Breeding Ground 23
Pada jam makan malam, kursi ruang makan terisi lima; sepasang tamu yang datang pada jam tujuh malam memperkenalkan diri sebagai pendeta desa dan istrinya, Agnes. Dari situ, baik Simon maupun Blake langsung sangsi. Bukankah menyatukan sepasang bajingan dengan suami-istri yang melayani Tuhan adalah sesuatu yang ganjil, sebagaimana minyak dan air?
Tetapi di luar ekspetasi siapapun, terutama Simon, makan malam berlangsung cukup lancar. Meski hampir sama menggebu dengan Barnabas, pendeta muda itu tidak berkomentar apa-apa mengenai penampilan Blake yang tercela, dan sang istri pun bersikap sama santunnya. Entah kenapa wajah sang istri menimbulkan sensasi dejavu pada benak Simon, seakan pernah bertemu wanita itu.
Pihak yang paling berjasa ternyata sang tuan rumah sendiri, George Harcourt. Pembicaraan di atas meja makan senantiasa dibawa ke ranah yang berada di tengah-tengah, zona aman antara gelap dan terang. Perdebatan paling panas hanya terjadi di antara Blake dan sang pendeta, terkait asal mula permainan catur, apakah berasal dari India atau Persia. George menutup diskusi itu dengan menginformasikan bahwa setahunya, catur masuk ke Persia melalui India, lalu dengan luwesnya omega itu memindahkan topik debat menjadi asal-usul Oak House.
Dengan kesombongan warga asal yang sulit dimengerti pendatang, pendeta desa itu bercerita bahwa puluhan tahun lalu, Oak House pernah menjadi tempat duel berdarah di antara tuan tanah dan seorang tentara muda, untuk memperebutkan seorang gadis omega yang cantik luar biasa. Dulu sekali, moyangnya yang juga seorang pendeta melompat ke tengah-tengah pertarungan tersebut, mempertaruhkan nyawanya itu untuk menyelamatkan dua pencinta. Cerita itu disampaikan serupa dongeng yang epik dan bukan kotbah membosankan, hingga Simon agak terbawa dan Blake cukup memperhatikan.
Meskipun bercerita sedemikian seru, pendeta muda menutup kisahnya tanpa menceritakan lebih lanjut akhir dari pertarungan cinta itu—siapakah yang hidup atau mati, menang atau kalah, bagaimana dengan si gadis hadiah sayembara, apakah pendeta tua itu berhasil membuktikan kekuatan imannya dengan menerjang jalur kedua pedang. Entah kenapa, pria itu tampak senang melihat raut tak puas Simon dan Blake, dan Simon tahu bahwa pendeta tersebut sengaja memotong ceritanya. Agnes dan sang tuan rumah tidak berkata apa-apa, sepertinya sudah tahu kebiasaan buruk sang pendeta.
Makan malam pun selesai dengan pembicaraan masih menyangkut pada topik duel. Para tamu dan sang pendeta membahas mengenai kebiasaan duel pribadi di Perancis, beserta hukum terkait itu yang masih berlaku di Inggris. Perapian ruangan menyala dengan api menari-nari.
Istri sang pendeta, Agnes, tampak berbicara dengan sang tuan rumah di pojok ruangan. Mata wanita itu berlinang lirkaca.
Sayangnya dari tempat ia duduk, Simon tak bisa mencuri dengar keduanya. Dari sudut matanya alpha itu memandang Harcourt yang sudah memakai kalung lehernya. Apa kejadian tadi siang itu hanya kesilapan seorang omega, atau ada makna yang lebih berarti?
Tak lama setelah itu, sang pendeta desa dan istrinya pulang. George memberitahu kedua tamu bahwa mereka sebaiknya beristirahat. Jika perlu sesuatu, cukup panggil pelayan dengan bel, katanya. Setelah mengatakan hal seperti itu, dengan kelancangan yang mengherankan, ia naik ke atas begitu saja.
Blake dan Simon saling memandang.
.
.
Meski musim dingin perlahan menghangat, tetapi angin malam hari tetap menusuk tulang.
Lorong rumah di lantai dua sangat gelap. Bayangan memanjang di lantai, ditimbulkan oleh cahaya lilin dari chamberstick yang tengah dipegang seseorang. Michael Blake tengah terbungkus pakaian tidurnya, mantel di bahunya berkibar-kibar bagai hantu di atas panggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Breeding Ground [Victorian Omegaverse/NOW ENDING]
Romance[OMEGAVERSE BL, VICTORIAN ERA] #1 OMEGAVERSE . . Ini adalah cerita tentang zaman Victoria, di mana manusia terbagi menjadi alpha, beta dan omega. Di kalangan bangsawan, seorang pria omega adalah harta yang tak ternilai. Setelah bertahun-tahun tampil...