22. Kejujuran

16K 731 32
                                    

Bulan yang bersinar memberi kehangatan pada setiap insan.
Bintang yang menemani menambah kesan indah setiap mata memandang. Meski waktu sudah menunjukkan jam 11.00 malam namun Kanaya belum juga tertidur. Ia menantikan kedatangan Adnan yang seharian tidak ada kabar.

Di balkon kamar Kanaya masih setia duduk dengan kesendirian. Keluarga yang lain mungkin sudah tidur karena hari yang sudah malam. Meski dingin mendera di sekujur tubuh ia tak peduli. Berkali-kali Kanaya menatap pagar rumah. Barangkali akan ada mobil Adnan yang masuk.

Kanaya yakin kalau Adnan pasti akan pulang. Dan keyakinannya itu benar. Tak berselang lama kemudian masuklah mobil Adnan. Firasat Kanaya memang benar. Adnan akan pulang. Wajah yang awalnya nampak murung kini mulai berseri. Senyuman terukir di bibirnya.

Segera Kanaya berlari menuju pintu depan dan menyambut suaminya itu datang. Bi inem juga berjalan menuju pintu, karena mungkin bunyi bel yang membangunkannya.

"Biar aku saja, Bi yang membukanya."

"Baiklah nak Kanaya!"

Bi inem segera kembali ke kamarnya dan meninggalkan Kanaya.
Kanaya segera membuka pintu dengan nafas yang terengah-engah karena berlari. Ia lihat Adnan dari ujung kaki hingga atas kepala. Wajah Adnan yang kusut menandakan kalau ia sedang lelah. Segera Kanaya ambil tangan Adnan dan mencium telapak tangannya.

Adnan sempat heran melihat Kanaya yang tersenyum dengan nafas yang tidak teratur. Bahkan Adnan terkejut saat Kanaya meraih tangannya dan mencium telapak tangannya. Ada rasa aneh yang menyelimuti hati Adnan. Entah itu karena kaget atau hal yang lain. Yang pasti ada rasa tidak enak hati kepada Kanaya.

Kanaya dan Adnan berjalan berdampingan menuju ke kamar. Kanaya begitu gugup. Untung saja keadaan rumah yang sepi bisa membuat Kanaya lebih tenang.

Sesaimpainya di kamar Kanaya langsung menyiapkan segala keperluan Adnan untuk mandi. Kanaya memunggu Adnan selesai mandi karena ada sesuatu yang ingin Kanaya bicarakan. Setelah Adnan selesai Kanaya menghampiri Adnan dan mulai membuka pembicaraan.

"Mas boleh minta waktu sebentar? Aku ingin bicara!"

"Tentu Kanaya, kau ini istriku dan kamu berhak berbicara kepadaku tanpa meminta ijin terlebih dahulu."

Adnan tersenyum membalas pertanyaan Kanaya. Sebenarnya Adnan was-was Kanaya akan bertanya soal kepergiannya seharian. Karena Adnan sudah terlanjur berjanji kepada Radit untuk tidak memberitahukan seluruh keluarga termasuk istrinya.

"Aku boleh gak minta sesuatu?"

"Asal mas bisa memenuhi permintaanmu pasti akan mas penuhi."

"Aku pingin melanjutkan sekolah mas !"

"Hahahaha ... hanya itu?"

"Iya mas, lagi pula hanya tinggal beberapa bulan dan aku akan ujian kelulusan!"

"Boleh Kanaya, Asal kamu bahagia dan kamu bisa menyesuaikan waktu!"

"Makasih mas, makasih banyak."

Wajah Kanaya kembali sumringah setelah sebelumnya ia takut tidak diperbolehkan sekolah lagi dan di sarankan untuk home schooling. Karena itu akan membuat Kanaya semakin bosa berada di rumah seharian tanpa teman. Karena pasti semua keluarga sibuk dengan pekerjaan masing-masing.

Ini kesempatan bagi Adnan menceritakan segala masa lalunya terhadap Kanaya. Dan ini juga waktunya Adnan berkata jujur kepada Kanaya kalau ia masih belum bisa mencintainya. Dan tentu saja Adnan belum bisa memberikan nafkah batin. Karena Adnan tidak mau semua itu terjadi atas keterpaksaan atau hanya sebatas kewajiban. Adnan ingin semua itu di dasari dengan cinta.

JODOH DI USIA MUDA (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang