#12: Tita's Sad and Tired

1.1K 59 10
                                    

Bagian dua belas

Mulmed Marvin's

"Hai.." sapa seorang laki-laki yang akhir-akhir ini sering mengganggu Yudith.

Yudith tak menghiraukannya. Ia tetap berjalan ke arah kelasnya.

"Baiklah jika kau seperti ini terus, aku tak akan mengganggumu lagi," ucap seorang tak lain adalah Marvin. Marvin F. Johannes itulah nama lengkapnya.

Ya, selama beberapa hari ini. Mereka telah mengenal nama satu sama lain. Marvin yang selalu mengejar-ngejar Yudith dan Yudith yang selalu cuek kepada Marvin.

Ketika Yudith telah memasuki kelas. Ia sudah melihat Tita duduk di bangkunya. Kepalanya menunduk tapi terlihat resah dari depan.

"Kenapa kau?" tanya Yudith datar.

Tita mendongak. Terlihat matanya memerah menahan tangis. Yudith merasa iba melihat Tita yang biasanya tak seperti ini.

Tita menggeleng yang artinya dia 'tidak apa-apa'. Tita segera membenarkan penampilannya yang tampak sedikit berantakan.

Bel berbunyi.

Mulut Yudith terbuka setengah karena pertanyaan yang akan ia lontarkan berhenti di udara. Ia segera mengambil posisi duduknya.

°•°•°•°

Tita sedari tadi diam saja. Yudith juga tak tahu, mengapa Tita seperti ini. Tak seperti biasanya yang banyak bicara.

"Hai, baby," panggil Marvin lalu mendekat ke meja Yudith.

Yudith memutar bola matanya jengah. Lantas bersikap tak menganggap Marvin ada di dekatnya.

"Apa kau sudah makan?" tanya Marvin yang menurut Yudith sok perhatian.

"Bukan urusanmu!" ketus Yudith tatapannya sinis.

Marvin yang sudah terbiasa dengan perkataan hujam dari Yudith hanya memasang wajah tersenyum tak memperdulikan kekesalan Yudith

°•°•°•°

Yudith's point of view

Ah, yang benar saja makhluk yang satu ini. Benar-benar menyebalkan!

Sudah kubilang aku tak ingin diganggu olehnya. Dia malah terus mendekatiku.

"Apa kau mau pulang bersamaku, baby?" ajaknya yang membuat kupingku panas dan bergidik ngeri.

"No!" seruku kesal.

Hhh, andai aku tak bertemu dia selama ini. Aku sungguh menyesal bertemu dia ketimbang bertemu setan.

°•°•°•°

Tita's point of view

Apa kau tak bisa mandiri seperti kakakmu?

Kau selalu saja manja kepada Mom and Dad.

Apa uang kami tak dibutuhkan olehmu lagi?

Kau benar-benar membuat Mom menyesal memilikimu!

Lihatlah kakakmu yang selalu mandiri dan tidak banyak permintaan.

Kau selalu saja meminta agar Mom and Dad pulang, di rumah seharian tidak bekerja.

Apa kau ingin kita miskin? Pikirkan itu di otakmu Tita!

Air mataku menetes ketika mengingat perkataan Mom yang sangat menyakitkan.

Benarkah aku tak diinginkan oleh mereka? Tapi mengapa mereka melahirkanku? Seharusnya aku di bunuh saja sejak dulu.

Apa selama ini mereka tidak mengerti betapa sakitnya hatiku sejak dini ditinggal sendirian bersama baby sitter.

"Kenapa aku harus dilahirkan di dunia ini Tuhan..."

"Mereka bahkan tidak tahu kalau aku hanya membutuhkan perhatian dan kasih sayang mereka, kenapa ini terjadi di hidupku Tuhan.. "

°•°•°•°

Author's point of view

Tita menangis terisak di dalam kamar mandi. Memeluk kedua lututnya di bawah guyuran shower.

Kemarin malam kedua orangtua Tita telah pulang dengan wajah penuh amarah.

Tita tidak tahu. Dia menyambut dengan hati berbunga ketika mereka pulang.

Namun setelah Tita mendengar perkataan pedas dari mulut Julia. Ia mendadak murung sepanjang hari.

Hatinya tersayat mendengar semua kata yang di lontarkan oleh Julia. Begitu teganya memarahi Tita dengan kata-kata tak berperasaan.

Apakah kalian tidak sakit hati saat di marahi oleh Ibu kalian dan di hujam dengan kata-kata seperti itu? Pasti sakit.

Tita sebenarnya juga tidak tahu apa yang ada di pikiran kedua orangtuanya. Benarkah dirinya manja kepada mereka?

Bahkan memeluk Tita pun rasanya tidak pernah ia rasakan. Lalu, apa yang membuat Julia marah terhadapnya?

Tita berusaha membuang pikiran yang negatif terhadap kedua orangtuanya. Ia tak ingin menyesal di kemudian hari hanya karena sifatnya.

Dan Tita berjanji akan mengubah sikapnya.

°•°•°•°

Tita membenarkan penampilannya di depan cermin. Memberi sedikit polesan agar wajahnya terlihat segar.

Tita berjalan keluar rumah dengan langkah gontai. Lantas berjalan keluar komplek menuju halte.

Setelah sampai di tempat tujuan. Tita masuk ke dalam toko buku. Yah, mungkin dia butuh jalan-jalan dan mencuci mata dengan judul buku-buku baru.

Tita berjalan kesana kemari mencari buku yang memikat hatinya. Tak sadar ia berjalan dengan menunduk membaca sinopsis buku hingga menabrak seseorang tak di kenal.

Duk

"Ah, sorry Mr. Saya tidak sengaja." kedua tangan Tita menangkup berusaha meminta maaf.

Orang itu memandang Tita dari bawah sampai atas dengan seksama. Lantas dia berdiri membersihkan belakang badannya yang mungkin terkena debu lantai.

Tita yang merasa dilihat seperti itu langsung merasa tak enak. Jantungnya berpacu lebih cepat, takut orang itu melakukan yang tidak-tidak.

"Maaf tuan, saya benar-benar tak sengaja," ucapnya kembali.

"Tidak apa, tapi jangan panggil aku tuan. Karena mungkin kita sepantaran." ujarnya yang membuat Tita membulatkan kedua matanya.

"Perkenalkan, namaku Randon Alensky Grier. Panggil saja Randon," ucap Randon memperkenalkan dirinya dan memberikan senyum tipis.

Tita yang masih melamun langsung tersadar.

"Ah, ya maaf. Baiklah, aku pergi dulu ada urusan." pamit Tita dengan gugup. Ia benar-benar tak ingin berurusan dengan orang macam dia.

Randon yang merasa aneh kepada Tita hanya memandangnya dengan tatapan bingung. Namun kebingungannya menjadi pertanyaan.

"Ah, kenapa aku tak menanyakan namanya. Bodoh!"

Tita keluar dari toko buku dan langsung menghentikan taxi. Ia tak tahu harus kemana. Jika pulang ke rumah, ia pasti akan ingat dengat kejadian itu.

Ah, benar-benar hari melelahkan.

I'm feel tired...

-------------------------------------

Haiii saya kambekkk

Maaf yang udah nunggu lama wkkwk

Makasih juga yang udah mau nunggu hehehe

Tetap Setia sama INDIGO yahh

Jangan lupa vote and coment^^

INDIGO [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang