18. Resepsi

17.7K 712 49
                                    

Senja telah tenggelam tergantikan oleh bulan. Acara resepsi juga sudah dimulai. Dekorasi ruangan yang indah. Perpaduan warna kesukaan Kanaya dan Adnan mendominasi ruangan. Biru dan Silver sangat cocok dipadukan.

Kanaya yang memakai gaun warna biru dipadu padankan dengan aksesoris warna silver. Sedangkan Adnan memakai jas silver dengan sedikit warna biru sebagai kombinasi.  Mereka berdua terlihat seperti Raja dan Ratu yang sedang duduk di singgasana kerajaan. Para tamu yang hadirpun menyesuaikan dengan tema yang ada.

Meski pesta pernikahan ini terlihat sangat mewah dan berkelas, banyak anak Yatim Piatu dan Fakir miskin yang diundang. Itu semua atas permintaan Kanaya. Selain itu keluarga Adnan setuju, bahkan mendukung keputusan itu. Tak ada perbedaan pelayanan bagi para tamu. Semua sama. Tujuan resepsi ini adalah untuk mendapat doa dan restu dari semua orang dan berbagai kalangan.

Kebahagiaan terpancar jelas di wajah para tamu undangan. Mereka bersalaman dengan kedua mempelai. Mendoakan kebahagiaan Adnan dan Kanaya. Ada yang juga berfoto bersama mempelai. Mengabadikan moment tak terlupakan.

Malam semakin larut, tamu undangan sedikit demi sedikit meninggalkan tempat Acara. Hanya tersisa sanak saudara yang sedang asik berbincang-bincang.
Jam menunjukkan waktu tengah malam. Keluarga mulai pulang ke rumah masing-masing. Sedangkan Adnan dan Kanaya sengaja menginap di kamar hotel yang sudah disiapkan. Alasannya agar mereka tidak terlalu capek, karena acara yang mereka lalui seharian ini begitu menguras tenaga.

Kanaya POV'

Malam ini Acara resepsiku dan mas Adnan. Tempatnya berada di salah satu hotel bintang lima. Tak ku sangka Acara yang disiapkan tante Fida begitu mewah. Ada ribuan undangan yang hadir. Sebagian dari mereka adalah anak Yatim Piatu dan Fakir Miskin. Sengaja aku yang meminta kepada keluarga mas Adnan agar mereka diundang di Acara resepsiku. Ternyata mereka tidak keberatan dengan keputusanku.

Aku sangat senang, sangat-sangat bahagia. Bahkan kebahagiaan ini tak bisa aku ucapkan dengan kata. Juga tidak bisa aku gambarkan dengan lukisan. Sungguh kebahagiaan yang tiada tara. Senyum di bibirku terus merekah seiring berjalannya waktu.
Namun lihatlah ekspresi di wajah mas Adnan. Matanya sayu, tak ada rona kebahagiaan di wajahnya. Aku tidak mengerti, apakah dia tidak bahagia dengan pernikahan ini. Ataukah mungkin aku yang salah mengartikan setiap ekspresi wajahnya. Senyum yang di paksakan, wajah yang sedikit di tekuk. Seperti ada kesedihan di wajahnya. Atau kekecewaan atau mungkin keraguan. Entahlah, hanya Allah yang tau.

Ku tepis semua pikiran burukku tentang mas Adnan. Ku coba berpikir positif. Mungkin dya kecapean karena acara seharian ini. Aku berpikir keras, semoga semua pikiran burukku itu salah. Sungguh aku merasa bersalah. Aku berdosa karena tidak mempercayai cintanya.

Bagaimana mungkin aku berpikir sepeti itu, sementara mas Adnan adalah lelaki yang telah mengucapkan ikrar janji suci kepadaku. Ia telah berjanji di hadapan Allah dan semua orang. Sungguh aku benar-benar bedosa dan Allah tidak menyukai orang yang selalu berpikir negatif atau suudzon sepertiku. Padahal sudah jelas firman Allah tertulis dalam Al-Qur'an.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ

Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang." (QS Al-Hujurat : 12).

Malam semakin larut semua tamu undangan dan keluarga pulang ke rumah masing-masing. Sementara aku dan mas Adnan menginap di hotel untuk beberapa hari. Ini semua atas permintaan tante Fida dan om Fairuz. Mereka bilang agar aku dan mas Adnan tidak terlalu kecapean karena harus balik ke rumah tengah malam. Mas Adnan setuju dan aku hanya menurut saja.

Aku dan mas Adnan tiba di kamar yang telah disiapkan. Barang-barangku dan milik mas Adnan dibawa oleh pelayan hotel.

"Mas ini barang-barang milik mas , dan ini kuncinya," ujar pelayan hotel dengan menyerahkan kunci hotel yang berupa kartu.

"Ya, terima kasih banyak ya mas," jawab mas Adnan. Kulihat mas Adnan menyerahkan beberapa lembar uang 50 kepada pelayan sebagai uang tips.

"Ayo kita masuk," ujar mas Adnan dan mempersilahkan aku masuk.

Kamar hotel ini begitu luas, sangat luas. Hiasan-hiasan yang sudah tertata rapi, lilin-lilin sebagai penerangan, bunga mawar bertaburan. Aroma wangi yang semerbak. Indah sangat indah tatanan kamar ini. Membuatku terenyuh dalam kekaguman. Terlihat raut wajah mas Adnan yang terkejut dengan tatanan di kamar ini. Begitupula aku, meski akhirnya aku sangat menikmatinya.

 Begitupula aku, meski akhirnya aku sangat menikmatinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ilustrasi kamar hotel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ilustrasi kamar hotel.

Aku duduk di samping ranjang kiri sementara mas Adnan di sebelah kanan. Kita berdua hanya diam tak ada yang membuka percakapan. Keheningan berlangsung cukup lama. Bahkan aku tak berani memulai pembicaraan.

"Kamu atau mas dulu yang mandi?" Suara mas Adnan memecah keheningan.

"Mas aja duluan, aku mau bersihin make up dulu," jawabku.

Kemudian Mas Adnan beranjak ke kamar mandi, setelah mas Adnan selesai barulah aku yang mandi.  Mas Adnan memakai celana selutut dengan kaos lengan pendek. Sementara aku memakai baju tidur dan rambut yang terurai.

"Kita tidur aja ya, capek!" ujar mas Adnan.

Aku hanya mengangguk pertanda setuju, karena aku juga sangat lelah. Di kasur ukuran size king ini aku tidur berdua dengan mas Adnan. Namun mas Adnan tidur di pinggir menyisahkan banyak ruang di tengah. Ternyata mas Adnan membelakangiku. Seperti ada jarak diantara Aku dan mas Adnan. Tak kuhiraukan hal itu. Anggap saja mas Adnan memang belum terbiasa denganku. Aku mencoba memejamkan mata, mencoba beristirahat. Tak butuh waktu lama untuk aku terlelap. Karena aku yang benar-benar mangantuk. Tanpa ku sadari aku tertidur pulas.

Alhamdulillah akhirnya selesai part ini.

Jangan lupa tinggalkan jejak vote and komen ya.

Than kyu.

Salam manis
♡♡Karina♡♡

JODOH DI USIA MUDA (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang