26. Masa Lalu II

14.1K 709 29
                                    

Terkadang ucapan yang keluar tak selalu sesuai dengan kenyataan yang ada.

****

Adnan tak bisa mengatakan apa-apa lagi. Baginya apa yang dikatakan Radit sudah dapat menjelaskan segalanya. Meski sebenarnya apa yang Radit bicarakan belum selesai. Adnan begitu terluka mengetahui bahwa adiknya menyukai Kanaya. Adnan bangkit dari tempat duduknya dan akan pergi meninggalkan ruang keluarga. Tapi Kanaya menarik tangannya.

"Tidak mas, jangan pergi dulu. Ini belum selesai. Aku tidak mau ada kecurigaan di hati dan pikiran mas!" ujar Kanaya.

"Benar kata Kanaya kak!" sahut Radit.

Adnan langsung menoleh ke arah Radit dan tersenyum dengan miris. Senyuman yang sulit diartikan. Kemudian Adnan duduk dengan sedikit keterpaksaan. Karena di sisi lain ia juga ingin mendengar kelanjutannya.

"Setelah itu aku tidak bertemu Kanaya. Dan aku berpikir bahwa aku tidak akan bertemu dengannya lagi!"

"Tapi Allah berkehendak lain. Aku bertemu Kanaya di perpustakaan saat aku bantuin teman untuk jaga perpustakaan." Radit diam sejenak.

"Aku terkejut oleh penampilan Kanaya. Karena saat itu Kanaya sudah memakai hijab. Dan dia terlihat sangat mempesona." Radit mengingat kejadian itu dengan raut wajah bahagia.

"Semenjak itu, aku sering kontak Kanaya lewat chat. Terkadang aku juga sering mengintip Kanaya di sekolahnya. Hanya untuk sekedar melihat wajah Kanaya," ujar Radit. Radit tau hal ini adalah kesalahan besar. Seharusnya Radit tidak melakukan ini. Tapi, setiap kali Radit berada di luar rumah pada jam sekolah, Radit selalu teringat Kanaya.

"Jadi, kamu sering ke sekolah aku?" Kanay terlihat terkejut dengan penuturan Radit.

"Ya, aku sering ke sekolahmu, tapi aku tidak berani menemuimu!" Radit menghela napas beratnya.

"Beberapa bulan berlalu, tapi aku hanya berani seperti itu. Aku tidak berani menemuimu di rumahmu. Atau sekedar mengenal keluargamu!" Radit diam sejenak, mengusap wajahnya dengan kedua tangan.

"Karena aku memang seorang pecundang. Pecundang yang hanya bisa sebatas mengagumimu Kanaya. Pecundang yang tidak berani menjalin hubungan dengan wanita manapun, termasuk kamu!" ujar Radit panjang lebar.

"Lalu?" tanya Adnan.

"Lalu Kanaya memintaku untuk memberi kepastian. Karena ia tidak mau terjerumus dalam dosa."

"Tapi aku tidak bisa melakukan itu. Akhirnya Kanaya memutuskan agar aku tidak mengganggunya lagi. Bahkan hanya sekedar chat sekalipun!" Terliht jelas raut wajah kesedihan di wajah Radit.

"Setelah itu, Kanaya mengganti nomor kontaknya. Dan aku baru menyadari, aku menyadari bahwa aku mencintai Kanaya. Bukan hanya sekedar kagum. Tapi lebih dari itu."

"Tiga bulan lebih berlalu, hingga aku memutuskan untuk mengkhitbah Kanaya terlebih dahulu sekalian menunggu Kanaya lulus sekolah."

"Aku pulang ke rumah, mau menceritakan segalanya kepada Ibu dan Ayah. Tapi semua itu terlambat!"

"Ibu dan ayah merencanakan pernikahanmu dengan seorang gadis. Dan ternyata gadis itu adalah Kanaya."

JODOH DI USIA MUDA (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang