Rani mengenakan kerudung berwarna biru lalu mengoleskan minyak wangi non-alkohol.
Di ruang tamu, terdengar keriuhan para kerabat yang akan mengikuti prosesi lamaran Mubin-Arum.
Meski belum pulang ke Indonesia, pemuda itu memilih untuk mempercepat lamarannya. Alasannya sih karena ia ingin mengikat sang gadis.
Dengan mengendarai mobil bak terbuka, keluarga besar Rani yang membawa jajanan kering menuju ke kediaman Arum.
Suara petasan menyambut kedatangan mereka.
Padahal cuma lamaran. Pake nyalain petasan segala, batin Rani.
Meski menurutnya menyalakan petasan adalah hal yang sia-sia, tapi ia menghargai meriahnya penyambutan keluarga Arum.
Yang pertama masuk ke dalam kediaman keluarga Hamdan adalah Umam, adik dari ayah Rani. Lalu disusul Ardi, kakak Muslihah.
Selain disambut dengan keriuhan, kedatangan mereka pun disambut dengan kehangatan dan pelayanan terbaik.
Para ibu-ibu muda menyuguhkan hidangan yang berupa teh tawar hangat untuk para orang tua dan air mineral dalam kemasan gelas untuk anak-anak.
Berbagai macam buah-buahan seperti jeruk, salak, dan pisang disuguhkan. Belum lagi jajanan kering berupa keripik singkong, keripik pisang, emping, makaroni, rengginang dan jipang. Jipang adalah jajanan yang mirip seperti rengginang, tapi bentuknya persegi dan rasanya manis.
Rani tak mendapati sosok Arum. Sepertinya gadis mungil itu tengah duduk resah di kamarnya. Adat di Brebes tidak hanya melarang calon laki-laki ikut, di sana juga tidak memperbolehkan calon perempuan keluar kamar saat acara lamaran.
Menyimak dengan setengah perhatian, Rani mulai jenuh. Lalu, gadis itu berusaha menghubungi calon kakak iparnya.
“Deg-degan, ya, Mba?” tanya Rani melalui pesan whatsapp.
“Pasti, Nok,” jawab Arum singkat. Gadis itu kini memanggil calon adik iparnya dengan julukan yang sering dipakai keluarga Rani.
Rani tersenyum lembut. Sadar, karena suatu saat nanti ia pun akan merasakan hal yang sama.
“Empat bulan lagi, Mba,” ledek Rani.
Rencananya, 4 bulan lagi Mubin pulang untuk melangsungkan pernikahannya. Pemuda yang sangat mencintai keluarga itu diberikan cuti selama sebulan oleh perusahaan tempat ia bekerja.
“Empat bulan itu lama, Nok.”
“Cepet kok, Mba. Kalo Mba-nya nggak ngarep-ngarep,” canda Rani berusaha mencairkan ketegangan dalam diri Arum.
“Nggak diarep-arep pun lama, Nok. Kan butuh persiapan yang panjang. Belum lagi pasti banyak ujian menjelang hari pernikahan.”
“Ujian yang berpotensi menggagalkan, Mba?” tanya Rani.
“Iya, Nok. Bisa berupa munculnya keraguan dalam diri mempelai, bisa juga karena tiba-tiba terlihatnya perilaku yang tidak bisa diterima calon pasangannya,” terang Arum.
Rani tahu, meski saling terbuka apa pun masing-masing calon, pasti ada saja ujian menjelang pernikahan. Apalagi Ia tidak pernah bertemu Afkar sebelumnya. Jadi, pantas saja was-was dan ragu menyelimuti gadis bergigi kelinci itu.
***
Rani memandangi layar ponselnya yang menampilkan chat room bersama Afkar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raniway (Complete)
Spiritual"Kemana perginya jiwa-jiwa yang merasa sepi?" Namanya Rani, gadis yang cantik bak idol K-pop, memiliki suara merdu, jago dance, besar di keluarga yang harmonis, dan memiliki teman-teman yang seru. Sempurna? Tentu itu yang terlihat. Namun, hidupnya d...