Belum genap setahun setelah kematian ayah. Kesedihan Kanaya kembali hadir. Ia harus menerima pernikahan dengan laki-laki yang sama sekali tidak ia kenal.Bahkan sekolah saja baru menginjak kelas dua SMA. Lalu bagaimana mungkin ia akan menikah di usianya yang masih kurang dari 19 tahun.
Kanaya masih mempunyai banyak mimpi dan angan. Ia ingin membuat ibu nya bangga dengan kesuksesan nya kelak, termasuk juga almarhum ayahnya. Tapi, di sisi lain, ini juga keinginan ayahnya beberapa waktu sebelum ayahnya meninggal. Ditambah lagi dengan surat yang ayah Kanaya berikan kepadanya. Bagaimana mungkin Kanaya lupa akan hal itu.
Ayahnya telah memilihkan pasangan hidup yang menurutnya akan bisa membahagiakan Kanaya. Dia adalah anak dari sahabat Ayah waktu SMA.
Kanaya duduk di teras rumah dengan memandangi senja. Pikiran kalut sedang berperang di otaknya. Kanaya bingung dan bimbang . Apa yang harus ia lakukan. Keputusan mana yang akan ia pilih.
Sedangkan ibu Kanaya hanya pasrah dengan apapun keputusan Kanaya. Ia paham betul kalau anak nya sudah besar dan sudah bisa menentukan keputusan nya sendiri. Lagi pula yang menjalani pernikahan ini Kanaya bukan dirinya. Jadi ia tak banyak memaksa Kanaya, hanya sebatas menjelaskan hal-hal kecil agar anak pertama nya itu tidak salah pilih.
"Shalat istikharahlah nak. Sesungguhnya shalat adalah jawaban dari segala pertanyaanmu," ujar ibu Kanaya sambil mengelus pundak Kanaya.
Kanaya hanya mengangguk kecil dengan meneteskan beberapa butir air yang keluar dari matanya. Raut wajah kesedihan tergambar jelas di wajah gadis itu. Tak ada senyum yang terpancar seperti biasa yang ia tunjuk kan. Hilang sudah wajah ceria Kanaya. Karena bila ia menikah. Tentu saja Kanaya harus merelakan sekolahnya.
****
Tepat jam 02.30 dini hari. Kanaya bangun dari tidur nya dan mengambil air wudhu. Ia ingin melaksanakan shalat sunnah yang biasa ia kerjakan. Hanya bedanya hari ini ia juga melaksanakan shalat istikharah. Apa yang dikatakan ibunya benar. Jawaban dari setiap masalah adalah shalat dan do'a.
Kanaya tidak mau salah pilih. Apa yang dianggap benar oleh Kanaya belum tentu itu benar. Dan apa yang dianggap baik untuknya belum tentu itu baik. Seperti apa yang telah Allah jelaskan dalam Al-Qur'an.
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” ( QS. Al-Baqarah: 216 ).
***
Pagi ini Kanaya berangkat ke sekolah bersama Riris. Ia harus mengantar Riris terlebih dahulu. Karena sekarang dia lah yang bertugas mengantar adiknya itu.
Di perjalan--.
"Kak, kalau kakak menikah, apa kakak akan bahagia," tanya Riris yang sedang dibonceng Kanaya dengan motor.
"Kebahagian itu Allah yang mengatur dek, kakak yakin Allah punya rencana yang indah di setiap masalah," ujar Kanaya.
"Tapi kak , kakak sama sekali tidak mengenal laki-laki yang mau di jodohin sama kakak. Terus kalau ternyata dia bukan jodoh kakak bagaimana".
"Jodoh, maut dan rezeki itu sudah di tentukan dan gak mungkin salah Riris," jawab Kanaya sambil terus melihat ke depan.
"Janji ya kak, kalau kakak gak bahagia dan kakak sedih. Kakak harus cerita ke Riris. Riris gak mau kalau kakak sedih, kita sekarang cuman bertiga kak," ujar Riris dengan mengencangkan pelukan dari belakang.
"Ya ,Riris sayang," pekik Kanaya dengan mengeluarkan beberapa butir air dari mata namun segera ia usap.
"Udah cepat turun, udah sampai di sekolah ini dek," pekik Kanaya.
"Ya, kak, aku masuk ke kelas dulu ya kak. Aku sayang kakak, Assalamu'alaikum," ujar Riris dengan melaimbaikan tangan ke arah Kanaya, sambil berlalu meninggalkan Kanaya.
"Waalaikumussalam."
****
~Jam istirahat di sekolah Kanaya~
Kanaya menceritakan segalanya kepada ketiga sahabatnya soal perjodohan itu .
"Terus apa pilihan kamu Kanaya," pekik Safira.
"Entahlah, aku belum mengambil keputusan," jawab Kanaya
"Umur kamu masih muda Kanaya. Selain itu, sekarang juga bukan jaman Siti Nurbaya. Apa kamu masih mau dijodohin," tanya Anisya. Seperti biasa Anisyalah yang paling heboh dan paling cerewet bila ada sahabat-sahabatnya bercerita.
"Ini bukan soal muda ataupun jaman Anisya, tapi ini soal kehidupanku. Semua ini tak memandang usia," pekik Kanaya dengan nada suara yang naik satu oktaf.
"Ya aku tahu, maafkan aku bila perkataanku menyakiti perasaanmu. Tapi jika kamu menikah berarti kamu harus berhenti sekolah dan gak akan punya waktu buat kita," jawab Anisya.
"Apakah mungkin, bila suami kamu nanti masih mengijinkan kamu bersekolah. Kalaupun suami kamu menyetujui itu, pihak sekolah pasti akan mengeluarkan kamu dari sekolah," ujar Dini.
"Entahlah, aku pusing dengan semua ini. Kita tunggu saja apa rencana indah Allah untukku," jawab Kanaya pasrah.
"Ya sudah, apapun yang akan menjadi keputusan kamu, kita akan selalu dukung. Safira dan Dini juga pasti akan dukung kamu. Betul 'kan?" ujar Anisya sambil melirik sahabat-sahabatnya. Sementara mereka hanya mengangguk tanda setuju.
"Oh ya, satu hal lagi. Kalau kamu udah menikah, kamu harus kenalin suami kamu ke kita dan kita gak boleh putus persahabatan," ujar Anisya lagi.
"Insya Allah janji, " Jawab Safira, Dini dan Kanaya kompak. Kemudian mereka tos perjanjian ala-ala mereka, alias tos Alay (anak lebay). Mereka berempat tertawa bersama kemudian berpelukan seperti teletubies.
Votmen jangan ketinggalan ya .
Thank kyu .
Salam manis
▪▪Karina▪▪
KAMU SEDANG MEMBACA
JODOH DI USIA MUDA (Revisi)
SpiritualCover by : @Eziall Seorang gadis SMA yang mempunyai banyak mimpi harus rela mengubur mimpinya hanya karena sebuah perjodohan. Perjodohan yang terjadi karena kematian ayahnya. Tak bisa menolak dan membantah . Hanya bisa merutuki semua nasibnya . Buru...