#22: a Longing

716 47 7
                                    

Bagian dua puluh dua

Mulmed's Yudith

Yudith berdiri di depan balkon. Menatap sekitaran rumahnya. Ia baru menyadari rumahnya terlalu besar bahkan terlihat seperti mansion.

Maklum, semenjak pindah di sini. Ia jarang sekali memperhatikan sekitarannya. Terbukti sekarang, untung saja rumahnya. Jika sekolahnya mungkin ia dibilang murid kudet.

Otaknya sedang berpikir keras. Bagaimana caranya agar ia tahu janji yang Arlita buat dengan makhluk misterius itu. Aneh.

Arlita pernah bilang sendiri. Tapi Yudith tak menanyakannya karena ia merasa itu seakan privasi. Mungkin dirinya akan mencari tahu sendiri.

"Entah mengapa, aku merasa tak yakin dengan janji antara mereka, huh" gumam Yudith.

Kenapa aku jadi pusing memikirkan ini sih, ya Tuhan. Batinnya berkeluh.

Ia pun memilih duduk di meja belajar. Membuka buku-buku kesukaannya untuk mencoba soal-soal yang menguji kemampuan.

Sedangkan di lain sisi. Tita duduk di boncengan motor dengan raut ditekuk. Mulutnya mengoceh tidak jelas, terlihat kesal.

"Sudah! Di depan situ aku turun!" Ketusnya kesal.

Seorang pria yang sedang menyetir malah tersenyum geli mendengar nada ketus tak jelas dari gadis di belakangnya.

Hei, apa dia bilang? Berhenti di depan. Itu juga apartemenku. Ah, mungkin dia hanya ingin berhenti di situ. Batin Randon mengira.

Motornya berhenti tepat di depan gerbang apartemen yang menjulang tinggi. Tita turun dari motornya dengan kesal ia berkata, "Thank's, mana pita jepitku! Cepat kembalikan!" Dengan tangan menengadah ke arah Randon.

Alis Randon terangkat satu, "Jutek sekali kau, sabar nona. Kau ini, tidak sabaran. Nanti kangen loh sama saya," seringainya menggoda.

Tita mencebik, "Sok sekali kau, cepat! Ish, jangan membuang waktuku!"

Akhirnya, dengan tak sabaran Randon mengembalikan pita jepit itu ke tangan sang pemilik.

Begitu sudah didapatkan oleh Tita. Dirinya langsung masuk meninggalkan Randon tanpa berkata apa-apa. Sedangkan Randon hanya geleng-geleng kepala dan tersenyum geli.

Tunggu dulu, kok dia masuk? Eh, apa benar dia tinggal di sini?

Randon pun mengikuti Tita. Dirinya memarkirkan motornya di tempat yang sudah tersedia. Lantas mengikuti Tita perlahan.

Terlihat jarak dirinya dengan gadi di depannya sekitar 5 meter. Ia mengikuti seperti maling saja.

Naik lift? Angka berapa tadi, sial.

Berharap tak ada yang masuk ke dalam lift lagi. Ia pun menunggu dengan sabar di lantai berapa gadis itu tinggal.

Hah? Lantai 7? Kenapa tidak selantai saja si denganku.

Setelah tahu ia langsung menuju lantai 7. Bersyukur karena Tita masih dekat dengan jangkauannya. Ia pun mengikutinya kembali.

Itu pasti apartemennya, akhirnya aku bisa tahu dia tinggal di sini. Akan aku ingat, lantai 7 no 81.

Terlihat Tita sedang membuka password pintunya. Dengan senyum yang tercetak di bibirnya. Ia pun kembali menuju kamar apartemennya sendiri. Sungguh kebetulan yang tak terduga.

°•°•°•°

Yudith membuka-buka data yang kemarin Tita berikan. Mengingat seorang OSIS yang bertugas di bagian kepengurusan data siswa. Itu artinya, ia bisa meminta data siswa tiga tahun lalu kepadanya.

Yudith mengangguk-angguk paham. Dirinya lantas berbalik mengetahui seseorang datang kepadanya. Ia tersenyum seorang di depannya juga ikut tersenyum.

"Ada apa?" tanya Yudith heran.

Pasalnya, ia melihat raut sedih di kedua bola mata sang pemilik. Mungkin dirinya bisa membantu.

"Aku rindu,"

"Dengan?" Tanya Yudith dengan satu alis terangkat.

"Keluarga dan sahabat baikku," Ucapannya terdengar bergetar dan sendu.

Lalu Yudith berkata, "Duduklah, ceritakan padaku tentang sahabatmu. Karena aku sudah tahu tentang keluargamu."

Meskipun Arlita seorang hantu. Dirinya bisa melakukan apa saja kan? Walaupun tidak bisa menyentuh.

"Aku memiliki dua sahabat, sangat baik sekali denganku. Tidak seperti teman-temanku yang lain. Suka mengejek dan mengejek. Hanya mereka yang selalu menguatkan diriku. Mendukung dikala aku sedih dan selalu bersamaku setiap aku diejek."

Yudith tersenyum. Menyadari dari nada bicara Arlita yang sangat merindukan mereka. Tapu ia bisa apa? Selain mendengar keluh kesah Arlita.

"Siapa mereka? Apa kau ingat?"

"Always, i'm always remember them. But maybe they forget me," Ucapannya terdengar sendu.

"Really? Jika salah bagaimana?" Tanya Yudith membuyarkan lamunan tersendiri bagi Arlita. Lebih tepatnya menerawang masa indah bersama kedua sahabatnya.

Flashback on

"Hei lihat, bunga ini cantik sekali" ujar gadis yang berparas pendek.

Arlita mendekat, lantas tersenyum. "Ini bahkan sangat Indah, mari kita petik satu-satu yak."

Mereka bertiga memetik setangkai bunga. Lalu bertukar bunga untuk dipasang di telinga mereka.

"Ini adalah janji kita, janji persahabatan kita. Jika salah satu ada yang meninggalkan kita, maka kita harus menjaga persahabatan ini sampai maut memisahkan kita," ucap gadis yang berparas tinggi.

Mereka semua tertawa. Berlarian ke sana ke mari. Membuat siapapun yang melihatnya akan ikut bahagia.

Flashback off

Tes

Satu tetes air mata jatuh dari pipi Arlita. Dia sangat rindu dengan mereka. Bahkan dia yang pergi dahulu tanpa pamit dengan kedua sahabatnya. Dia berharap bisa bertemu dengan mereka.

"Sudah, jangan bersedih. Kapan-kapan aku akan mencari tahu mereka," Yudith menenangi. Lantas kembali bertanya, "Siapa nama mereka, Lita?"

Arlita menatap kedua mata Yudith, "Mia dan Anung."

Dahi Yudith berkerut, "Anung? Terdengar seperti seorang pria,"

"Bukan, dia keturunan keraton, jadi namanya seperti itu," jelas Arlita.

"Benarkah? Berarti dia orang Asia?"

Arlita mengangguk.

"Okeh, aku penasaran dengan mereka. Nanti aku cari tahu sendiri."

"Tak usah pun tak apa, aku hanya merindukan mereka kok. Aku juga tak ingin merepotkanmu lagi,"

Yudith memutar kedua bola matanya malas, "Rindumu itu ingin bertemu tahu!" Sungutnya sebal.

"Sudahlah, aku ingin mandi dulu."

Arlita mengangguk kembali. Hanya menatap langkah Yudith menuju kamar mandinya.

Terima kasih, Tuhan. Engkau telah mempertemukan manuisa sebaik dia. Semoga dia selalu dilindungi olehmu.

--------------------------------------

Don't forget vote and comment 😊
Because this free 😅😅

Share to your friend 😊
Thank's

Salam
Terin

INDIGO [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang