Bab 11: Mr. Cho

2.5K 63 4
                                    

"Five, six, seven, eight." Sri memberikan aba-aba.

Lagu No Other dari Super Junior menyambut tarian mereka.

Di barisan paling depan ada Sri, menyusul Rani dan Vika di belakangnya. Mereka bertiga jago sekali nge-dance, terutama Sri. Bagi gadis dengan tinggi 163 cm itu, nge-dance bisa membuatnya bahagia.

Lain halnya dengan Rani, Gadis yang belum sembuh dari patah hatinya itu menganggap nge-dance adalah caranya untuk melepas kegundahan hati.

Meski masing-masing memiliki perbedaan filosofi, semuanya sepakat menganggap menari tetaplah sebuah seni. Yang memiliki nilai estetika dan pesan akan tersampaikan jika disajikan dengan hati.

Lagu No Other belum selesai, tapi dilanjut lagu Ring Ding Dong dari Shinee. Itu atas permintaan Vika. Sebenarnya gadis yang mengidolakan Minho Shinee itu menginginkan lagu Lucifer, dan semua memang mengakui lagu tersebut enak. Namun, Akhirnya diganti karena lagu tersebut penuh kontroversi.

Di barisan paling belakang ada Mala. Gadis yang beberapa hari lalu menolak bergabung.

"Nggak mau, Ih!" seru Mala saat itu.

"Kenapa, Mal? Ayolah!" bujuk Vika.

Gadis bertubuh gempal itu mendengus sebal. "Kalian kan tahu, aku kayak gini," desisnya lembut. Ada kepedihan yang terpancar di matanya.

Menyentuh bahu Mala dengan lembut, Sri menenangkan, "Terus kenapa? Kamu tahu, kan Shindong SuJu? Dia gemuk, tapi dia buktikan kalau dirinya layak. Dan terbukti, dia adalah lead dance dua setelah Eunhyuk."

"Iya, sih, Sri ... tapi kan dia—''

"Jangan beralasan, Mal! Ingat! Mereka bisa karena mereka mau. Mereka mau berusaha lebih dari yang lainnya," sanggah Fatimah.

"Kamu juga harus ikut, lho, Fat!" seru Rani.

Gadis berkacamata itu mengkerut. Akhirnya dengan berat hati, ia mengangguk.

"Kita semua harus tampil!" Vika berapi-api.

"Oke, deh," jawab Mala akhirnya. "Peduli amat dengan orang lain, yang penting kita nggak merugikan!"

"Nah ... gitu! Hidup itu melelahkan kalau harus mengikuti semua kata orang lain." Rani tersenyum lembut.

Dalam hidup, kita memang butuh nasihat dari orang lain. Namun, kita juga harus bisa menyeleksi mana nasihat yang membangun dan mana yang cuma kata-kata cibiran untuk menjatuhkan.

Hidup berada di tangan kita. Keseringan mendengarkan omongan orang lain hanya akan menghambat untuk meraih mimpi.

Formasi lengkap membentuk segitiga. Setelah Sri di barisan paling depan disusul Rani dan Vika di belakangnya, kini di barisan ketiga ada Mala yang diapit Fatimah dan Siti.

***

Dengan sisa napas yang masih tersengal karena habis tampil, Rani menahan dirinya agar tidak melongo menatap pemuda di atas panggung.

Pemuda itu bernama Irul, anak pindahan dari Jakarta beberapa bulan yang lalu.

Sejujurnya Rani tidak tertarik dengan Irul. Namun, penampilan pemuda itu sekarang tak asing di matanya.

Kayak siapa, ya? gumam Rani.

Gadis itu meneguk kembali air dinginnya. Dahi Rani masih berkerut mengamati pemuda yang tampil di acara perpisahan kelas XII itu.

My favorite, my favorite.
My favorite, my favorite girl.
My favorite girl.

Lagu selesai dibawakan oleh Justin Biebernya Brebes itu. Suara tepuk tangan yang menggema di halaman sekolah mengiringi langkah Irul menuruni panggung.

Raniway (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang