SG-21

9.5K 583 12
                                        

Setelah menjalani perawatan lebih dari satu minggu, kini Nila sudah diperbolehkan pulang, dan saat ini pun dia sudah bisa bersekolah kembali. Saat di rumah sakit, Devan sering menjenguk dan menemani Nila disaat El atau kedua orang tuanya tak bisa menjaganya.

Pagi ini Nila bangun lebih awal, jarum jam baru menunjukan pukul 06.00, tapi dia sudah rapi dengan seragam sekolah yang terpasang di badannya, sedangkan Sang kakak dapat di pastikan masih berkelana ke alam mimpi.

"Berangkat sendiri aja ah, males banget bangunin si kebo," ujar Nila pada dirinya sendiri.

Nila mengambil tas dan menggendongnya, dia berjalan keluar kamar. Sebelum dia turun ke bawah, dia lebih dulu melihat El di kamarnya, dibukanya pintu kamar Sang Kakak, dia hanya bisa geleng-geleng tak percaya, cowok ganteng yang menjadi idola sekolah, saat ini masih antengnya memeluk guling.

Nila tersenyum miring, sebuah ide melintas di otaknya, dia mengambil napas dalam-dalam.

"KAKAK KEBAKARANNNN!!" Teriak Nila yang membuat El langsung loncat dari tempat tidurnya, Nila yang melihat kepanikan El pun tertawa puas.

El merasa ada yang aneh, dengan cepat dia langsung melihat adiknya yang masih berdiri di ambang pintu kamarnya, dia menatap tajam adik satu-satunya itu. Sedangkan Nila yang sudah tau bakal dapat balasan jahanam dari El langsung berlari keluar kamar El.

"ADEKKKKKKK!" Teriak El kesal dari dalam kamarnya, sedangkan Nila sudah tertawa terbahak-bahak.

"Pas sakit aja manja-manjaan, giliran udah sembuh balik lagi kayak kucing sama tikus," cibir Alvaro yang sedang membaca koran.

"Ish ayah mah."

"Bunda mana Yah?" Tanya Nila setelah mengambil selembar roti.

"Lagi masak di dapur," balas Alvaro tanpa mengalihkan pandangannya dari koran.

"Yah, adek berangkat dulu ya," pamit Nila setelah menghabiskan segelas susu cokelatnya.

"Gak nungguin masakan bunda? Gak sama Kakak juga?"

"Enggak yah, adek pengen berangkat sendiri."

"Ya udah hati-hati," ujar Alvaro saat Nila bersaliman dengannya.

"Iya ayah aku yang ganteng."

"BUNDA, ADEK BERANGKAT DULU YA!" teriak Nila yang membuat Alvaro menggelengkan kepalanya.

Nila lalu berjalan keluar rumah, sebelumnya dia sudah meminta Mang Adib untuk menyiapkan mobilnya.

"Lah, adek mana Yah?" Bingung Devina saat meletakan masakannya di meja makan.

"Katanya pengen berangkat sendiri," jawab Alvaro, sedangkan Devina hanya ber'oh ria.

Di sisi lain, Nila sudah melesatkan mobilnya keluar dari area kompleks perumahannya, dia bersiap berjibaku dengan kemacetan kota Jakarta.
Hanya butuh waktu 10 menit, Nila telah sampai di sekolahnya. Dia memarkirkan mobilnya di tempat parkir khusus mobil, SMA Bakti Mulya memang menyediakan tempat parkir yang berbeda untuk pengguna mobil dan motor.

Setelah memarkir kan mobilnya, Nila berjalan santai menuju kelasnya. Seperti biasa sepanjang jalan di koridor banyak pasang mata yang memperhatikan dirinya. Sesekali dia membalas sapaan murid-murid yang menyapanya.

Di tengah perjalanan menuju kelasnya, Nila melupakan sesuatu. Dia berbalik arah, dia belum akan masuk kelas melainkan akan ke roftoop, semalam dia sudah berjanji akan bertemu Devan di lantai paling atas SMA Bakti Mulya itu. Nila berjalan sedikit cepat, dia takut Devan sudah menunggunya lama.

Setibanya di roftoop, Nila melihat Devan yang berdiri membelakangi dirinya, lantas Nila menghampiri Devan yang belum menyadari kedatangannya.

"Pagi Dev," sapa Nila yang kini sudah berdiri di samping Devan.

Sibling Goals [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang