Breeding Ground 8
Bayangan dari jendela yang diterpa cahaya bulan menyalibnya di tempat tidur. Malam hampir berganti jadi dini hari dan George Harcourt tak bisa tidur sekejap pun.
Ia terbaring tersia-sia. Banyak pikiran yang memenuhi benak, semuanya terurut mundur; ciuman Codrington sesaat sebelum pulang. Pelukan di perpustakaan. Pertolongan sang earl padanya beberapa hari sebelumnya. Pelecehan Simon Whiston terhadapnya.
"Apabila itu penyerangan, katakan siapa yang melakukannya. Akan kubuat dia menyesalinya." Kata-kata Codrington hari itu berulang-ulang di telinga.
"Tidak bisa."
.
.
.
Pada hari di mana ia terpuruk dan diselamatkan oleh Henry Codrington, segalanya dimulai dengan biasa, bahkan terbilang menyenangkan, seperti adegan pertemuan pertama yang mengawali tragedi cinta dalam kisah opera. Awan mendung membayang di atas kubah dan atap London. Sungai Thames lebih bau dari biasanya, tanda yang mengabarkan akan datangnya hujan, tetapi saat itu George Harcourt tidak terlalu peduli dengan cuaca. Ia ada janji dengan kenalannya.
Tidak hanya kenalan, mungkin lebih tepatnya, satu dari sedikit sekali orang yang bisa disebut teman.
Jam dalam saku menunjukkan waktu empat sore ketika George turun dari kereta taksi dan menaiki jalanan tangga menuju Dew Garden yang putih pucat. Warna-warna eksterior bangunan ini didominasi putih, dengan sedikit aksen keemasan di kusen-kusen jendela. Manajemen klub khusus omega itu pastilah berusaha keras untuk menyematkan citra putih yang khas target pasarannya, meskipun bangunan ini berdiri di London yang penuh abu dan jelaga.
Dua patung marbel yang mengapit pintu masuk menyapa Harcourt. Rambatan tumbuhan ivy melilit mereka.
Mengikuti perubahannya menjadi omega, Harcourt mengikuti tradisi dan menjadi anggota Dew Garden. Persyaratan klub yang didirikan sejak awal abad 17 itu tidak berat; selama seorang pria adalah omega, berasal dari kalangan terhormat, dan tidak dibebani dengan banyak skandal memalukan, maka sudah dapat dipastikan namanya akan 'terpilih' untuk dicantumkan dalam daftar. Bahkan, mengingat sempitnya jumlah pria omega terhormat di Inggris, tidak jarang Dew Garden yang mengirimkan undangan keanggotaan—seperti yang diterima Harcourt tahun ini, beberapa saat sebelum debut.
Memasuki Dew Garden seperti berjalan di taman bunga—bukan dari keindahan visual semata, tetapi dari keharuman yang menyeruak di udara, manis, segar, agak pahit, ataupun pedas, diselingi dengan tembakau dan anggur yang maskulin. Di sini adalah tempat para pria omega, yang ditinggikan derajatnya sekaligus dikucilkan dari lingkungannya, tempat laki-laki yang dinilai dari keindahan dan kemampuan mereka bereproduksi untuk dapat beristirahat dengan tenang. Sebagian omega di sini sudah berpakaian biasa tanda pernikahan, namun ada juga beberapa bujangan berbaju putih seperti Harcourt. Karena sempitnya lingkup pergaulan, maka semua yang ada di dalam saling mengenal, atau setidaknya bisa mengenali.
Kala menyusuri lorong-lorong gedung dan melewati ruang permainan, Harcourt menolak tawaran untuk bergabung judi kartu. Tujuannya kemari adalah ruang makan Dew Garden.
Di sana James Morrison, yang setelah menikah berganti nama menjadi James White, sudah menunggu. Pria itu setahun lebih tua dengan senyum manis mengembang, bagai adonan kue keemasan. Dia adalah seorang pria omega berbadan besar, lebih besar daripada Harcourt, nyaris seperti seorang alpha. Figurnya yang raksasa tidak sesuai dengan patokan omega konvensional, tetapi ia tetap mengalami masa populer karena wajahnya tampan dan perilakunya menyenangkan, dengan rambut coklat tanah yang lembut di dahi dan tengkuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Breeding Ground [Victorian Omegaverse/NOW ENDING]
Romance[OMEGAVERSE BL, VICTORIAN ERA] #1 OMEGAVERSE . . Ini adalah cerita tentang zaman Victoria, di mana manusia terbagi menjadi alpha, beta dan omega. Di kalangan bangsawan, seorang pria omega adalah harta yang tak ternilai. Setelah bertahun-tahun tampil...