20. Kebohongan pertama

16.3K 732 43
                                    

Tak ada kejujuran yang lebih menyakitkan dibanding kebohongan yang di tutupi.

***

Sedikit demi sedikit senja mulai tenggelam namun Adnan masih saja belum pulang. Kanaya mulai khawatir. Ingin menelfon Adnan tapi takut Adnan marah. Akhirnya Kanaya memurungkan niatnya untuk menelfon Adnan. Hanya rasa cemas yang bisa Kanaya tunjukkan.

****

Di tempat lain~

Adnan sedang duduk di ruang tunggu rumah sakit, wajah murung bercampur cemas terlihat jelas di wajahnya. Berkali-kali matanya menoleh ke ruang UGD. Pikirannya kacau tak karuan. Adnan lupa akan segalanya. Bahkan ia tega meninggalkan istri barunya di hari pertama pernikahan. Adnan langsung pergi meninggalkan Kanaya saat mendapat telfon dari rumah sakit.

Flasback~

Adnan terbangun mendengar suara handphonenya berdering. Masih jam 02.15 dini hari. Nomor tidak dikenal tertera di layar handphone miliknya. Segera ia angkat dengan suara yang masih di paksakan. Adnan mendengarkan setiap ucapan dari penelfon dan betapa terkejutnya dia bahwa orang yang dia kenal mengalami kecelakaan.

Seketika itu Adnan langsung bergegas ke kamar mandi untuk sekedar mencuci muka. Ia sempatkan untuk menulis surat kepada Kanaya dan mengambil setangkai mawar di sudut kamar sebagai permintaan maaf. Tapi Adnan tidak jujur dalam surat itu. Adnan bilang kalau ia sedang ada urusan penting. Meski apa yang Adnan katakan itu tidak sepenuhnya kebohongan. Tapi sudah sepantasnya Adnan menceritakan semua yang terjadi kepada Kanaya.

Selesai menulis surat ia langsung berlari ke parkiran hotel dan melajukan mobilnya menuju Rumah Sakit. Adnan melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh, tak perduli dengan hal di sekitarnya. Untung saja masih dini hari, jadi jalanan masih sepi oleh kendaraan sehingga tidak ada halangan yang berarti.

Sesampainya di Rumah Sakit Adnan mencari keberadaan pasien yang ia maksud. Ia bertanya kepada setiap perawat rumah sakit. Hingga ia di tunjukkan di sebuah ruangan. Di dalam ruangan itu ada seseorang tergeletak tak berdaya penuh luka di sekujur tubuh. Pasien itu belum di tangani karena menunggu persetujuan dari salah satu penanggung jawab. Padahal keadaan orang itu bisa di katakan sangat kritis.

Adnan melihat pasien itu dengan tatapan miris. Adnan menutup wajahnya dengan telapak tangan dan mengusapnya kasar. Tak terasa bulir air matanya keluar. Kemudian ada seorang perawat yang menyadarkannya  dan meminta surat persetujuan penanganan pasien. Tanpa berfikir panjang lagi, Adnan mentandatangani semua surat yang perawat itu sodorkan.

Semua syarat dan persetujuan penanganan telah di tandatangani oleh Adnan. Barulah pasien itu segera di pindahkan ke ruang operasi untuk menanganinya lebih lanjut. Tak henti-hentinya Adnan mondar-mandir di depan pintu. Beberapa jam telah berlalu hingga akhirnya Adnan tersadar bahwa ia telah melakukan kesalahan.

Segera ia ambil handphonenya secara paksa di saku celana. Kemudian ia tekan nomor supir untuk menjemput Kanaya di hotel. Tapi ternyata ia lupa bahwa hari ini adalah jadwal ibunya pengajian rutin. Akhirnya mau tidak mau Adnan mengirim pesan kepada Kanaya agar ia pulang sendiri dengan taksi.

Lampu di ruang operasi itu akhirnya mati, yang menandakan operasi telah selesai dilakukan. Adnan sedikit lega, tapi belum sepenuhnya lega. Karena pasien itu masih terkapar tak berdaya. Pasien itu masih qoma. Matanya masih tertutup rapat seakan enggan membuka matanya lagi.

Ingin sekali Adnan menemani pasien itu duduk di sampingnya. Namun apalah daya dokter melarangnya dengan alasan tertentu. Adnan hanya bisa menunggu di luar dan sesekali melihat keadaan orang itu lewat jendela kecil.

Adnan sudah memberitahukan ibunya kalau ia sedang ada urusan di Rumah Sakit dan gak bisa menemani Kanaya. Dan Adnan juga sudah meminta para penjaga rumah untuk menemani Kanaya dan membuatnya senyaman mungkin.

Hari sudah mulai sore, tapi ia masih tetap setia menunggu. Tak pernahkah Adnan berpikir tentang Kanaya yang sendirian di rumah menunggunya. Berharap cemas dengan segudang pertanyaan di benak Kanaya. Bukan Adnan tidak perduli dengan semua itu. Hanya saja ia lebih mengkhawatirkan keadaan pasien di dalam.

Sebenarnya Adnan bingung harus bagaimana. Adnan tidak pernah mau menyakiti hati Kanaya sedikitpun. Tapi kebohongan kecil yang telah ia buat telah melukainya meski Kanaya belum menyadarinya.

Adnan juga tidak mau pulang ke rumahnya malam ini. Ia takut bertemu Kanaya dan membuat hatinya terluka. Masa lalu yang belum Adnan ceritakan kepada Kanaya membuat Adnan semakin bersalah. Nyatanya Adnan masih belum siap untuk menjalankan tugasnya sebagai suami yang bertanggung jawab dan memenuhi segala nafkah yang harus ia berikan kepada Kanaya.

Adnan masih setia termenung di rumah sakit dengan memegang kepalanya yang serasa akan pecah. Di satu sisi ia memikirkan bagaimana cara Adnan menceritakan semua masa lalunya kepada Kanaya. Di sisi lain ia juga masih berpikir soal keadaan pasien yang belum juga membaik. Seandainya bila Kanaya sudah mengetahui segalanya ia akan menerimanya. Apakah Kanaya akan menerima segala masa lalu Adnan dan memberi waktu kepada Adnan untuk membuka hatinya untuk Kanaya?. Semua rahasia itu hanya Allah yang tahu dan hanya waktu yang akan menjawabnya.

Eh ngomong-ngomong kalian penasaran gak siapa pasien yang Adnan belain nungguin seharian???

Tunggu di part selanjutnya ya!!

Duh jangan lupa tinggalkan jejak kalian ya . Vote dan komen sangat membantu menambah semangat aku nulis loh.

Thank kyu
Salam manis.
♡♡Karina♡♡

JODOH DI USIA MUDA (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang