Bab 4: Sebuah Paket dari Gangseo

3.8K 105 8
                                    

"Beautiful sweater for yeppeun yeoja." Zia membaca sebuah surat di dalam kotak berisi sweater rajut berwarna pink.

Pipinya bersemu merah, matanya pun berpendar indah. Senyumnya kian merekah membaca pujian itu. Yeppeun yeoja dalam Bahasa Korea berarti gadis cantik.

Pink? gumam Zia.

Pemuda yang mengirimkan paket itu sebenarnya juga tahu kalau merah muda bukan warna kesukaannya.

"Warna biru itu emang kalem, tapi pink lebih manis," terang pemuda yang tinggal di Gangseo itu suatu waktu.

"Ntar aja, pas kita couple-an." Zia berkelit.

"Aku nggak suka warna pink," elak pemuda itu.

Tertawa kecil, Zia menjawab, "Sama."

"Tapi kan cewek pantes pake warna itu." Pemuda tampan itu tak mau kalah.

Zia mendengus. Sedetik kemudian gadis itu menyeringai. Ia mengingat suatu hal yang membuatnya merasa akan memenangkan perdebatan itu.

"Di Korea kan umum pasangan pakai baju couple warna pink."

Alih-alih mengaku kalah, pemuda itu mengembuskan napas dengan berat.

"Nanti, ya. Kalau kita ketemu." Terlihat seutas senyum yang dipaksakan.

Zia hanya mengangguk pelan. Lalu video call mereka pun berakhir. Gadis itu menyesal karena candaan mereka berujung menyesakkan dada.

Memecah lamunannya, gadis itu memegang sweater itu dan menempelkannya di pipi dan hidung, menikmati sensasi aroma baju baru.

Laki-laki yang tinggal di Distrik Gangseo itu membuat Zia tersanjung. Ia tahu saja kalau gadis itu tengah membutuhkan pakaian hangat.

Zia buru-buru meraih ponselnya dan menghubungi sang pengirim paket.

"Gomawo5, Oppa6," kata Zia berterima kasih melalui aplikasi Whatsapp.

Centang satu. Sepertinya pemuda itu tengah sibuk.

Murung menggelayuti wajah cantik itu. Sibuk terus, aku kan kangen, batin Zia.

Namun, gadis itu tak berani mengatakan perasan rindunya. Bukan karena gengsi, melainkan ia tidak mau membebani pemuda yang sudah lama tak menemuinya itu.

Pasalnya, kata-kata rindu yang keluar dari mulutnya membuat laki-laki yang dipanggil Oppa itu serba susah. Meninggalkan kewajiban demi bertemu Zia, atau rela membuat gadis itu tersiksa dengan perasaannya.

"Bogoshipeoyo7, Oppa," keluh Zia suatu waktu.

Melihat gadis yang memanyunkan bibirnya saat panggilan video itu membuatnya ingin berlari sekuat mungkin, meniadakan jarak di antara mereka dan memeluk gadis yang sangat dicintainya itu dengan erat.

Namun, bukannya mengatakan kata-kata yang menenangkan, pemuda itu justru menjawab, "Ini semua kan demi masa depan kita."

Selalu saja begitu. Jika Zia masih merengek, ujung-ujungnya mereka ribut. Dan pemuda itu tidak akan menghubungi kecuali dirinya meminta maaf. Jadi daripada mengungkapkan perasaanya, gadis yang mengenakan lipstik berwarna pink itu memilih menyimpannya sendiri.

Gadis itu tidak pernah tahu, bahwa laki-laki yang ia panggil Oppa lebih tersiksa karena tidak bisa menjaga gadis yang sangat dicintainya.

Aku cuma takut jika di sana menemukan wanita lain dan hidup bahagia, gumam Zia.

Raniway (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang