3. Sekolah Dan Teman Baru

24.1K 1K 53
                                    

Sinar mentari menyapa bumi. Cahaya yang selalu memberi kehangatan. Tak terasa waktu begitu cepat berlalu. Hari yang ditunggu-tunggu Kanaya telah tiba. Hari pertama sekolah. Iya, itulah hal yang paling menggembirakan bagi sebagian remaja. Melangkah menuju masa depan yang baru. Menggapai angan dan cita yang selalu diimpikan.

Kebahagian menyelimuti wajahnya. Selalu terpancar senyum bahagia. Semangatnya membara dan tak bisa dibendung lagi.

Hari ini adalah hari pertama Kanaya di sekolah baru. Kanaya hanya menoleh ke kanan dan ke kiri. Tidak ada yang ia kenal di sini.

Kanaya berangkat ke sekolah barunya pagi-pagi sekali. Alasannya cukup sepele, karena ia tidak mau terjebak macet dan terlambat. Apalagi hari pertamanya memasuki dunia SMA jadi tidak mungkin ia akan terlambat. Itu benar-benar hal yang tidak wajar.

****

Kanaya POV'

Aku berdiri di depan gerbang sekolah yang besar. Terpampang  banner  yang bertuliskan 'Selamat datang murid baru.' Tulisan-tulisan penyambutan yang lain juga termampang atas gerbang sekolah. Mataku menulusuri ke sisi lain sekolah. Sekolah yang begitu besar dan bagus. Aku tak menyangka ada sekolah yang sebesar ini.

Aku mulai melangkahkan kakiku memasuki sekolah. Aku terdiam melihat ke-kanan dan ke-kiri, berharap akan ada seseorang yang aku kenal. Tapi nihil, tak ada seorangpun yang aku kenal. Aku sendirian di sekolah ini.
Maklum saja, aku hanya murid biasa dari sekolah di pinggiran kota yang sama sekali tidak terkenal namanya. Dan hanya aku satu -satunya murid yang ada di sini dari sekolah SMPku.

Masih bisa sekolah SMA saja masih syukur, karena nyatanya di daerah tempat tinggalku jarang sekali ada yang bisa sekolah sampai SMA. Ini pun karena aku mendapat beasiswa , jadi ada sedikit keringanan untuk pendaftaran dan buku pelajaran . Tahu sendiri 'kan di jaman ini biaya sekolah makin mahal . Makin tinggi sekolah yang ditempuh , makin besar pula biaya yang dikeluarkan.

Aku melihat-lihat di sekelilingku semua siswa berbaris mengikuti instruksi kakak- kakak osis, begitupula denganku. Mendengarkan semua arahan yang diberikan. Salah satu ketua osis membagi kami menjadi beberapa kelompok, dan satu kelompok terdiri dari sepuluh siswa. Semua anak yang satu kelompok denganku tidak ada yang aku kenal.

Aku memang tipe orang yang sedikit pemalu. Atau bisa dibilang penakut. Tidak banyak bicara, bahkan tidak akan bicara dengan orang baru bila tidak ada yang memulai. Tiba-tiba ada anak yang mengulurkan tangannya dan menyebutkan namanya.

"Hai aku Anisya Mawardah Syarif, alias Anisya namamu siapa" . Dengan senyum lebarnya.

Kemudian aku mengulurkan tanganku. "Aku Kanaya Asara Amalia, panggil saja Kanaya" .

"Oh ... oke salam kenal Kanaya," jawabnya singkat.
Setelah itu Anisya mengenalkanku dengan beberapa temanya yang satu kelompok denganku .
Entah bagaimana nasibku bila Anisya tidak mengajakku berkenalan. Aku pasti mati kutu di sini. Bahkan mungkin seperti tikus yang terus mondar -mandir tanpa tahu arah.

Semakin hari aku semakin akrab dengan Anisya. Bahkan dia sudah menganggapku sebagai sahabatnya. Begitu pula denganku. Selain itu kebetulan aku satu kelas dengannya bahkan satu bangku. Sekarang bukan hanya Anisya yang menjadi sahabatku, tetapi ada Safira dan Dini. Kita selalu ke kantin bersama. Mengerjakan tugas bersama bahkan dihukum pun bersama. Sedikit gila bukan memang.

****

Hari ini sekolah dipulangkan lebih awal karena ada rapat guru. Aku dan teman-teman segera pulang ke rumah masing - masing. Tidak seperti mereka yang pulang menggunakan motor masing-masing bahkan mobil . Aku berjalan kaki menuju tempat halte pemberhentian. Ya, beginilah aku setiap harinya. Berangkat diantar oleh ayah dan pulangnya naik angkot. Karena kami hanya mempunyai satu motor dan itu harus dipakai ayah bekerja.

Saat aku akan menaiki angkot, tiba tiba ....

Bruuugh ....
Aku terjatuh di kubangan air yang kotor dan tanganku pun terluka. Basah dan menjijikkan.

"Awww ... sakit, siapa sih jalan gak lihat-lihat. Pakek nabrak orang segala. Gak punya mata ya," aku mengomel sendiri.

'Kenapa aku menjadi pemarah seperti ini . Ahh mungkin karena aku kesal,' batinku menggerutu.

"Maaf, maafkan ak , aku tidak sengaja." Suara bariton itu terdengar di telingaku.

"Maaf maaf, bajuku kotor semua ini". Aku benar-benar marah dan menjadi bukan seperti diriku.

Kreeeek ... ternyata itu suara rokku yang sobek. "oh ya Allah, rokku sobek gimana ini." Aku semakin bingung, bagaimana mungkin aku bisa pulang dengan keadaan rok sobek seperti ini.

"Hahahahah ... ini pakai jaketku untuk menutupi rokkmu yang sobek." Lelaki tegap itu melepas jaket kulitnya dan memberikannya padaku.

"Lagian suruh siapa pakai rok selutut kayak gitu, seperti kekurangan bahan. Bukankah kamu seorang muslim, lalu kenapa kamu tidak memakai baju yang sepantasnya seperti yang diajarkan agamamu ?"

Jleeeb. Kata-kata itu benar-benar membuatku tertegun. Dia benar, aku ini orang muslim lalu kenapa aku memakai baju seperti ini .

"Ya sudah, aku pulang dulu ya ... ambil saja jaketnya untukmu. Maaf karena tadi sudah menabrakmu."
Suara itu membuyarkan lamunanku . Sementara aku hanya diam terpaku  mendengarkan ucapanya, setelah itu dia pergi meninggalkanku meninggalkan sejuta rasa ingin tahuku yang mendalam.

Ku berusaha menghapus memoriku tentang kejadian itu. Berharap aku tidak akan mengingatnya lagi. Mengingat itu sama saja membuatku semakin merasa bersalah akan jati diriku. Agama yang aku akui namun tidak menjalani keyakinan itu sepenuhnya. Aku bersalah, dan aku berdosa. Tapi tak pernah terpikirkan semua itu. Selalu saja aku mengacuhkan perkara itu. Selalu dan selalu.

~Semoga suka~

Thank kyu

Salam manis

♡♡Ayin♡♡

JODOH DI USIA MUDA (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang