Adnan tersadar dan langsung bergegas melihat keadaan Kanaya. Belum sempat ia bertanya tentang keadaan Kanaya, ayah Adnan sudah bersuara. "Keadaan Kanaya dan bayinya sedang kritis. Tadi ayah yang menandatangani surat persetujuan penanganan. Maafkan ayah sudah lancang tanpa menunggumu tersadar."
Langit biru kini tertutup awan hitam. Suara petir mulai terdengar. Rintik air sedikit demi sedikit mengguyur bumi. Cuaca di luar seakan menjadi saksi kesedihan Adnan. Air matanya tidak bisa terbendung lagi.
Melihat istri tercintanya sedang berjuang di dalam sana. Berjuang anatara hidup dan mati. Berbagai doa Adnan panjatkan. Berharap keajaiban datang. Keajaiban untuk anak dan istrinya tetap hidup.
Ya Allah. Hamba tahu hamba penuh dengan dosa. Tapi karena kemurahan yang Engkau berikan, hamba memiliki segalanya. Mungkin hamba tak pantas lagi untuk meminta. Tapi untuk kesekian kali hamba meminta kepada Engkau. Jika memungkinkan, selamatkanlah istri dan anak hamba. Jangan kau ambil salah satu dari mereka.
Adnan hanya bisa berdoa tulus dari hatinya. Selebihnya, Allah yang memutuskan. Adnan tahu kematian adalah adalah takdir mubram, takdir yang tidak bisa dirubah. Namun apa salahnya Adnan berharap sesuatu yang di inginkan.
Allah SWT, berfirman : Artinya : “Di manapun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, meskipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh…” (QS. an-Nisa : 78)Seorang suster keluar dari ruangan operasi dengan wajah yang sulit diartikan. Adnan yang melihat suster itu langsung menghampiri dan memberikan banyak pertanyaan. Suster tersebut sama sekali tidak menjawab pertanyaan Adnan. Hanya diam dan berlari menuju ruangan sebelah.
Adnan semakin terlihat kesal. "Apa tidak bisa suster itu menjawab pertanyaanku?" Adnan mendaratkan kepalan tangannya kearah tembok untuk kesekian kali.
Darah segar mengalir dari tangannya, namun Adnan sama sekali tidak memperdulikannya.Mata Adnan langsung terarah kepada seorang suster yang membawa nampan yang berisi beberapa obat, juga ada handuk kecil berada diatas nampan. Suster itu kembali masuk kedalam ruangan di mana Kanaya dirawat. Adnan hanya bisa menghembuskan napas berat.
Tak berselang lama. Suara tangis bayi terdengar nyaring. Suster keluar dati ruangan dengan mendorong sebuah kotak yang di dalamnya ada bayi mungil yang masih penuh darah dengan infus terpasang di hidungnya.
"Maaf, Pak. Bayi ini harus segera saya bawa ke ruangan NICU agar mendapat pengawasan dan perawatan intensif." Suster bersuara terlebih dahulu sebelum Adnan bertanya, seakan mengerti bahwa Adnan akan menanyakan seribu pertanyaan tentang bayinya.
Adnan hanya bisa melihat kereta itu didorong menjauh dari pandangan matanya. Tanpa tahu bayinya baik-baik saja atau tidak. Pikiran Adnan berkelana bertanya-tanya, bayinya kini berada di dalam NICU. Lalu bagaimana dengan Kanaya?
Adnan terus bersholawat selama dokter belum keluar dari ruang operasi. Itu semua upaya untuk membuat hatinya tenang dan selalu berpikir positif. Kanaya nya pasti akan mampu melewati ujian ini. Adnan yakin Kanaya kuat.
Sepuluh menit kemudian. Dokter keluar dari ruangan. Namun, kali ini Adnan hanya diam tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Dokter memandang Adnan dengan senyum mereka. "Selamat, Pak. Istri dan anak anda selamat. Ini adalah sebuah keajaiban dari Allah. Meski keadaan bu Kanaya sangat lemah, namun dia mampu melahirkan bayinya dengan selamat. Sekalipun bayi kakian harus berada di inkubator dalam beberapa hari. Mengingat usia kandungan bu Kanaya yang belum matang dan bayi anda perlu penanganan khusus. Sementara bu Kanaya saat ini belum sadarkan diri. Namun, keadaannya sudah stabil. "
Adnan langsung sujud syukur kepada Allah. Air matanya tak terasa menetes karena terharu mendengar kabar gembira itu. Adnan bangkit dengan senyum mereka dan wajah berseri-seri. "Alhamdulillah. Bolehkah saya bertemu dengan bayi saya untuk sekedar mengadzani, dok?"
"Oh ... tentu saja, Pak. Silahkan ke ruangan NICU. Saya permisi dulu ya, Pak."
"Iya, Dok. Terimakasih banyak." Adnan langsung bergegas ke ruang NICU dengan kebijakan yang harus di penuhi.
Ruang NICU adalah area steril yang tidak bisa dimasuki oleh sembarang orang. Setiap rumah sakit memiliki kebijakan yang berbeda mengenai jumlah dan jam kunjungan orang tua ke ruang NICU. Namun, semua rumah sakit pasti menyediakan sabun atau hand sanitizer untuk memastikan bahwa tamu yang berkunjung dalam kondisi steril.
Pada umumnya, kondisi ruang NICU sangat tenang karena bayi-bayi di dalamnya sangat sensitif terhadap suara dan cahaya. Para bayi yang di ruang NICU biasanya berada di dalam inkubator untuk menjaga agar suhu tubuhnya tetap stabil.
Adnan masuk mengenakan masker dan pakaian khusus dari rumah sakit. Adnan hanya bisa melihat bayinya di dalam inkubator karena keadaan bayinya yang tidak memungkinkan di letakkan di luar inkubator. Adnan mulai mengadzani dan memegang tangan mungil melalui lubang inkubator.
Tangannya bergetar mulutnya mulai menggumamkan adzan. Bulir-bulir air mata tak mampu lagi ia bendung. Ini adalah hadiah terindah yang Allah berikan kepadanya.
Adnan masih menggenggam tangan mungil yang menggunakan gelang penanda identisas. Adnan memandang putri kecilnya yang memejamkan mata penuh kedamaian. Adnan belum memberi nama kepada putri kecilnya. Ia berencana akan memberi nama pitrinya setelah Kanaya sadar. Agar Kanaya ikut memilih nama untuk putri kecil mereka.
Setelah selesai, Adnan langsung keluar dari NICU karena waktu yang di izinkan telah habis. Bibir Adnan menggumamkan potongan surat Ar-rahman. Fa-biayyi alaa'i Rabbi kuma tukadzdzi ban (Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?)
Adnan berjalan menuju ruangan Kanaya. Saat tiba di depan ruangan, Adnan melihat wajah bahagia dari kedua orang tuanya juga Radit dan teman-teman yang lain.
"Kanaya sudah sadar. Dia mencarimu, ujar Radit."
Tak butuh waktu lama, Adnan segera masuk ke dalam ruangan. Matanya langsung tertuju ke arah Kanaya yang sudah sadar meski masih dalam keadaan lemah. Adnan berada di samping Kanaya. Mencium keningnya dan menggenggam tangan Kanaya dengan erat.
"Kamu sekarang jadi Bunda, Sayang. Dia cantik sepertimu."
Kanaya terlihat sangat bahagia. Berkali-kali Kanaya mengucap syukur.
"Di mana sekarang putri kita, mas?"
"Dia saat ini ada di ruang NICU untuk mendapat perawatan yang lebih intensif. Oh ... Ya. Aku belum memberi nama untuk anak kita. Aku ingin kamu yang memberikan nama untuk putri kecil kita, Sayang."
Kanaya mengangguk setuju. Ia tersenyum dan mulai berpikir nama cantim dengan arti yang cantik pula.
Maaf ya baru up date lagi. Sudah hampir setahun cerita ini aku anggurin. Maklum lah selama hamil mood aku hilang buat nulis. Setelah lahiran gak ada waktu buat lanjut nulis. Masih belajar menyesuaikan waktu. Maaf ya.
Semoga suka😊
KAMU SEDANG MEMBACA
JODOH DI USIA MUDA (Revisi)
SpiritualCover by : @Eziall Seorang gadis SMA yang mempunyai banyak mimpi harus rela mengubur mimpinya hanya karena sebuah perjodohan. Perjodohan yang terjadi karena kematian ayahnya. Tak bisa menolak dan membantah . Hanya bisa merutuki semua nasibnya . Buru...