael Blake tidak pernah membenci dirinya sendiri.
Bau alpha Simon mengalir deras, terprovokasi oleh Blake dan euforia kenikmatan.
Sesi-sesi bercinta tadi malam diselingi opium, dibuktikan oleh tempat pembakaran opium bersepuh perak di dekat kaki ranjang. Blake yang membeli opium itu di apotek. Ia memang pecandu kelas berat, dan terbiasa mengunyah kepala bunga poppy saat butuh tidur yang lelap.
Simon tidak mencandu sekeras Blake. Hanya menikmati sesekali untuk rekreasi. Sama seperti kehadiran Blake di ranjangnya, sesekali saja untuk bersenang-senang.
"Kemarin kau bertemu Harcourt?"
Simon mengangguk. Semalas singa yang kekenyangan, ia menceritakan pertemuannya dengan George Harcourt di Summer Exhibition. Sosok mantan majikannya masih sama seperti yang terakhir. Rapi jali dan teratur, putih bersih, tipe manusia yang memang dilahirkan di tempat tinggi. Bahkan di tengah keramaian orang, hanya sosoknya yang bersinar di mata Simon, seperti minta ditemukan.
Simon mengenang butiran keringat yang menghiasi dahi rata Harcourt. Feromon omeganya kental di hidung, tak kalah dengan wewangian manapun. Simon mengenang Harcourt yang bersisian dengan pria-pria kalangan atas, melihatnya bercakap dengan Lord Codrington, memancarkan wibawa alami seorang terhormat. Bakat yang tak pernah betul-betul diimiliki Whiston, sekaya apapun pria itu. Simon mengenang George Harcourt yang seperti itu.
George Harcourt tidak mirip dengan saudara perempuannya, Emily. Mereka berbeda bagai batu karang dan bunga di taman. Omega itu tidak jelek, tetapi juga tidak tampan. Mungkin standar adalah kata yang tepat, tetapi kedinginan dan ketiisan paras itu begitu menggigit. Perilakunya kaku dan tak hangat, tetapi ada detik-detik keraguan yang membuatnya rentan. Sifat semacam itu terkadang menggoda imajinasi pria untuk menguasai—atau melindungi, atau merusak. Tergantung.
Blake kembali berbaring di samping Harcourt. "Sedang mengenang kekasih?"
"Michael, aku sedang mengingat Harcourt, bukan kekasih."
KAMU SEDANG MEMBACA
Breeding Ground [Victorian Omegaverse/NOW ENDING]
Romance[OMEGAVERSE BL, VICTORIAN ERA] #1 OMEGAVERSE . . Ini adalah cerita tentang zaman Victoria, di mana manusia terbagi menjadi alpha, beta dan omega. Di kalangan bangsawan, seorang pria omega adalah harta yang tak ternilai. Setelah bertahun-tahun tampil...