Rani menatap bingkai foto keluarga terbarunya saat pernikahan Mubin kemarin. Di sana ada 3 orang perempuan dan seorang laki-laki. Sepi masih menyelimuti hari-harinya. Kadang, perasaan iri terhadap Arum pun mucul, karena gadis mungil itu berhasil menyita waktu sosok yang paling ia rindu.
Mubin dan Arum memang tinggal serumah dengannya, tapi setiap pagi kedua mempelai itu pergi untuk berjalan-jalan keliling Brebes. Mulai dari Brebes Utara dengan Pantai Randusanga, Waduk Penajlin, Hutan Mangrove dan Pulau Cemara. Hingga Brebes Selatan dengan Waduk Malahayu, Bukit Dadablangan, Puncak Lio, Kaligua, Bukit Panenjoan, Kalibaya Park, dan masih banyak lagi.
Selain memanfaatkan waktu cuti Mubin yang tinggal menghitung belasan hari lagi, jalan-jalan mereka juga merupakan ajang 'pacaran' dan mengenal lebih jauh antar induvidu. Karena mereka belum pernah saling mengenal sebelumnya.
Gadis itu maklum, tapi kecemburuan tak pernah lekang darinya. Daftar objek wisata yang telah ia buat untuk dikunjungi bersama sang kakak terpaksa dilipat kembali dan ditaruh dalam lemari pakaian.
Lima hari terakhir dirinya tak merasa keberatan dan sekesepian kali ini, karena kemarin-kemarin ia memang sibuk bekerja. Namun, di akhir pekan seperti ini yang tanpa kegiatan berarti membuat perasaan itu memaksa untuk bersemayam di hatinya.
Untungnya, sepasang pengantin baru itu bukanlah tipikal orang yang akan mengumbar kebahagiaan di media sosial, sehingga tidak semakin menyulut hati Rani. Belum lagi mereka selalu ingat membawa oleh-oleh untuk dirinya. Entah itu manisan ceremai, boneka beruang besar, kaos, maupun gantungan kunci.
"Besok jalan-jalan ke Pulau Cemara, yuk, Nok!" ajak Arum Sabtu sore.
"Mager, Mba. Kalian aja," tolak Rani berbohong.
Sebenarnya jalan-jalan adalah hal yang paling disukai Rani. Delapan jam kali lima hari jelas membuatnya suntuk.
Tahu perasaan sang adik yang sebenarnya, Mubin berusaha merayu gadis itu. "Ayolah, Nok! Kapan lagi, sih, jalan-jalan sama Aang?"
Rani tidak bermaksud ingin pergi berdua, tapi dirinya pun tidak mau menjadi obat naymuk dalam kencan dua sejoli yang tengah dimabuk asmara itu meski ia tahu tidak mungkin dirinya dicuekin. Dengan berbagai pertimbangan, Akhirnya Rani mengangguk setuju.
"Sore aja, Ang, Mba! Biar liat sunset," usul gadis yang matanya kini berbinar itu.
Sepasang kekasih halal itu mengangguk setuju.
***
Selepas Dzuhur, keduanya menuju objek wisata yang disepakati. Kali ini, Arum memilih menaiki motor sendiri agar sepasang kakak beradik itu bisa bernostalgia.
"Nok aja yang naik motor sendiri, Mba," tawar Rani merasa keberatan. Pasalnya, dirinya tidak mau dinilai sebagai seorang adik yang posesif.
"Mba aja, Nok. Kali-kali." Arum memaksa.
Akhirnya Rani menyetujui.
Selama satu jam perjalanan, Rani tak melepaskan pelukannya dari pinggang Mubin. Gadis itu tidak hanya sangat merindukan momen tersebut, tapi juga kehangatan dan aroma tubuh sang kakak.
Mubin memilih berkendara di belakang Arum, alasannya ia khawatir dengan sang istri.
Sesampainya di sana, mereka harus melalui pematang tambak udang windu terlebih dahulu untuk menuju dermaga sungai Coban. Sebelum menyeberang, mereka mampir ke kedai dahulu untuk mengisi perut yang kosong karena perjalanan itu. Ketiganya lebih memilih memesan gado-gado beserta tempe mendoan daripada olahan kepiting.
Rani makan dengan sangat lahap. Selain karena lapar dan makanannya enak, gadis itu juga merasa sangat bahagia. Setelah hidangan resmi berpindah ke lambung, mereka menaiki perahu sopek dengan membayar tiket sebesar 15.000 rupiah yang sudah termasuk pengantaran pulang pergi.
![](https://img.wattpad.com/cover/115587717-288-k802386.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Raniway (Complete)
Spiritual"Kemana perginya jiwa-jiwa yang merasa sepi?" Namanya Rani, gadis yang cantik bak idol K-pop, memiliki suara merdu, jago dance, besar di keluarga yang harmonis, dan memiliki teman-teman yang seru. Sempurna? Tentu itu yang terlihat. Namun, hidupnya d...