SG-19

9K 619 3
                                    

Raut kekhawatiran jelas terlihat di wajah tampan El. Dia terus berlari menyusuri lorong-lorong Rumah Sakit. Tak berselang lama dia melihat Joshua, dan ketiga teman Nila yang duduk di kursi di depan sebuah ruangan, dia langsung berlari menghampiri mereka.

"Gimana keadaan Nila?" Tanya El dengan napas yang masih ngos-ngosan.

"Dia asma akut?" Bukannya menjawab pertanyaan El, Joshua malah balik bertanya.

"Iya, gimana keadaan adik gue?!"

"Detak jantungnya masih lemah, ayah bunda lo udah ada di dalam," kata Joshua dengan raut wajah datar.

Tanpa menunggu lama lagi, El langsung masuk ke dalam ruang rawat adiknya.

"Ayah, bunda," panggil El yang membuat kedua orang tuanya langsung menatapnya.

El menghampiri Alvaro dan Devina yang duduk di samping ranjang Nila. Dia merasa bersalah dan juga sedih melihat adiknya yang kini terbaring lemah di hadapannya, alat bantu pernapasan yang pastinya terpasang di hidungnya.

"Maafin kakak," kata El dengan lemah.

"Joshua udah cerita semuanya," balas Alvaro sedih.

Sedangkan Devina dia terus menatap anak perempuannya dengan sedih, dia tau Nila hanya asma akut, tapi sewaktu-waktu karena asma itu menyebabkan Nila serangan jantung mendadak yang membuat dia harus kehilangan nyawanya.

"Maafin kakak gak bisa jaga adek," sesal El dengan suara parau.

"Udah gak apa-apa, kakak tenangin diri dulu. Biar ayah sama bunda yang di sini," Alvaro mencoba menenangkan El yang terlihat sangat sedih melihat adiknya harus masuk rumah sakit lagi.

El tak melawan perintah Alvaro, dia berjalan pelan meninggalkan ruang rawat Nila. Di luar ruangan dia sudah melihat ketiga sahabatnya yang duduk bersama Joshua, sedangkan Ilda, Yumna dan Aleta sudah ijin pulang.

"Gimana keadaan Nila?" Tanya Al yang langsung menghampiri El.

"Detak jantungnya masih lemah."

Axel, Kenan dan Al yang mendengar jawaban El diam mematung. Mereka juga seperti El, mereka sangat sedih melihat keadaan Nila.

"Sebenarnya bukan salah Nila," seru Joshua tiba-tiba yang membuat ke empat cowok itu bingung.

"Maksudnya gimana?" Ujar El bingung.

Kini El sudah duduk di samping Joshua, dia ingin tau apa yang sebenarnya Joshua maksud.

"Sebelum gue ke kantin, gue di kasih tau Ilda kalau Nila sama Anjani berantem, tapi gue gak langsung ke sana melainkan gue pergi ke ruangan CCTV, gue melihat rekaman kejadian pada saat Nila dan Anjani berantem. Anjani lah yang duluan mengganggu Nila, dia menggebrak meja, dia menampar Nila dua kali, dan apa kalian gak liat sudut bibir Nila berdarah? Itu karena tamparan Anjani. Mungkin karena Nila sudah gak bisa menahan emosi jadi dia membalas perlakuan Anjani, sampai akhirnya kalian datang, dan El seakan lebih percaya terhadap Anjani," jelas Joshua yang langsung membuat keempat cowok itu diam membisu. Dan itu membuat El semakin merasa bersalah.

El mengacak rambutnya frustasi, dia merasa sangat bersalah, dia merasa gagal menjaga adiknya.

"Tuh nenek Lampir minta di sodomi apa yak?!" Kesal Al setelah mendengar penjelasan Joshua.

"Kalau perlu gue mutilasi tuh orang!" Kini giliran Axel yang merasa sangat kesal atas perlakuan Anjani terhadap Nila.

"Yang ada lo pada masuk penjara bege," celetuk Kenan yang sedikit lebih tenang ketimbang Al dan Axel. Begitulah Kenan, dia akan bersikap tenang padahal dia juga sangat kesal terhadap Anjani.

Sedangkan El dia masi diam, dia masih di penuhi dengan rasa bersalah yang amat besar. Dia bangkit dari duduknya, membuat ke tiga sahabatnya dan juga Joshua menatapnya bingung.

"Mau kemana lo?" Tanya Axel saat melihat El berjalan pergi.

"Ada urusan sebentar, kalau ada apa-apa sama Nila langsung hubungin gue," balas El yang diangguki oleh ke empat cowok itu.

El berjalan ke luar rumah sakit, dia menuju tempat di mana motornya terparkir. Lalu dia melajukan motornya ke arah suatu tempat yang sudah sangat dia hafal.
Hanya dalam waktu 15 menit El telah sampai di depan rumah mewah bercat cokelat. Setelah dia memarkirkan motornya di depan rumah tersebut, dia langsung turun dan memencet bel rumah dengan pintu kayu bercat putih itu.

Suara derap langkah terdengar dari dalam rumah.

Ceklek

Pintu rumah tersebut terbuka memunculkan sosok cewek yang sudah tak asing bagi El. Sedangkan cewek tersebut terkejut melihat El mendatangi rumahnya.

"El?" Kata cewek tersebut.

"Sini lo ikut gue!" El menarik tangan cewek tersebut dengan kasar dan membawanya ke arah taman yang ada di depan rumah cewek tersebut.

"Sakit El!" Rintih cewek tersebut.

"Diem Anjani!"

"Tapi ini sakit!" Anjani mencoba melepas tangan El, tapi hasilnya nihil.

El menghempaskan tangan Anjani dengan kasar, dia menatap tajam cewek di depannya itu.

"Lo itu apa-apaan sih! Gak seharusnya lo marah-marah sama Nila!" Bentak El penuh dengan emosi.

"Dia selalu ngehalangin gue buat dapetin lo lagi!" Balas Anjani tak kalah emosi.

"Gue gak bakal pernah mau sama lo,  selama lo belum bisa nerima Nila!"

"Harus gue bilang berapa kali?! Gue gak akan pernah nerima adik lo!"

"Anjani, lupain masa lalu, lupain kejadian dua tahun lalu, semua bukan salah Nila," Kata El yang sudah bisa mengontrol emosinya.

"Karena Nila, gue harus kehilangan adik gue El," Anjani mulai melemah, dia menitihkan air mata mengingat kejadian dua tahun lalu.

"Semua udah takdir, Tama meninggal karena bunuh diri! Gak seharusnya lo nyalahin adik gue!"

"Tama bunuh diri karena adik lo!"

"Sudah cukup, gue minta lo jangan usik hidup gue ataupun Nila!"

Setelah mengucapkan kata itu, El langsung pergi meninggalkan rumah Anjani. Sedangkan Anjani hanya bisa menatap punggung El yang semakin menjauh.

Anjani mengambil ponsel di saku celananya, dia membuka layar ponselnya dan dengan cepat dia menghubungi seseorang.

"Percepat rencana utama buat ngancurin Nila," ujar Anjani pada seseorang yang dia telpon.

Maap baru up, baru balik dari masa hibernasi 😂

Insya Allah bakal up tiap hari, kalo gue gak mager, kalo gue mood juga 😏

Bentar lagi ending cerita absurd gue ini v:

Nih udah gue up kalian jangan nanya mulu kapan up ya anak-anak ku 😂
nunana13
ylncitra

Oke see you '-'

Sibling Goals [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang