Breeding Ground
Karena terpisah sedemikian jauhnya, Simon Whiston terlambat tahu akan kematian sang kekasih. Simon baru mengetahuinya melalui informasi seorang informan, tepat setahun setelah Emily tiada.
Pada saat itu kehidupan telah stabil dan jerih payah pun terbayar dengan manis. Bisnis di Amerika telah berkembang pesat dan posisinya telah naik ke jajaran atas, di tengah gelombang perantau yang menjadi kaya oleh usaha. Dalam suatu momen keberanian dan kesombongan terkait status barunya itu, Simon ingin menemui Emily. Iapun merancang kepulangannya ke Hampshire untuk menjenguk Emily sekali lagi. Untuk itu, seorang informan disewa.
Tetapi menurut laporan dalam surat yang dikirimkan dari London ke Manhattan, Emily Harcourt telah lama tiada. Meninggal setelah melahirkan anak pertama, dan telah dikubur di pemakaman Hampshire. Dan oh, Emily Harcourt juga telah berganti nama menjadi Emily Wallen, menandakan kepemilikan seorang laki-laki terhadapnya.
Sesungguhnya, Simon tidak keberatan bilamana Emily telah menikah. Sungguh, hal yang benar-benar ia inginkan hanyalah bertemu dengannya sekali lagi. Melihat wajahnya sekali lagi dan mendengar suara lirburung kenari, hanya itu. Tetapi Emily sudah pergi.
Emily sudah pergi, dan ia terlambat. Terlalu lambat, oh kenapa dia begitu ragu di waktu-waktu yang dulu? Simon menangis, mungkin untuk yang terakhir kalinya, karena saat itu tangisnya begitu hebat sampai ia pikir seluruh jatah air matanya telah terpakai.
Mungkin karena itu... ketika dihadapkan pada nisan Emily yang sebenarnya, penanda kematiannya, taka da yang keluar. Seringkali ia berandai apa yang akan ia lakukan jika dapat mengunjungi Emily, tetapi pada saat yang menentukan ini, tubuhnya malah kaku dan membisu. Apa karena semua ini terburu-buru, hingga kenyataan terasa tertutup kabut? Apa ia belum bisa mencerna arti makam di depannya?
Makam Emily termasuk yang paling indah dan bersih di pemakaman ini. Di permukaan batu nisannya yang berwarna pualam terpahat kata-kata : 'Emily Wallen, istri dan anak perempuan yang berbahagia'. Kalimat membosankan itu terbingkai pahatan mawar.
Simon mendekati satu langkah, tetapi tak ada yang berubah. Emily yang ada dalam ingatannya dan batu nisan yang berdiri di hadapannya bagai tak terkoneksi, bahkan kata-kata dalam nisan itu bagai puisi murahan.
.
Makam Emily terletak di bagian kiri atas pemakaman berlahan kotak, pada lokasi di mana nisan-nisan terbaik didirikan, dengan guci-guci berukir huruf latin dan kembang liar yang menjalar. Tentu saja harganya juga mahal, tetapi keluarga Harcourt harus memastikan Emily berada di tempat terbaik; lebih ke arah prestis yang masih hidup dibandingkan kepentingan yang mati. Di sebelah makam Emily terdapat makam ayah mereka, Mr. Harcourt, dalam kondisi yang sedikit lebih menyedihkan.
Di pemakaman seluas ini, hanya ada dua orang manusia yang tak berbicara. Jelas saja suasana terasa begitu hening. Napas yang keluar dari mulut terlihat putih.
Agak jauh dari situ, George Harcourt hanya menatapi punggung Simon Whiston. Angin sore meniup rambut, langit yang melatari pemakaman ini jingga bertepi ungu. Punggung itu luar biasa tegapnya dari belakang, dan George hanya bisa mengira-ngira apa yang ada di pikiran sang alpha saat ini, emosi apa yang hadir di wajah pria itu.
Simon berbalik, dan yang membuat George terkejut, tak ada kesedihan dalam seraut wajahnya. Hanya kedinginan nan hampa, lirbatu.
Jelas bukan ini rencana George. Omega itu sudah siap jika Simon meraung, teramat murka, menangis tersedu, marah tak terperi, atau apapun yang terbesit ketika seorang kekasih mengunjungi nisan wanitanya, tetapi Simon bukanlah itu semua! Yang lebih mengherankan, Simon meminta pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Breeding Ground [Victorian Omegaverse/NOW ENDING]
Romance[OMEGAVERSE BL, VICTORIAN ERA] #1 OMEGAVERSE . . Ini adalah cerita tentang zaman Victoria, di mana manusia terbagi menjadi alpha, beta dan omega. Di kalangan bangsawan, seorang pria omega adalah harta yang tak ternilai. Setelah bertahun-tahun tampil...