#09: Keberadaannya

1.3K 74 15
                                    

Bagian sembilan

Isi kelas Science 1 kosong. Mereka berada di ruangan musik yang baru. Hari ini praktek ujian memainkan alat musik.

Semua murid kelas Science 1 telah mempersiapkan dirinya jauh-jauh hari. Begitupun dengan Yudith. Ia sudah sangat lihai bermain di bidang musik.

"Oke, saya akan memanggil nama kalian satu persatu untuk menampilkan kemampuan kalian sendiri," semua murid mengangguk mengerti.

Satu persatu murid telah menampilkan kemampuannya. Kini giliran Yudith. Ia memainkan alat musik piano. Alat musik yang sudah seperti sahabat bagi Yudith.

"Are you ready?"

"Yes"

Nada piano mulai mengalun Indah. Jemarinya dengan lihai menekan setiap tuts yang ditekan. Ia memainkannya dengan perasaan.

Sehingga menimbulkan nada yang sangat indah untuk di dengar. Semua siswa yang melihatnya menganga tak percaya akan kemampuannya.

Sedang Miss Lasy. Ia tersenyum senang dengan permainan yang Yudith mainkan.

"Good, you played is verry beautiful. Give applaus for it," puji Miss Lasy.

"Thank you, Miss," balas Yudith tersenyum tipis.

Lalu beralih ke barisan teman-temannya. Karena masih ada murid yang belum bergilir.

"Wuaahh, kau sungguh menakjubkan Dith. Oh my God, apa saja kau bisa aku juga ingin sepertimu," puji Tita dengan semangat.

"Biasa saja."

"Ish, di puji malah ngelak. Apaan kau ini," desis Tita dengan melipat kedua tangannya di depan dada.

Ruangan telah sepi. Hanya berisikan tiga manusia yang sedang berdiri. Yang dua sedang berbisik tak jelas. Dan yang satu sedang menata alat musik dengan benar.

"Hei, apa kalian tidak ke kelas? Atau ada sesuatu yang tertinggal?" tanya Miss Lasy kepada Tita dan Yudith yang masih berada di posisi mereka.

"Ehm, sebenarnya kami akan menanyakan sesuatu Miss. Apa boleh kami bertanya?" ucap Tita agak lirih takut Miss Lasy tak memperbolehkannya.

"Tentu saja boleh, apa yang ingin kalian tanyakan?"

"Miss, apa Miss tau dimana ruangan musik lama itu berada?" tanya Tita hati-hati.

Seketika ruangan hening. Kedua orang itu diam tak ada yang bersuara lagi.

"Miss, are you fine?" panggil Yudith membuat suasana tak sehening tadi.

"Ehm, kenapa kalian menanyakan tempat itu?"

"Kami hanya ingin tahu saja, Miss," balas Tita santai.

"Kalian juga tahu, tempat itu terlarang untuk di datangi kan?" tanya Miss Lasy kembali. Raut wajahnya sudah tak setegang tadi.

Yudith dan Tita mengangguk. Lantas Miss Lasy menjauh beberapa meter dan berbalik memunggungi mereka berdua.

Tatapannya seperti melihat ke masa lalu. Hening. Hanya suara pendingin ruangan yang mengisi keheningan mereka.

"Tiga tahu yang lalu, saya memiliki murid yang sangat saya banggakan. Bahkan sangat di banggakan sekolah ini. Dia sering mendapatkan juara 1 di bidang apapun. Baik akademik maupun non akademik."

Miss Lasy mengambil nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan.

"Sayangnya, umur dia tidak panjang. Tepat dia naik ke kelas 12, telah di kabarkan dia tak bernyawa di ruang musik lama itu. Saya dan guru lainnya merasa hancur kehilangan murid sejenius dia. Tapi kami tak bisa berbuat apa-apa. Dan pada saat itu juga banyak makhluk lain yang menampakan dirinya di ruangan musik itu. Semua murid dan guru mengira itu adalah arwah 'dia'. Tapi saya tidak percaya dan saya tak ingin mengetahui hal itu lagi. Sampai sekarang, ruangan itu tak di pergunakan kembali dan di sembunyikan keberadaannya," sambungnya yang telah menumpahkan air mata.

Tita menangis dalam diam. Hatinya ikut tersayat dengan kejadian itu. Sedangkan Yudith hanya memasang wajah datarnya. Tapi hatinya tidak, hatinya ikut menangis.

"Miss, apa kami boleh tahu ruangan itu di mana?" tanya Yudith memberanikan dirinya.

"Jika kalian ingin tahu, letak ruangan itu berada di belakang gedung aula. Ruangan itu terpisah dari area sekolah dan di batasi dengan taman labirin," ucap Miss Lasy.

Suasana mencekam membuat Tita bergidik sendiri. Ia tak tahu, dirinya merasa ada sesuatu yang.. Ahh, aneh saja.

"Jika kalian ingin ke tempat itu. Kalian harus melewati labirinnya. Menemukan jalan keluar ke gedung itu," sambungnya memperjelas.

Yudith dan Tita diam bergeming. Mencerna setiap kata-kata yang di ucapkan Miss Lasy.

"Baiklah, saya ada jam lagi. Saya memperingatkan kalian jangan pernah memasuki area itu," ucapnya dan berlalu dari hadapan mereka berdua.

°•°•°•°

Yudith's point of view

Aku hanya memperhatikan Tita yang sedang mencoret bukunya tak jelas. Dan mulutnya berucap kata-kata aneh menurutku.

"Bagaimana ini Dith, apa kita harus ke sana?" tanyanya frustasi.

Aku diam. Tak membalas ucapannya. Kurasa dia sudah tahu jawabannya.

"Apa kita harus melewati labirin itu? Oh tidak, aku tak ingim tersesat," ujarnya lesu seperti kehilangan semangat.

Aku ingin tertawa tapi bibirku tak bisa di ajak tertawa. Dan aku hanya bisa geleng-geleng kepala melihatnya.

"Kenapa kau diam saja, hah? Kau lapar?" tanyanya menoleh ke arahku.

Aku hanya menggeleng. Aku tak lapar. Hanya saja aku bingung mau menjawab apa.

"Oh astaga, apa lagi ini. Aku memiliki teman seperti batu," ujarnya dengan mengusap wajahnya frustasi. Rambutnya ia rusak dengan jari-jari tangannya.

Aneh. Ya, menurutku dia aneh. Tapi aku sudah menganggapnya teman. Tidak lebih.

"Nanti kita bicarakan ini di rumahku saja." Menurutku itu ide yang bagus.

Jika aku membicarakannya di sini. Mungkin ada orang lain yang mendengarnya. Dan aku tak ingin ada orang lain mengetahui rahasia ini.

"Aku saja tak tahu dimana rumahmu."

"Nanti ku beri tahu,"

"Ya sudahlah. Aku ingin makan," ujarnya terdengar pasrah. Lalu bangkit dari tempat duduknya dan memesan makanan.

That's my friend now...

-------------------------------------------

Don't forget vote and comment 😊
Because this free 😅😅

Share to your friend 😊

Thank's

Salam
Terin❤

INDIGO [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang