#28: Never Seen

680 42 13
                                    

Bagian dua puluh delapan

Mulmed's Tita

Miami, Florida, USA.

Malam telah berganti menjadi pagi. Cahaya rembulan yang berganti menjadi sinar matahari yang menghangatkan tubuh. Meskipun sinar matahari bersinar tetapi suhu udara di musim dingin tak terkalahkan.

Dinginnya suhu udara tidak membuat orang-orang mendekap di depan pemanas api. Terlihat orang-orang berlalu-lalang di kawasan everglades national park. Tampaknya semua orang terlihat bahagia.

Tapi tidak dengan seorang gadis yang sedang duduk di salah satu kursi panjang di area taman. Tampak Merry sedang memegang kamera menghadap gadisnya atau lebih tepatnya akan memotret pose gadisnya. 

Yudith dengan perasaan dongkol dengan memakai bando seperti tanduk rusa. Ia tak biasa untuk dipotret. Alhasil, raut wajahnya yang telah dipotret oleh Merry berekspresi cemberut.

Merry dan Peter hanya terkekeh melihat raut lucu gadisnya di kamera. Yudith yang melihat wajah bahagia dari kedua orangtuanya seketika tersenyum tipis.

Ia juga bersyukur bisa liburan bersama keluarga. Tak ada yang mementingkan bisnis melainkan kepentingan keluarga.

"Sweetheart, apa kamu ingin sesuatu?" tanya Merry bingung yang melihat kedua mata gadisnya menatap dengan pandangan kosong.

Merry mengikuti arah pandang gadisnya. Namun ia hanya melihat seorang penjual hotdog. Tapi salah, Yudith mengarahkan pandangannya kepada sosok anak kecil yang tengah berdiri di kedai hotdog.

"Mom, apa kau melihat seorang anak kecil? Dia sedang membeli hotdog." Yudith ingin memastikan apakah ia salah merasakan.

Merry pun menoleh diikuti suaminya, Peter. "Ada, kenapa, sweetheart?"

Yudith menghela napasnya lega. Lalu menggelengkan kepalanya untuk jawaban Merry. Ah, sungguh. Ia merindukan Arlita.

Semoga kau baik-baik saja di sana. Batin Yudith rindu.

°•°•°•°

Santa Monica, Los Angeles, California, USA.

"Wahhhh!! Indahnya park city di malam hari," gumam Tita terpana.

Triska yang mendengar gumaman Tita menoleh tersenyum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Triska yang mendengar gumaman Tita menoleh tersenyum. Sekarang ini mereka berada di park city. Siang tadi mereka baru sampai dan alhasil mereka sampai di park city pukul 6 sore. Memang membutuhkan waktu yang lama.

Mereka berjalan menuju area bermain. Menghabiskan waktu malam natal di sini. Triska merasa ikut bahagia karena melihat adiknya bahagia. Sudah lama ia tak melihat binar bahagia di kedua mata adiknya
"Kakak, ayo kita main wahana itu!" tunjuk Tita ke arah wahana bianglala.

Tapi seketika pandangannya berubah menjadi penasaran. Ia melihat sekelompok orang di depannya. Rasanya ia tak asing dengan salah satu wanita yang di depannya.

Sepertinya aku pernah melihat dia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepertinya aku pernah melihat dia.. Tapi di mana yah, ah! Di album foto tahunnya Arlita. Aku harus menghubungi Yudith.

Tita segera mencari phonselnya yang berada di tas kecil yang selalu ia bawa ketika bepergian. Dengan gerakan cepat Tita sudah menghubungi Yudith, namun belum diangkat olehnya.

"Hallo?"

"Dith, sepertinya aku melihat salah satu sahabatnya Arlita. Tapi aku takut salah, jadi aku hubungi saja dirimu."

"Bagaimana ciri-cirinya?"

"Rambutnya panjang, tubuhnya agak ramping."

"Sepertinya aku juga tak tahu, nanti saja yah"

"Tapi Dith.."

Tut.. Tut..

Tita ingin menyela tapi sambungan sudah terputus. Tita mengembalikan phonselnya ke dalam tas kembali dengan raut cemberut.

Triska yang hanya menonton aktivitas dadakan adiknya menatap horor kepada Tita. Lalu Tita menatap kakakanya.

"Apa?! Sudah, ayo kita ke sana."

Triska hanya menggelengkan kepalanya. Tak habis pikir dengan mood adiknya yang gampang sekali berubah.

°•°•°•°

New York, USA.

Arlita's point of view

Huh.. Sepi sekali rasanya. Tapi au memang selalu kesepian. Entah mengapa aku merindukan sahabatku.

Aku duduk di atas meja makan dengan pandangan menerawang masa lalu. Hanya kenangan yang bisa aku rasakan. Tak ada kenyataan.

Hm, apakah mereka masih ingat denganku? Ah, pasti sudah lupa. Tapi aku berharap mereka tak akan pernah melupakanku.

Anung.. Mia.. Lita di sini. Apakah kalian mencariku? Merindukanku?

Kuharap Yudith dan Tita bisa mengetahui di mana mereka. Dan tahu di mana sekarang keluargaku tinggal.

°•°•°•°

Author's point of view

Marvin sedang menonton acara TV kesukaannya. Natalan ini membuat Marvin bosan. Keluarganya sibuk semua.

Entahlah, sebenarnya dia ini anak mereka atau bukan. Tapi bagaimana lagi, meskipun sibuk mereka ada waktu sedikit untuknya.

Cklek

Marvin menoleh ke arah pintu. Siapa orang yang berani masuk kamarnya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

Seketika raut wajahnya berbinar mengetahui yang membuka pintu kamarnya adalah sosok yang telah dia rindukan.

"Mommy.."

Tampak ibu Marvin merentangkan kedua tangannya agar sang anak memeluknya. Vena Orlando, itulah nama ibu Marvin.

"Kapan kau pulang, mom?" tanya Marvin seraya melepaskan pelukannya pada Vena.

Vena tersenyum, "barusan. Apa kau mau merayakan natal bersama, mom?"

Senyum lebar terlihat di wajah Marvin. Bagaimana tak bahagia, baru saja dirinya membicarakan kedua orang tuanya yang terlampau sibuk dan sekarang ibunya mengajak natalan.

"Tapi di mana, dad?" tanya Marvin heran.

"Dia di bawah, ayo. Nanti kemalaman."

Akhirnya keinginan Marvin terkabul bisa merayakan natal bersama kedua orang tuanya.

-------------------------------

Bosen? :v

Ngg apaa:v tetep vote aja deh ya:v

Salam
Terin

INDIGO [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang