SG-5

14.2K 1K 96
                                    

Hari sudah menjelang sore, namun El dan Nila baru keluar dari lingkungan sekolah. Harusnya mereka sudah pulang satu jam yang lalu, tapi karena El harus latihan futsal dengan terpaksa Nila menunggu kakaknya dan mereka pulang terlambat.

Walaupun hari sudah menjelang sore, El dan Nila tak langsung pulang ke rumah. Mereka diminta sang bunda untuk mengambil baju di butik langganan keluarga Alexander, lebih tepatnya butik itu milik sahabat Devina sewaktu masa SMA.

Suasana hening menyelimuti kakak beradik itu di dalam mobil, El fokus pada jalanan yang mulai macet karena tepat dengan jam pulang kantor warga Jakarta, sedangkan Nila sibuk membongkar isi dashboard  mobil El. Keningnya seketika mengerut saat ia melihat bungkusan yang dulu tak asing baginya.

"Lo masih ngerokok kak?" Tanya Nila menatap kakaknya yang sedang menyetir.

"Enggak dek."

"Terus ini punya siapa?" Bingung Nila.

"Itu punya Axel, waktu itu dia ngerokok terus lupa bungkusnya malah ditaruh di dashboard  mobil gue," jelas El tanpa mengalihkan pandangan dari jalanan.

"Awas! Kalo lo ketahuan ngerokok lagi, gue aduin ayah," ancam Nila yang membuat El mendengus sebal.

"Iya ah bawel, mainnya ngadu mulu."

Setelah menempuh waktu perjalanan hampir satu jam, El dan Nila telah sampai di butik sahabat bunda mereka. Keduanya langsung berjalan memasuki butik yang disambut sapaan ramah dari para pegawai.

"Permisi, ada yang bisa saya bantu?" Ujar pegawai itu sopan pada El. Sedangkan Nila hanya mengekori El dari belakang.

Bagi Nila ini pertama kalinya dia datang ke butik ini, karena biasanya setiap ada acara dia hanya tinggal terima beres.

"Saya ada keperluan sama Aunty Winda," balas El sopan.

"Oh baik, sebentar saya panggilkan dulu Bu Winda," pamit pegawai tersebut yang diangguki oleh El.

Sembari menunggu, El dan Nila memilih duduk di salah satu kursi yang disediakan di butik tersebut.

"Gila! Butiknya gede amat dah," kagum Nila saat melihat arsitektur bangunan butik berlantai dua tersebut.

"Ndeso lo dek," cibir El yang membuat Nila mengerucutkan bibirnya.

"Eh tapi ya dek, anaknya Aunty Winda satu sekolah sama kita loh," imbuh El, sedangkan Nila menatap El bingung.

"Siapa kak?" Tanya Nila.

Belum sempat El menjawab pertanyaan adiknya, sebuah suara wanita lebih dulu memotongnya.

"Eh Nak El," sapa wanita itu yang ternyata adalah Winda.

"Iya Aunty, gimana kabar Aunty?" Ujar El sambil mencium punggung tangan Winda.

"Kabar Aunty baik nak, eh iya ini Nila kan ? Adik kamu El," Winda memperhatikan Nila yang sedari tadi hanya diam.

"Iya Aunty, saya Nila," kata Nila sopan dan tak lupa juga mencium punggung tangan Winda.

"Sudah besar ya, cantik pula," puji Winda yang membuat Nila menunduk malu.

"Jangan dipuji Aunty, entar dia terbang ke atap nembus genteng," ledek El sambil menatap jahil adiknya yang sudah menatap dirinya tajam.

"Sirik aja lo kak!"

"Kalian emang gak pernah berubah ya, dari kecil selalu seperti kucing dan tikus, bunda kalian pasti pusing ngeliat tingkah kalian," ujar Winda yang diselingi tawaan kecil.

Sedangkan kakak beradik itu hanya cengar-cengir gak jelas.

"Ya ampun sampai lupa, kalian ke sini mau ambil baju bunda kalian kan?" Tanya winda yang diangguki oleh keduanya.

"Ya sudah sebentar, Aunty ambilin dulu ya."

Winda pun kembali ke ruangannya, tapi tak berselang lama dia sudah kembali dengan membawa paper bag berwarna cokelat yang berisi baju pesanana Devina.

"Ini bajunya, salam ya buat bunda kalian." Winda menyerahkan paper bag itu pada Nila.

"Iya Aunty, nanti saya sampaikan sama bunda. Ya udah kami pamit ya Aunty," pamit El.

"Iya hati-hati."

Setelah berpamitan, El dan Nila pun keluar butik itu dan langsung pulang ke rumah. Hanya butuh waktu 15 menit mereka sampai di depan rumah.

"ASSALAMU'ALAIKUM INCESS NILA KEMBARAN YOONA PULANG, YUHUUUU BUNDAAAAA!" Teriak Nila sembari memasuki rumah.

"Sumpah dek, mulut lo toak banget!" Kesal El yang melihat tingkah adiknya itu.

"Biarin lah."

"Kalo sampai serumah ini masuk THT berarti penyebabnya itu lo."

Sedangkan Nila hanya mengerucutkan bibirnya.

Memang sudah kebiasaan yang susah dihilangin, El dan Nila setiap pulang sekolah langsung ke dapur, tapi sebelum mereka sampai di dapur, suara bundanya sudah lebih dulu menghentikan langkah mereka

"Kakak, Dede sini kalian," teriak Devina dari arah ruang keluarga.

El dan Nila hanya mampu berdecak sebal, dengan terpaksa keduanya menghampiri sang bunda.

"Ada apa bun?" Tanya El setelah duduk di samping Devina.

"Mana baju bunda?"

"Tuh sama adek."

Nila pun menyerahkan paper bag  cokelat itu pada Devina. Devina membuka isi paper bag itu, senyumnya seketika mengembang saat melihat long dress warna merah yang ia pesan dari Winda, sahabatnya.

"Wih bagus banget bun, buat siapa itu bun?" Tanya Nila yang kagum akan baju rancangan Winda tersebut.

"Buat bunda lah," balas Devina yang membuat kedua anaknya mengernyit bingung.

"Emang bunda mau kemana?" Tanya El.

"Bunda sama ayah besok mau ke Bandung."

"Emang ada acara apa?"

"Ke pernikahan teman bisnis ayah."

"Kita gak diajak bun?" Tanya Nila.

"Gak lah, orang cuma sehari doang," jawab Devina sedangkan El dan Nila hanya ber'oh ria.

El dan Nila bangkit dari duduknya, keduanya berniat ingin ke dapur mengambil makanan atau minuman.

"Mau kemana kalian?" Tanya Devina yang melihat kedua anaknya berjalan ke arah dapur.

"Nyari makan bun," jawab El enteng.

"Kalian mandi dulu sekarang!" perintah Devina.

"Laper bunda," keluh Nila.

"MANDI DULU SEKARANG!" Ucap Devina galak yang membuat El dan Nila mendengus kesal.

Dengan sangat terpaksa El dan Nila langsung berjalan ke kamar masing-masing yang terletak di lantai dua.

Hiii
Maap baru up :v
Maklum incess sibuk, juga mager wkwkwk

Maaf ya kalo ceritany gak menarik, waktu itu gue udah bikin tapi kata Kak El itu kurang greget jadi gue ubah semuanya dan jadinya begini ehehe.

Jangan lupa Votmment ya :)

Follow ig gue ya : claina.lee

See you next part

Sibling Goals [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang