#16: What has happened?

906 50 4
                                    

Bagian enam belas

Mulmed's old building

Satu

Dua

Ti..

Ga

"Kyaaaa"

Teriakan Tita benar-benar membuat Ketiga orang di sebelahnya mengusap dada. Untung saja tidak ada yang menderita penyakit jantung.

"Astaga!" Tita memegangi dadanya. Jantungnya seakan mau berhenti.

"Ternyata hanya bayangan," sambung Marvin ikut kaget.

"Sudahlah, lebih baik kita lanjutkan. Jangan sampai pagi menjelang," ujar Yudith datar.

"Kenapa labirinnya panjang sekali," gerutu Tita lirih.

Mereka masih di dalam labirin tersebut. Berjalan selangkah demi selangkah melewati belokan ataupun perempatan labirin.

Tanpa peduli hawa dingin yang semakin menusuk. Setelah berputar-putar melewati labirin. Mereka telah sampai di depan gedung kotor. Seperti sudah lama tak dijaga.

Yudith menatap bangunan di depannya. Menelusuri setiap jengkal bangunan tua itu. Mereka berempatpun memberanikan diri melangkah ke dalam.

Baru beberapa saat Yudith ingin melangkah. Tiba-tiba Marvin menghentikannya. "Tunggu, sebenarnya di sini kita mau apa?" tanya Marvin dengan raut tak bisa diartikan.

"Kau mau aku tinggal atau tetap di sini?" tanya balik Yudith dengan nada dingin.

"Itu sama saja, bodoh!" cibir Marvin.

Yudith melebarkan matanya. Dirinya tak terima dibilang bodoh. Enak saja, kedua orang tuanya pun tak sampai bilang seperti itu.

Mulut Yudith tertutup kembali saat Miss Lasy melerai mereka berdua. "Sudah sudah, kalian ini sudah SMA seharusnya lebih dewasa. Tidak saling mengejek," ujarnya membuat mereka terdiam sendiri.

"Baiklah, ayok kita mulai masuk." Tita berkata merubah topik.

Ceklek.

Pintu utama telah terbuka lebar. Memperlihatkan bagian dalam ruangan bak istana tersebut gelap tanpa cahaya.

Mereka berempat semakin melangkah lebih dalam. Menatap serangkain benda-benda yang terlihat dengan cahaya minim.

Greb.

Mereka semua menoleh ke belakang. Tak menyadari di ruangan itu tak ada cahaya. Hanya cahaya rembulan yang sangat minim.

Ditambah, pintu yang tiba-tiba menutup dengan sendirinya. Membuat salah satu dari mereka memekik takut.

"Ohh God, ayo kita segera keluar! Di sini sangat tidak aman," teriak Marvin histeris.

Ketiga orang lainnya menatap Marvin dengan tatapan membingungkan. Kenapa malah seorang lelaki takut? Tak habis pikir mereka membayangkannya.

°•°•°•°

Marvin's point of view

Ya Tuhan. Tempat macam apa ini? Kok perempuan ke tempat seperti ini. Yang benar saja, jantungku sudah ingin lepas.

Gelap. Pintu pun tertutup sendiri. Aneh.

Aku benar-benar takut kegelapan. Anak lelaki juga pantas takut kan? Tidak apalah aku dibilang cowok tulen.

"Are you okay, Marvin?" suara Miss Lasy menyadarkanku dari ketakutan.

"I'm fine, Miss "

INDIGO [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang