28. Iseng

15.3K 707 28
                                    

Kebahagian tak harus melulu mendapat apa yang diinginkan.
Bahkan hanya bisa melihat yang diinginkan itu sudah lebih dari cukup.

***

Suara kumandang adzan shubuh mulai terdengar. Adnan mulai membangunkan Kanaya masih masih terlelap diatas kasur untuk berpamitan ke masjid. Kebetulan Kanaya masih terlelap karena ia sedang datang bulan.

Semalam Adnan dan Kanaya tidur seranjang untuk pertama kalinya setelah apa yang Adnan jelaskan mengenai perasaannya kepada Zahira. Tapi sekarang semuanya telah berbeda, Adnan sudah mau menerima Kanaya dengan segala kebahagiaan.

Kanaya menggeliat karena kakinya di gelitiki oleh Adnan. Kanaya mulai membuka matanya perlahan meski rasanya masih mengantuk. Karena efek menangis hampir semalaman dengan Adnan di balkon. Dan Kanaya baru tidur jam 2 dini hari. Sedangkan Adnan belum tidur sama sekali.

Bukan karena Adnan tidak mau tidur, tapi ia menatap wajah Kanaya saat terlelap. Bahkan Adnan tak pernah bisa menutup matanya saat melihat Kanaya. Sesekali Adnan tersenyum melihat wajah Kanaya yang lucu saat tertidur.

Adnan sengaja membangunkan Kanaya dengan menggelitiki kaki Kanaya. Karena mulai saat ini Adnan begitu suka menggoda Kanaya. Entah sejak kapan ide gila itu muncul dalam benak Adnan. Tapi Adnan begitu menyukainya.

"Hey, ayolah bangun Kanaya ini sudah shubuh!"

"Apa kamu gak sholat?"

"Terus kamu gak sekolah?"

Adnan sengaja bertanya seperti itu padahal ia sudah tahu kalau Kanaya sedang datang bulan, karena  sudah dua hari Kanaya tidak sholat. Dan Adnan tau kalau Kanaya bukan orang yang suka meninggalkan sholat. Bahkan Adnan juga sadar kalau hari ini hari Minggu.

"Ah kakak, ini hari Minggu."

"Udah sana cepat berangkat, nanti keburu iqomah lagi di masjid!"

"Eh iya juga ya, ya sudah aku berangkat dulu ya sayang!"

"Assalamualaikum."

Adnan langsung berlari meninggalkan Kanaya. Sedangkan Kanaya langsung duduk karena terkejut Adnan memanggilnya sayang. Pipi Kanaya mulai memerah dengan sendirinya. Untung saja Adnan sudah pergi, kalau tidak Adnan pasti akan mentertawakannya.

***

Beberapa jam kemudian Adnan dan Kanaya turun ke bawah untuk sarapan. Kali ini mereka turun berdua dengan wajah yang ceria. Sesampainya di bawah mereka duduk  bersebelahan.

"Hai kak Adnan, hai kakak ipar!"

"Cie yang sudah berbahagia !" ujar Radit. Berusaha tersenyum dan bahagia.

"Iri ya lihat kita?" ujar Adnan dengan suara menggoda.

Adnan dan Radit memang sudah berbaikan. Dan tidak ada masalah lagi antara mereka. Karena saat selesai sholat shubuh Radit meminta maaf kepada Adnan. Dan Radit menjelaskan kalau ia hanya ingin yang terbaik untuk Kanaya, Adnan juga memahami apa yang di jelaskan oleh Radit.

Bahkan pulang dari masjid mereka sudah akrab dan jalan berdua seperti yang sering Adnan dan Radit lalui. Adnan juga menceritakan kepada Kanaya perihal Radit yang meminta maaf ke Adnan. Kanaya begitu senang dan Antusias. Pasalnya ia tidak perlu merasa bersalah karena pertengkaran Adnan dan Radit.

Di meja makan tersedia Nasi goreng, roti, susu dan juga telur mata sapi. Semua itu  selalu tersedia setiap pagi. Seperti biasa bi Inem yang menyiapkan segalanya. Karena bi Inem lebih tau selera semua penghuni rumah. Semua orang menikmati makanan masing-masing sampai tuntas. Setelah itu Adnan dan Radit pergi ke kamar Radit untuk bermain PS.

"Kak?"

"Hemm."

"Kakak tidak ada rencana liburan gitu sama Kanaya?" tanya Radit.

"Nggaak !"

"Memangnya kenapa?" ujar Adnan.

"Liburan lah kak sekali-kali, jangan ngurusin restoran mulu!" ujar Radit dengan memandang kakaknya.

"Ya, nanti aku pikirkan dulu!" sahut Adnan yang serius menatap layar tv.

"Aduh kakak, gak usah mikir. Langsung aja!" ujar Radit dengan antusias.

"Ya Radit, nanti aku atur jadwal di restoran dulu!" sahut Adnan.

"Udahlah kak, restoran biar aku yang urus. Kakak pergi liburan saja. Kasihan Kanaya bosan di rumah terus!" ujar Radit.

"Hemm, kamu mau ngurusin restoran?" jawab Adnan.

"Mau dong, Asal jangan lupa oleh-oleh saat liburan?" ujar Radit.

"Oleh-oleh apa memangnya?" sahut Adnan.

"Jadikan aku paman!" ujar Radit dengan menggerak-gerakkan kedua alisnya keatas kebawah.

Adnan langsung melotot ke arah Radit. Sedangkan Radit hanya tertawa terpingkal-pingkal melihat ekspresi wajah kakaknya.

"Eh, tapi aku serius kak. Mau sampai kapan kakak kayak gitu?" tanya adnan.

"Ya, nanti aku pertimbangkan!" sahut Adnan.

"Yaela, gitu aja nunggu pertimbangan!" ujar Radit

"Ya harus lah, kan nanti tanggung jawabku akan bertambah!"

"Lagian, apa kamu pikir segampang itu bikin keponakan buat kamu?"

Adnan berujar kepada Radit dengan nada yang lebih tinggi. Karena sesungguhnya Adnan jengkel dengan pertanyaan yang keluar dari mulut Radit. Tapi mau bagaimana lagi, memang seperti itulah Radit yang suka ceplas-ceplos dan tidak berpikir dengan amarah lawan bicaranya.

"Ya sudah, aku capek bicara sama kamu. Aku mau pergi ke panti dulu. Mau ikut gak?" tanya Adnan dengan melirik ke arah Radit.

"Gak dech kak, kakak ajak Kanaya aja sekalian jalan-jalan keliling kota," sahut Radit.

"Ya nanti aku ajak Kanaya. Beneran kamu gak ikut?"

"Biasanya paling seneng kalau di ajak ke Panti!"

"Aku ke Pantinya libur dulu dech kak, kakak sama Kanaya aja!" sahut Radit.

"Ya sudah, aku pergi. Assalamu'alaikum." Adnan berdiri dengan menepuk punggung Radit pelan.

Adnan beranjak pergi dari kamar Radit dan berlalu meninggalkannya. Sementara Radit hanya menatap nanar punggung kakaknya.

Sebenarnya Radit merasa sakit melihat Kakaknya semakin dekat dengan Kanaya. Tapi Radit bukanlah pria yang egois. Dia hanya ingin melihat Kanaya bahagia dengan siapapun. Dan ia selalu melihat kebahagiaan di mata Kanaya saat Kanaya berada di dekat kakaknya.

Apapun yang Radit lakukan semata-mata hanya untuk kebahagiaan Kanaya dan juga kakaknya, tidak lebih dan tidak kurang. Bahkan Radit sedang berusaha mendekatkan Kanaya dengan Adnan. Supaya mereka berdua semakin dekat dan akan ada fitrah diantara mereka bedua.

Fitrah cinta yang begitu indah. Hingga Radit rela mengorbankan persasaannya hanya karena fitrahnya kepada Kanaya. Radit juga percaya, kalau semua itu Allah telah mengaturnya. Bahkan ia yakin kalau Allah akan menggantikannya dengan yang lebih baik. Karena selama ini Radit merasakan begitu banyak kenikmatan yang Allah berikan kepadanya.

Bukankah cinta tidak harus memiliki? Mungkin, memang bukan Kanaya tulang rusuknya. Dan mungkin, dia tidak pantas untuk Kanaya. Tapi satu hal yang Radit tahu. Allah akan mengganti Kanaya dengan perempuan yang lebih cocok dengannya. Perempuan yang akan bersanding bersama Radit. Meski terkadang ia merasakan kebahagiaan dan duka dalam satu waktu.

Lalu nikmat mana yang kau dustakan?


Akhirnya selesai juga 😣😣😣

Nantikan part-part selanjutnya ya.

Jangan lupa votmen.

Thank kyu.

Salam manis.
♡♡Karina♡♡

JODOH DI USIA MUDA (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang