Breeding Ground 6

4.3K 648 32
                                    

.

.

Breeding Ground 6

Dalam puisi epik Paradise Lost, aroma buah terlarang laksana bau susu dari putting kambing atau domba betina. Tapi buah terlarang Henry Codrington tidak berbau seorang ibu; melainkan sesuatu yang lebih liar dan ganas, bercampur dengan lembap hujan dalam kereta kuda nan pengap.

Ada bibir basah mengecup di leher pria alpha itu. Ada tangan yang meraba-raba di dadanya.

"Tolong aku." pinta omega itu, setengah sadar, setengah gemetar, dikoyak hasrat primal.

Codrington menatap Harcourt dan untuk pertama kalinya—emosi telanjang di situ membuatnya takut.

"Kau birahi." Cengkramannya di tubuh Harcourt tak kuasa menguat. Codrington membenamkan wajah di pundak lelaki itu, keduanya sama gemetar, keduanya hampir gentar. "Sialan—Harcourt, bisa-bisanya kau menyusahkanku!"

.

.

James, kepala pelayan tua yang mengabdikan diri pada dua generasi keluarga Codrington, sepertinya tidak bisa terkejut. Bahkan pada momen seperti inipun alisnya tak terangkat. Padahal di ambang pintu ada adegan dramatis sang tuan muda; ksatria kehujanan yang menggendong putri berbaju lumpur. Sang earl basah dari atas sampai ke bawah, tersengal dengan mimik marah, dalam pelukannya ada omega berambut hitam yang terlihat payah. Bau sepasang manusia, alpha omega, masuk menyapu ke dalam rumah bagai deburan ombak.

"James."

Tidak perlu disuruh, beta tua yang berguna itu tahu apa yang harus dilakukan. Telah melayani keluarga bangsawan ini lebih dari separuh abad, si tua James selalu tahu caranya menangani skandal.

Dengan sigap, ia menggantikan sang tuan untuk menggendong George Harcourt ke kamar tamu, sembari memberi perintah agar para pelayan menyiapkan hal-hal yang pastinya akan diperlukan—panggilan dokter, handuk dan baju ganti, rebusan obat yang tepat. Anggota rumah yang berstatus alpha, pelayan atau pesuruh, yang mulai menampakkan gejala-gejala tersulut birahi, disuruh pergi ke titik terjauh dari kamar si tamu, diberi tonik, dan dikunci dalam ruangan sampai suasana terkendali. Di kediaman rumah itu hanya ada sedikit sekali pelayan berstatus omega, namun James bisa memilih orang-orang paling tepat untuk mengurus George Harcourt.

Selama James mengurusi semuanya, Codrington tak lupa untuk diurus, dan tak lama kemudian ia sudah menghangatkan diri di depan perapian suatu ruang tamu, dengan segelas tonik dicampur anggur dan handuk di bahu. Seharusnya ia mulai berganti baju, tetapi sekujur tubuhnya masih dijalari denyut-denyut menyakitkan. Dari leher hingga perut dan pangkuan lutut, jejak hangat dan manis omega itu masih tersisa, seakan-akan ada hantu Harcourt yang bergelayut di pangkuannya.

Api dalam perapian berkobar-kobar.

Perapian di ruangan tamu berlapis keramik Rotterdam yang diimpor, sudah ada sejak rumah ini berdiri. Gambar-gambar monokrom yang terlukis dalam keramik itu berusia jauh lebih tua daripada Codrington. Terbingkai dalam ornamen pohon dan sulur rumput kebiruan, barisan ubin itu bercerita tentang kehidupan manusia. Cerita yang berulang-ulang tentang kelahiran, kematian, perang dan banjir bandang. Pada bagian-bagian teratas perapian, ada Adam dan Hawa yang biru hidup dalam surga yang sama biru.

Pandangan lelah Codrington jatuh di salah satu ubin. Di situ ada sang ular bersama Adam dan Hawa dalam satu lakon kejatuhan yang abadi. Mulut sang ular yang berbisa menggigit ranting berisi buah pengetahuan. Hawa mendongak ke arah ular di atas pohon, matanya menatap rindu, tangannya terlihat menggapai. Adam hanya berdiri memperhatikan. Godaan pertama manusia.

Breeding Ground [Victorian Omegaverse/NOW ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang