Sesuai kesepakatan, sepulang sekolah Nila dan Devan akan pulang bersama. Bel pulang baru saja berbunyi, mereka berdua kini tengah berjalan di koridor.
"Kak, gue pulang sama Devan ya," kata Nila saat berpapasan dengan El di koridor.
"Iya dek, gue juga mau futsal," balas El.
"Jaga adik gue, awas sampai lo macem-macem, gue jadiin rengginang lo," canda El pada Devan.
"Hahaha...iya siap."
"Ya udah hati-hati dek," kata El yang diangguki Nila.
Setelah itu Nila dan Devan pun melanjutkan perjalanan ke arah parkiran. Di saat Devan mengambil motornya, Nila menunggu Devan di depan gerbang sekolah.
"Nih pake, jangan lupa tuh paha lo tutupin pake jaket lo," ujar Devan setelah memberikan helm pada Nila.
"Iya, bawel banget sih lo."
Setelah memakai helm yang di berikan oleh Devan, Nila lantas menaiki motor Devan, dan Devan juga langsung melajukan motornya keluar dari lingkungan sekolah, menyusuri jalanan ibukota.
Di sisi lain, Joshua yang melihat Devan dan Nila pulang bareng pun menggeram kesal. Dadanya terasa sesak melihat kedekatan Devan dan Nila.
Di tengah perjalanan menuju ke rumah Nila, Devan mengajak Nila ke taman yang tak jauh dari kompleks perumahan Nila. Hal itu langsung di iyakan dengan cepat oleh Nila. Setibanya mereka di taman, mereka langsung berjalan-jalan, dan berakhir duduk di sebuah ayunan di taman.
Suasana taman yang rame, membuat Nila merasa senang, dia mengingat masa kecilnya, dimana dia dan El sering bermain di taman, dan juga belajar naik sepeda di taman. Sungguh indah masa kecilnya.
"Jadi anak kecil seneng ya? Yang mereka tau cuma main, jajan, tidur tanpa harus mikirin beban, gak mikirin masalah. Kadang manusia itu aneh, disaat kecil mereka sangat menginginkan tumbuh besar dan dewasa, tapi di saat dewasa mereka sering mengeluh akan setiap beban yang mereka harus hadapi, mereka mengeluh akan setiap masalah yang datang pada mereka, sungguh aneh," kata Nila panjang lebar, yang membuat Devan cengo.
"Lo abis minum obat apaan ? Kok jadi bener gitu," kata Devan yang masih tak percaya dengan apa yang dia dengar barusan.
"Minum sianida, puas?!" Jawab Nila ketus.
"Ye mati lo entar."
"Pulang yuk, udah mau sore nih," ajak Nila yang sudah beranjak dari ayunan.
"Ya udah ayo."
Nila dan Devan pun langsung pergi meninggalkan taman, Devan kembali menjalankan motornya menyusuri jalanan yang sudah lumayan rame. Di tengah perjalanan, Nila melihat sesuatu yang menarik perhatian nya.
"Devan berhenti!" Teriak Nila tiba-tiba.
Ciiiiittttttt
Suara decitan ban motor Devan akibat berhenti mendadak pun mengundang perhatian pengguna jalan. Nila yang sudah tau akibat teriakannya akan membuat Devan mengerem mendadak sudah siap siaga dengan memeluk Devan erat agar kepalanya tak membentur helm Devan.
"Lo mau kita mati hah?!" Kesal Devan setelah meminggirkan motornya.
"Kagak kok," jawab Nila polos.
"Terus ngapain lo teriak sih?!" Omel Devan, sedangkan Nila hanya memanyunkan bibirnya.
"Devan, gue cuma mau ayam semok," ujar Nila manja.
Devan mengernyit bingung akibat permintaan Nila, "Ayam semok apaan sih?"
"Itu loh Van, gue mau itu," tunjuk Nila pada penjual ayam warna-warni.
Devan cengo mendengar permintaan Nila yang terbilang konyol, "Lo teriak sampai buat kita mau mati, cuma mau minta ayam kayak gitu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sibling Goals [Complete]
Novela Juvenil[Belum di revisi] #103 in Teen fiction (27 Agustus 2017) #105 In Teen fiction (24 Agustus 2017) Kisah dua insan yang terlahir dari rahim wanita yang sama, mereka lah Daniel atau yang sering disapa El dan juga Danila yang sering disapa Nila. Keduanya...