Hampir setahun berlalu kejadian di perpisahan kakak kelas yang membuat Rani patah hati. Namun, gadis bergigi gingsul itu tak kunjung dapat melupakan Irul karena pemuda itu masih sering bergabung dengan K-Line.
Ingin menghindar sebenarnya, tapi gadis itu tahu jika itu bukanlah solusi.
Sehingga Rani lebih memilih berdamai dengan perasaannya. Perasaan cinta, kecewa dan sakit hati ia atur sedemikian rupa agar tak mengganggu kehidupannya.Setelah ujian nasional, Irul memutuskan unuk kembali ke Jakarta.
Rani bersyukur. Kelulusan mereka saja sebenarnya sudah cukup membuat jarak yang bisa mempermudah dirinya melupakan Irul.
Dalam lamunannya, gadis itu dikejutkan dengan notifikasi pesan masuk.
Meraih ponselnya, Rani tidak percaya pada tiap kata yang ia baca.
Irul menanyakan apakah Rani tengah sibuk atau tidak. Karena pemuda itu berencana ingin menelponnya.
"Nggak, Rul.'' Rani mengetikkan balasan.
Panggilan suara Whatsapp masuk ke ponsel Rani.
Setelah mengucapkan salam dan bertanya kabar, Irul langsung menyampaikan maksudnya.
''Aku pengin ikut wisuda, Ran. Cuma, ibuku punya bayi. Dan bapak tiriku sibuk.'' Irul berkata dengan datar.
"Boleh diwakilkan nggak, sih?" tanya Rani.
Irul mengembuskan napas. "Masalahnya, keluargaku yang di sana cuma saudara ayah. Aku nggak enak minta bantuan kepada mereka."
"Kalau boleh diwalikan bisa, sih, sama Mama aku," tawar Rani.
"Nggak ngerepotin, nih?''
''Ya, enggak. Kan sekalian sama aku.''
Takut merepotkan, Irul berencana mau memikirkan tawaran Rani terlebih dahulu.
Setelah mengucapkan terima kasih dan salam, pemuda itu menutup panggilan.
***
Pengumuman siswa terbaik diumumkan. Satu per satu murid maju beserta walinya.
Samir dikalungkan ke Irul. Trofi juara dua pun diterimanya. Pak Nurdin menyalami
Bu Muslihah—Ibunya Rani— dan mengucapkan selamat.Wajah pemuda itu berseri-seri.
Sementara di bangkunya, Rani menatap Irul dengan penuh kekaguman.
Nyong salut karo kowen, Rul (Aku salut sama kamu, Rul), batin Rani.
Setelah acara inti selesai, Rani melihat Irul pergi bersama gadis yang yang mengenakan kebaya berwarna biru, Yuni.
Rani memandangi kebayanya. Sama-sama biru. Namun, bukan berarti ia bisa menggantikan posisi Yuni.
Pada akhirnya, aku emang cuma pantas dijadiin pelarian, ya, Rul. Rani bergumam.
Rani akhirnya sadar, merasa senang dan nyaman saat didekat seseorang bukan berarti orang itu tepat untuk kita. Barangkali ia memang orang yang menyenangkan.
Sevisi dan sepemikiran itu tidaklah cukup menjadikan seseorang bersatu. Karena masih ada satu lagi syarat utamanya, yaitu saling menerima.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raniway (Complete)
Spiritual"Kemana perginya jiwa-jiwa yang merasa sepi?" Namanya Rani, gadis yang cantik bak idol K-pop, memiliki suara merdu, jago dance, besar di keluarga yang harmonis, dan memiliki teman-teman yang seru. Sempurna? Tentu itu yang terlihat. Namun, hidupnya d...