7. Akhirnya

18.1K 795 24
                                    


"Kak ayo cepat sedikit nanti macet."

"Bentar dek," jawab Kanaya.

"Dari tadi bentar-bentar mulu. Capek nunggunya kak. Make up kok lama banget sih. Apa yang mau di rubah kak . Kalau jelek ya jelek aja. Meski di pakein bedak berkilo-kilo pun tetep jelek kak!" cibir Riris.

"Ayo, kakak udah siap," sahut Kanaya sambil menunjukkan senyum tanpa dosa.

"Ngapain aja sih kakak di dalam kamar. Siap-siap aja butuh waktu satu jam. Gak sekalian tuh satu bulan atau satu tahun gitu, biar yang nunggu keburu mati. Kakak itu ya, makin lama , makin nyebelin," gerutu Riris sambil memanyunkan bibir seksi milik nya.

"Aduh dek, maafin kakak, tadi itu kakak nyari handphone kakak. Soalnya kakak lupa. Bukan karena kakak make up," jawab Kanaya

"Kebiasaan dech, pikun gak ilang-ilang. Cepet beli obat di apotik gih kak. Biar kakak gak piķun mulu. Bisa-bisa nanti kakak lupa lagi kalau punya adek secantik aku," jawab Riris dengan menampakkan senyum pepsodentnya.

"Izzzzz...PD banget. Udah ayo tadi kamu bilang buru_buru," jawab Kanaya sembari menarik tangan Riris pergi dari rumah.

Hari ini hari Minggu, kebiasaan Kanaya dan Riris untuk jalan-jalan . Sekedar berkeliling taman kota atau membaca buku di perpustakaan.

***

Setelah puas membaca buku di perpustakaan.

"Dek ayo pulang udah sore!!" pinta Kanaya.

"Baiklah kak," Riris menyetujui permintaan Kakaknya.

Mereka berjalan beriringan.

"Maaf mbak, anda meninggalkan handphone anda di meja perpus!"
Suara bariton pria terdengar dari belakang mereka berdua.

Riris dan Kanaya kompak menoleh ke belakang.

"K ...ka...kamu!" Kanaya bersuara.

***

Kenapa saat aku mulai menjauh kamu datang di hadapanku. Saat aku mencoba melupakan rasa kagumku, kamu hadir di dekatku. Tak bisa kah kau hilang dari dunia ini. Tak bisa kah kau tak mengundang rasa cinta. Ku mohon, pergilah, menjauhlah, bantu aku untuk melupakan, melupakan semua rasa yang ada.

Kanaya Asara Amalia.

***

"Kakak...kakak...kenapa kakak melamun." Riris bersuara dengan nada lebih tinggi satu oktaf karena aku tidak meresponnya. Dengab menggoyangkan bahuku berusaha undur  menyadarkanku dari lamunan.

"Ahh...i...iya, apa kamu tadi bilang!" pekik Kanaya.

"Kakak kenapa malah melamun, itu ada yang mengembalikan handphone kakak." pekik Riris.

"Ah, iya maaf, Makasih ya sudah mau mengantar handphone aku yang ketinggalan di perpus!" ucap Kanaya sambil mengambil handphone di tangan pria itu.

"Tidak masalah...tunggu, apa kamu wanita yang aku tabrak waktu itu?" Suara bariton pria itu mulai terdengar.

"Mati aku, dia masih ngenalin aku lagi," bathin Kanaya.

"I...i...iy...iyaaaa," jawab Kanaya terbata-bata.

"Oh hai, namaku Raditya Ahmad Fiansyah. Namamu siapa?" ucap pria itu memperkenalkan diri tanpa mengulurkan tangan.

JODOH DI USIA MUDA (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang