30. Kejutan

21K 695 41
                                    

Kehidupan Kanaya kini berubah. Pernikahannya dengan Adnan sekarang begitu harmonis. Waktu demi waktu mereka lalui berdua. Bahkan sekarang Adnan membangun rumah sendiri yang sederhana. Sebenarnya sebelum menikah Adnan sudah merencanakan membangun rumah. Dan sekarang sudah akan rampung pengerjaannya.

Sudah tak terlihat lagi raut wajah sedih Kanaya. Senyumnya tak pernah meninggalkan wajah cantiknya. Apalagi Adnan yang mendaftarkan Kanaya di salah satu universitas tanpa Kanaya memintanya. Itu adalah sebuah mimpi terbesar Kanaya selama ini. Yang bahkan Kanaya sendiri berpikir mimpi itu akan terkubur. Namun semuanya tidak benar. Allah maha mengetahui kebaikan di balik setiap rencana yang Allah buat.

***
Waktu terus berputar. Detik betganti jam, jam berganti hari dan hari berganti bulan. Semuanya berlalu begitu cepat tanpa ada masalah serius dalam pernikahan Kanaya dan Kanaya.

Kini, enam bulan berlalu, Kanaya sudah mengenyam bangku kuliahan. Sama seperti sebelumnya ia selalu diantar jemput oleh Adnan. Tapi bedanya sekarang mereka hanya tinggal berdua di sebuah rumah kecil sederhana.

Sebelum pergi ke kampus Kanaya selalu menyempatkan memasak untuk sarapan dan selalu dibantu oleh Adnan. Karena tak ada pembantu di rumah mereka. Jadi mereka harus membagi tugas dengan kesibukan masing-masing.

Seperti pagi ini Kanaya begitu sibuk dengan pekerjaanya. Mondar-mandir kesana kemari tak membuatnya lelah. Terkadang sesekali memanggil Adnan untuk sekedar membantunya ataupun bertanya.

"Mas, cepat bersiap setelah itu ke bawah ya!"

"Aku buatin sarapan dulu, Mas mau makan apa?" tanya Kanaya dengan langkah yang terhenti.

"Terserah kamu saja sayang!" sahut Adnan.

Ya, sekarang Adnan memanggil Kanaya dengan panggilan Sayang bahkan sesekali ia memanggil Kanaya cubby, karena memang semakin hari pipi Kanaya yang semakin menonjol. Meski Kanaya sering marah saat Adnan memanggilnya cubby tapi Adnan sangat suka panggilan itu.

Bukan maksud Adnan untuk menghina Kanaya atau pun bilang Kanaya gendutan. Hanya saja, saat melihat Kanaya memajukan bibirnya saat Adnan memanggilnya cubby, itu hal yang menyenangkan bagi Adnan.

Kanaya bergegas menuju ke dapur dan mulai memasak. Ia ambil semua bahan di kulkas. Kali ini Kanaya ingin memasak Nasi goreng untuk sarapan jadi ia harus menanak nasi terlebih dahulu. Tapi tak perlu repot karena sekarang tekhnologi sudah sangat canggih. Kanaya tinggal memasukkan beras yang sudah di cuci ke dalam Ricecooker dengan beberapa mili air lalu tinggal menunggu selama 15-20 menit barulah nasinya matang.

Sambil menunggu nasi yang matang Kanaya menyiapkan segala bumbu. Kanaya memotong-motong wortel dan sawi yang akan ia campurkan. Ada juga sosis sebagai pelengkap. Setelah itu Kanaya mulai mengupas bawang. Baru saja ia memegang bawang Kanaya langsung berlari menuju kamar mandi.

Hueek hueek hueek ...

Kanaya terus mual tapi tak ada cairan yang keluar sedikitpun. Adnan langsung ke kamar mandi saat melihat Kanaya tidak ada di dapur, dan Adnan mendengar suara Kanaya muntah-muntah.

Adnan memijat tengkuk Kanaya dan mengelus bahunya. Itu semua Agar memudahkan Kanaya memuntahkan sesuatu. Atau kalau tidak agar rasa mual yang Kanaya rasakan hilang.

"Kita ke dokter ya,Sayang?"

"Tidak perlu Mas, Kanaya tidak apa-apa. Mungkin hanya masuk angin!"

Kanaya menolak permintaan Adnan. Tetapi Kanaya tidak henti-hentinya muntah. Hingga badan Kanaya mulai melemas dan wajahnya mulai pucat pasi.

"Sudahlah, ayo kita ke dokter! ujar Adnan dengan nada sedikit memaksa.

"Tidak Mas, aku sudah tidak apa-apa!"

Kanaya berusaha menyudahi rasa mualnya. Kanaya mencoba kuat dan pergi dari kamar mandi dengan di tuntun Adnan.

"Ya sudah kamu istirahat saja. Kuliahnya ijin dulu ya. Badan kamu lemas gini!"

Kanaya hanya mengangguk pertanda setuju dengan ucapan Adnan. Adnan terus memapah Kanaya menuju ke kamar. Tapi masih separuh jalan tiba-tiba Kanaya muntah. Tapi kali ini dengan suara yg lebih keras dan benar-benar memuntahkan cairan berwarna bening yang lengket.

HUUEEKK

"Heheheh"

Kanaya terkekeh saat menyadari ia muntah di kemeja dan jas yang di pakai Adnan. Adnan hanya diam tak berkutik karena ia terkejut sekaligus ada rasa jijik dengan cairan yang mengenai bajunya.

Tapi Adnan sama sekali tida memarahi Kanaya, karena ia tahu kalau Kanaya sedang tidak enak badan.

"Kamu duduk dulu di kursi ya. Aku mau ganti baju dulu, lagian aku juga gak jadi ke restoran hari ini!".

"Maaf ya, Mas!"

"Tidak apa, Sayang!"

Adnan mendudukkan Kanaya ke kursi dekat ia berdiri. Setelah itu Adnan berlalu meninggalkan Kanaya untuk mengganti baju. Sebenarnya Adnan sudah sempat terjebak emosi tapi Adnan bisa menahan emosinya. Karena kalau tidak Adnan lah yang akan berdosa karena memarahi istrinya yang sedang sakit.

Setelah berganti baju Adnan langsung bergegas ke bwah untuk melihat keadaan Kanaya, selain itu juga agar Kanaya bisa segera ia tuntun ke kamar untu istirahat. Karena keadaan Kanaya sudah benar-benar lemas dan tidak kuat untuk berdiri sendiri.

Sesampainya di tempat Kanaya duduk Adnan tersenyum kepada Kanaya. Tapi raut wajah Kanaya menunjukkan rasa bersalah karena sudah mengotori baju Adnan.

Adnan kembali memapah Kanaya dengan pelan. Tapi baru beberapa langkah saja badan Kanaya mulai terhuyung seperti orang mabuk. Tak berselang lama Kanaya terjatuh. Tapi tak sampai ke lantai karena Adnan memeganginya.

"Bruugh."

Adnan tekejut, bingung, panik. Semua bercampur jadi satu. Adnan bingung harus berbuat seperti apa. Adnan mencoba menggoyang-goyangkan bahu Kanaya tapi tak ada respon. Kemudian Adnan meninggalkan Kanaya untuk mengambil minyak kayu putih.

Adnan mengoleskan minyak kayu putih di bawah hidung Kanaya. Tapi tetap tak ada reaksi. Adnan segera mengambil kunci mobil kemudian menggendong Kanaya ke mobil.

Adnan letakkan Kanaya di depan. Ia atur tempat duduk Kanaya sedikit berbaring agar Kanaya merasa nyaman.

Adnan langsung tancap gas memasuki jalanan yang lumayan longgar. Karena mungkin jam masuk kantor sudah lewat. Adnan menyetir dengan kecepatan 90km/jam padahal ia tidak pernah menyetir dengan kecepatan sebanyak itu.

Sesekali Adnan menoleh ke arah Kanaya dengan satu tangan yang memegang tangan Kanaya. Keringat mengucur di pelipis Adnan.

Adnan terus menyetir dengan satu tangan. Terkadang Adnan membunyikan klakson dengan kencang bila ada yang menghalangi jalannya. Adnan tidak perduli dengan pikiran orang lain. Bahkan Adnan tidak perduli bila akan ada polisi yang menilangnya. Yang Adnan pikirkan sekarang hanya cepat membawa Kanaya ke rumah sakit.

Adnan benar-benar tidak fokus menyetir. Pikirannya kemana-mana. Ia takut Kanaya kenapa-napa. Selain itu Adnan juga lebih sering menolehbke arah Kanaya ketimbang ke arah jalan di depan. Tiba-tiba, Adnan terkejut mendengar suara klakson di depannya. Karena Adnan tidak sadar kalau ia berada di persimpangan.

Tiiiiinnn tiiinnn ....

Bruaaaagh ....

Nah lo, kenapa itu kenapa.

Penasaran gak sama kelanjutannya?

Jangan lupa votmen.

Thank kyu.
Salam manis
♡♡Karina♡♡

JODOH DI USIA MUDA (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang