SG-27

12.4K 630 22
                                    

Hari demi hari telah di lewati, sudah hampir satu minggu Nila koma, kini dia sudah dipindahkan ke Jakarta. Hari-hari El terasa sepi, tidak ada lagi yang berteriak-teriak, tidak ada lagi yang usil pas ngebangunin dia, tidak ada lagi yang di ajak buat berebut ayam goreng, tidak ada lagi tawa canda bersama Sang adik. Tiap hari sepulang sekolah dia selalu langsung ke rumah sakit. Terkadang teman-teman nya pun kasihan melihat El yang kini lebih banyak diam.

Bel pulang sekolah baru saja berbunyi, dengan cepat El langsung berlari meninggalkan kelas dan juga ketiga sahabatnya.

"Setdah, kita ditinggal mulu," gerutu Al.

"Udah ah, harap dimaklumin. Ya udah ayo kita ke rumah sakit," ujar Kenan langsung menarik Axel dan Al.

Selain El yang tiap hari selalu ke rumah sakit, Al, Kenan dan Axel pun tak pernah absen buat menjenguk Nila. Begitupun dengan Joshua, dia tiap hari akan menyempatkan waktu untuk menjenguk Nila. El, dan ketiga sahabatnya sudah mengetahui kalau Joshua menyukai Nila.

Kurang dari 15 menit, El sudah tiba di rumah sakit, tak lama kemudian ketiga sahabatnya pun sampai di rumah sakit. Mereka berjalan beriringan ke arah ruang rawat Nila. Setibanya di depan ruang rawat, ke empat cowok itu mengernyit bingung, karena mereka mendengar suara tawa dari dalam ruangan. Tak perlu menunggu lagi, mereka langsung masuk ke dalam. Betapa senangnya mereka melihat Nila yang kini sudah sadarkan diri, bahkan sudah bercanda dengan ke tiga sahabatnya yang datang lebih dulu daripada El dkk.

El, Al, Axel dan Kenan langsung menghampiri Nila, ke empatnya langsung memeluk Nila dengan erat.

"Yaakkkk, paboya!" Teriak Nila yang membuat keempat cowok yang sedang memeluknya langsung melepas pelukannya.

"Kenapa Dek? Kenapa?" Ujar El panik.

"Kalian mau buat gue yang baru sadar itu mati konyol karena pelukan kalian gitu!" Omel Nila menatap keempat cowok itu bergantian.

"Hehehe...ya enggak dong incess," balas Al sambil cengengesan.

Sedangkan ketiga teman Nila hanya tertawa pelan.

"Dek, gue kangen," kata El bersiap ingin memeluk adiknya.

"Gue juga kangen atuh Aa," balas Nila.

El langsung memeluk erat adiknya, dengan pelukan itu mereka melepas rindu.

"Maafin gue ya, maaf gak bisa jaga lo, maaf belum bisa jadi Kakak yang baik buat lo," kata El sambil mengelus rambut adiknya dengan penuh kasih sayang.

Nila tersenyum mendengar ucapan El, "kakak gak salah, semua ini udah takdir. Yang penting sekarang kita udah bareng-bareng lagi."

Semua yang berada di ruangan itu, tersenyum mendengar ucapan Nila. Di balik sifatnya yang terkadang gila, dan konyol, Nila mempunyai sifat yang terkadang bijak. Perlu di garis bawahi terkadang.

"Oh iya, gimana keadaan Anjani?" Tanya Nila yang membuat semua teman-temannya mendengus sebal.

"Dia udah di bawa untuk perawatan di China, begitupun Devan juga kembali ke sana. Ayah sama bunda maafin mereka jadi Devan tidak di tahan, asal mereka tidak akan mengganggu kehidupan kita lagi dek," jelas El, sedangkan Nila hanya mengangguk mengerti.

"Kalian terlalu baik," celetuk Axel yang di angguki Al.

"Kita harus baik jadi orang, jika kebaikan kita di balas dengan kejahatan ya udah biarlah itu jadi urusan dia dan Tuhan nanti," lagi-lagi Nila mengucapkan kata-kata bijak.

"Danila teguh keluar," cibir El.

Nila hanya mengerucutkan bibirnya, sedangkan yang lain hanya tertawa pelan. Mereka menikmati waktu canda mereka, bagi mereka waktu semenit dalam bercanda itu adalah sangat berharga.

Malam hari pun tiba, langit gelap kota Jakarta semakin cantik dengan bulan dan bintang yang indah. Saat ini Nila tengah berada di taman rumah sakit, kedua orang tuanya dan El berpamitan ingin pulang sebentar.

Nita tak sendirian di taman, di belakangnya ada Joshua yang duduk di kursi taman, sedangkan Nila duduk di kursi roda. Nila tersenyum melihat bintang dan bulan yang bersinar terang.

"Gue pengen seperti bintang dan bulan yang memperindah langit malam, gue mau memperindah kehidupan orang-orang sekitar gue," ujar Nila tanpa mengalihkan pandangannya dari langit.

Joshua yang mendengar penuturan Nila hanya tersenyum simpul.

Joshua membalikan kursi roda Nila, hal itu membuat Nila menatapnya bingung. Dia lalu menggenggam erat tangan mungil Nila, mata hazelnya menatap mata sipit Nila, dia menarik napas dalam-dalam.

"Nila, gue tau, gue bukan cowok yang romantis, gue bukan cowok yang humoris, gue juga gak suka ngasih lo bunga tiap hari karena lo bukan kuburan, gue yang gini adanya. Gue sayang sama lo bukan karena lo ini lo itu, tapi karena apa adanya lo, gue mau buat kisah yang beda bareng lo, gue punya cara tersendiri buat bikin lo bahagia, gue punya cara tersendiri buat sayang sama lo. Jangan pernah iri sama pasangan yang cowoknya romantis, karena gue mau buat kisah yang beda sama lo. Intinya Will you my girlfriend ?"

Nila tak mampu mengucapkan kata apapun mendengar penuturan Joshua, dia terharu dan juga senang. Sejak pertama kali bertemu Joshua dia memang suka sama Joshua, ya meskipun jika bertemu Joshua dia pasti akan berdebat, bahkan dia sudah mempunyai panggilan khusus buat Joshua, yaitu Jojo. Nila menetralkan rasa gugupnya, dia tersenyum menatap Joshua.

"Jojo-"

"Tunggu, kok Jojo sih?" Bingung Joshua.

"Anggap aja itu panggilan kesayangan oke. Jojo mungkin lo kaget kalo gue bilang ini, sebenarnya gue udah suka sama lo sejak pertama bertemu. Ya mungkin konyol juga sih kita kalo ketemu selalu berdebat. Sumpah kata-kata lo tadi romantis banget, belajar dari mana sih?" Kata Nila dengan tawaan kecil.

"Goegle," balas santai Joshua.

"Yang bener?" Tanya Nila menatap tak percaya Joshua.

"Ya gak lah, gue bikin sendiri itu. Oh iya jadi jawaban lo apa?"

"Iya mau."

Jawaban Nila membuat Joshua senang, dia langsung memeluk erat Nila. Mereka berdua sangat bahagia.

                     TAMAT.

Ini beneran tamat loh ya, bukan boongan lagi hehe

Akhirnya cerita ini tamat juga, maaf kalo endingnya jelek. Hehe

Apa pada minat baca kalo gue bikin ekstra part ?

Sumpah ucapan Joshua yg nembak itu bikin gue flashback, aslinya sih Joshua nembaknya gak cuma kayak gitu, lebih panjang lagi tapi gue ingatnya itu doang Haha. Gue juga gak nyangka Jojo a.k.a Joshua si jelmaan kutub Utara bisa seromantis itu wkwkwk *ah maap malah curhat.

See you di cerita yang lain.

Sibling Goals [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang